"tidak mau!," -seruku menutup mulut dengan kedua tangan.

"buka mulutmu aku tadi melihat ada sesuatu disana," -balasnya menatapku serius.

"ada apa memangnya?," -ucapku kemudian membuka lebar mulutku.

bohong, rupanya ia mau menyuapi masuk nasi disendok itu ke mulutku.

"haha bodoh sekali!," -komentarnya ke arahku setelah berhasil memasukkan sendokan nasi itu.

"ah Kala, kau menyebalkan!," -teriakku ke arahnya sambil susah payah menelan makanan yang belum terkunyah sempurna ini.

ia hanya tertawa bahkan sampai terbahak akan hal ini. kasihan masih muda tapi, selera humornya sudah hancur. biar menyebalkan, ia sangat perhatian padaku.

setiap selesai menelan makanan. disendokkan lagi nasi berikutnya begitu seterusnya. sampai nasi kotak makan siang, yang ia bawa habis ku lahap.

"sudah kenyang putri? biar kujawab sendiri pasti sudah jawabnya. jadi, sekarang lebih baik kau cuci wajahmu yang masam itu. kemudian, lanjut mengerjakan tugas kuliah yang menunggumu sedari tadi," -titahnya membereskan peralatan makan kami.

"ah iya iya," -balasku ke arahnya lalu berjalan menuju toilet.

kalau sedari tadi kalian bertanya kami berdua sedang berada dimana. tepatnya kami berada dihalaman depan rumah kos yang aku tinggali. ini sebenarnya khusus untuk perempuan.

tapi, laki-laki boleh memasuki area ini sampai dilantai bawah saja. sedang dilantai atas itu khusus diisi kamar bagi mahasiswi/karyawati. yang menyewa tempat ini sebab, keluarga mereka tinggal dikota lain sama sepertiku.

Kala sering datang mengunjungiku sampai penjaga keamanan tempat ini kenal betul dengannya. lagipun, didepan gerbang terpisah jalan yang tak cukup besar ini terdapat satu rumah hunian. yang disewakan bagi laki-laki.

apa terbayang kalau tempat kami tinggal sedekat ini? aku sih senang saja. sebab, ada orang yang aku kenal dekat jika butuh bantuan. siapa lagi kalau bukan Kala, hehe.

"kalau begitu aku pulang ke tempatku dulu. selesaikan tugasmu dengan benar! aku tidak mau berbohong lagi, saat keluargamu bertanya tentang progres apa yang telah dibuat putrinya. kalau mereka tau putrinya merasa salah jurusan, aku yakin kau akan diusir dari rumahmu nanti haha!," -kata Kala kembali meledekku.

"kau menyebalkan sekali! cepat, sana pergi!," -titahku mendorong tubuh yang lebih tinggi ini menjauh ke arah gerbang.

"aduh anak-anak muda, kalau sedang kasmaran tidak perduli tempat ya," -komentar penjaga keamanan ditempat kos sewaanku ini.

Pak Retno, namanya. hobi sekali tertawa dan berkomentar setiap melihat Kala datang. kalau, aku tidak tau sopan santun mungkin sudah kupotong habis kumis tebalnya itu.

"sana cepat pergi!," -usirku lagi sedikit jengah.

ah dia ini bertubuh kurus kenapa, berat sekali untuk didorong.

"dasar pendek! iya, iya aku akan pulang tenang saja. nanti kalau butuh bantuan atau rindu terhadapku, tolong kabari lewat panggilan telepon saja ya," -ujar Kala membuka gerbang.

aku hanya mendengus mendengar perkataannya. ia terkekeh lalu melambaikan tangannya, sebelum menghilang. masuk ke dalam tempatnya tinggal itu.

"ah Bapak, senang sekali berkomentar setiap Kala datang. lain kali, sebaiknya Bapak membelaku saat diledek Kala," -ucapku membereskan kertas dihalaman depan untuk dibawa kembali ke kamarku.

"untuk apa? aku senang melihat kalian ribut begitu. rasanya seperti wisata masa lalu, saat aku muda. Bapak beritau satu hal padamu," -balasnya membuatku menunggu lanjutannya.

"apa itu?," -tanyaku menanggapinya.

"jangan terlalu membenci laki-laki yang kau sebut sahabat itu, nantinya bisa saja kau menikah dengannya. aku tidak bohong atau mengarang cerita. tapi, begitulah kenyataan kisah hidup dengan istriku. sama dengan kalian ini," -jelasnya lagi.

"baiklah, terima kasih untuk ceritanya. kalau begitu aku pamit ke kamarku dulu. selamat siang, Pak," -pamitku ke arahnya.

"dasar kau ini. iya sama-sama, semangat lah anak muda!," -teriaknya menyemangatiku.

"siap!," -lantangku berlari menuju lantai atas.

sedikit info, Pak Retno ini sebenarnya juga keluarga dari orang yang menyewakan tempat kos ini. Istrinya juga sering berkunjung ke sini karena, tempat tinggal mereka tak jauh dari hunian kos ini. percayalah dia itu orang yang sangat kaya hanya, mungkin bingung bagaimana caranya membuang waktu sebab tak lagi bekerja.

jadilah, ia sering berkunjung menjadi sosok penjaga tempat ini. ucapannya tadi terlintas terus dipikiranku. apa benar si menyebalkan Kala, akan menjadi pendampingku dimasa depan nanti.

"tidak, aku harus sadar!," -seruku.

menepuk pipiku, menyadarkan dari lamunan gila menyeramkan ini.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang