Jungwon tidak sangka, insiden dalam hutan membawa dia menemukan cinta pertamanya. Kalau kata orang cinta pertama tidak berhasil, bagaimana nasib kelanjutan cinta Jungwon?
Dengan modal yakin, mereka menggulung tubuh Jungwon menggunakan thermal blanket yang dibawa didalam carrier milik Sunghoon. Mereka memutuskan berlari, menggunakan tenaga mereka lebih ekstra untuk menyelamatkan nyawa Jungwon. Bukan lari seperti marathon sih tapi lebih ke lari kecil-kecil setidaknya lebih cepat dari berjalan.
Sunghon yang langkahnya lebar berinisiatif sendiri menggendong Jungwon ala bridal dan membawanya sambil berlari. Begitu pula diikuti Jay dibelakang gantian menggendong tas carrier, sementara elangnya dibiarkan terbang diatas mereka.
"Jungwon?"
"Hng?"
"Elangku makan kelinci di hutan hari ini."
"K-kakk d-dinginn" Ucap Jungwon terbata-bata.
"Dingin cuma sugesti! Nafas yang benar, biar tubuh kamu hangat!"
Jungwon tiada henti diajak bicara sekaligus dibentak-bentak oleh Jay, sengaja agar bocah itu terus kaget dan tetap terjaga dalam kesadarannya.
Dan tidak terasa sampailah mereka di pos dua tepatnya di tenda mereka. Sunghoon buru-buru masuk ke dalam tenda diikuti oleh Heesung.
"Jake, Jungwon kena hipo. Gue minta air anget yang tadi udah gue pesenin, sama tolong geser perapiannya ke tengah depan tenda ya." Jake membalas ucapan Jay dengan anggukan mantap.
Jay yang terlihat sangat khawatir buru-buru masuk tenda. Disana sudah ada Sunghoon dan Heeseung yang mencoba menolong Jungwon. Membungkusnya menggunakan sleeping bag serta meletakkan pakaian yang dibungkus dry bag sebagai bantal.
Tapi tubuh Jungwon tak merespon. Dia masih menggigil bahkan mukanya memucat nyaris seperti mayat hidup dengan gigi yang bergemeletuk.
Jay mendadak bingung, karena biasanya dari anggota mapala sendiri pertolongan menggunakan thermal blanket ditimbun sleeping bag dan kumpulan baju yang dibungkus dalam dry bag sudah cukup, tetapi tak berlaku bagi Jungwon.
Tubuhnya semakin kaku, bibirnya mengatup keras, mukanya semakin memucat, Jungwon nyaris tak bisa merespon lagi orang -orang disekitarnya.
Jake yang masuk membawa beberapa botol berisi air hangat sewot melihat Jay hanya diam kebingungan.
"Jay, lo gila? Dia nyaris mati, anjing! Ganti cara lain!" Jake menoyor kepalanya. Tetapi Jay dikendalikan otaknya yang tak bisa berpikir jernih, ia bahkan tak bisa marah ketika menerima tonyolan dari tangan Jake.
Heeseung yang sedang memeluk Jungwon pun ikut mengangguk setuju.
"Nggak ada cara lain, semuanya udah dilakuin sesuai prosedur kita buat anak mapala. Tapi Jungwon nggak kunjung pulih, Jay. ini anak harus skin to skin." Heeseung si pembaca situasi mulai berargumen.
"Diantara kita yang suhu tubuhnya paling hangat lo, Jay." Giliran Sunghoon yang berargumen.
Jay pun menggaruk rambutnya kesal. "Gue nggak kenal dia! Dan gue harus skin to skin sama dia? Sama sekali nggak-"
Belum selesai Jay bicara tapi pipinya sudah ditinju Jake.
"Sialan! Lo ketua mapala kampus kita kan? Bisa-bisanya ketua kayak lo masih mikirin hal-hal kaya gitu pas nyawa orang terancam."
"Lo nggak tau apa yang gue rasain, brengsek!" Mereka malah berkelahi.
"Emang gue nggak tau! Tapi gue gak akan terima kalo ukm mapala kita dibubarin kampus gara-gara berita anak ukm mapala nelantarin orang hypo sampe tewas!" Teriak Jake marah.
Diikuti Sunghoon, Jake keluar dari tenda menyisakan Heeseung dan Jay di dalam.
"Jay, gue selalu percaya sama lo." Kata Sunghoon sebelum keluar.
Heeseung masih sambil memeluki tubuh Jungwon menatap Jay penuh harap.
"Jay, gue nggak tau apa yang lo alamin. Tapi gue bakalan berterimakasih banget kalau lo mau selamatin Jungwon pakai cara skin to skin. Lihat tubuh dia makin membiru, padahal udah pakai penghangat double-double begini . "
Jay terduduk lemas, ia tidak bisa memikirkan apapun.
Pelukan pada tubuh Jungwon dilepas, kini Giliran Heeseung bangkit, "Gue tahu lo anak baik," Katanya menepuk bahu Jay.
Tinggalah Jungwon dan Jay di dalam tenda. Nafas yang dikeluarkan mulai pendek, tak peduli sekuat apapun Jungwon mencoba membuka matanya dia merasa berat, tubuhnya sulit digerakkan, bahkan sangat sulit untuk memanggil nama Jay di setiap hembusan nafasnya yang mulai tak beraturan.
"Kak-k dingin," Bisik Jungwon yang entah bagaimana posisi kepalanya mendengak tepat dihadapan Jay yang sedang duduk memikirkan keputusan.
Ini adalah hal yang sulit bagi Jay. Teman-temannya tidak tahu apa-apa mengenai dirinya. Dan dia tidak bisa menyalahkan mereka diluar yang tak bisa menggantikannya untuk memberi pertolongan kepada orang yang kena hipotermia.
Bibirnya digigit secara kasar. Dengan tangannya yang gemetaran karena panik, akhirnya dia memutuskan melucuti semua pakaiannya. Dia telanjang total.
Jangan berpikiran negative, mereka hanya akan melakukan skin to skin. Skin to skin sendiri adalah salah satu metode pertolongan bagi orang yang kena hipotermia. Tujuannya untuk berbagi kehangatan langsung dari kulit ke kulit. Ini adalah pilihan terakhir yang bisa dilakukan apabila segala cara pertolongan tak berhasil.
Dengan perasaannya yang campur aduk, Jay melucuti seragam yang dikenakan Jungwon.
"Maaf, Jungwon" Katanya berkali-kali dengan nada gemetar.
Sesudah mereka dalam posisi telanjang, Jay langsung menarik tubuh mungil Jungwon yang kaku ke dalam pelukannya. Diusapnya punggung Jungwon secara kasar agar panas dari gesekan kulit tubuhnya berhasil. Tidak lupa mereka menyelimuti diri menggunakan thermal blank dan juga sleeping bag.
"Jungwon," Panggil Jay masih terus mengusap lengan Jungwon untuk memberi kehangatan.
Kepala Jungwon kemudian Jay benamkan pada dada bidangnya. Mempersempit jarak antara mereka agar Jungwon bisa merasakan kehangatan dari tubuh Jay.
Pada saat itu ketika pipinya ditepuk-tepuk, kesadaran Jungwon memulih, dia sedikit demi sedikit bisa mengendalikan tubuhnya, membuat Jay bernafas lega ketika merasakan tangan Jungwon melingkar erat memeluk tubuhnya.
"Bisa dengar kak Jay?" Bisiknya di telinga Jungwon.
Jungwon pun mengangguk kecil sebagai respon.
Disitu kemudian Jay berhenti mengusapkan kulitnya pada Jungwon. Kini mereka hanya berpelukan di dalam thermal blanket berbagi kehangatan sekaligus oksigen satu sama lain.
Rasa syukur mengalir dalam nadinya. Jay lega bahwa dia bisa menyelamatkan Jungwon di detik-detik akhirnya. Mungkin saja kalau terlambat, dia akan hidup penuh penyesalan hanya karena trauma yang dia alami.
Jungwon bergerak merapat. Menduselkan wajahnya pada tubuh Jay seperti anak bayi. Merinding dirasakan tubuh Jay, dia teringat masa lalu dan tak sengaja air mata menetes jatuh dihidung bangirnya.
------
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
ini thermal blanket just incase ada yang belom tau. nah di cerita ini jungwon digulung pake ini pas dievakuasi ke tenda.