(Lima menit kemudian)

Me

Yoo Jonghyuk?

Oii! Yoo Jonghyuk, kamu di mana?

Masa marah sama candaanku? Baperan banget.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.


Yoo Jonghyuk! Jangan katakan kamu sungguhan ke rumahku?!

Hei! Aku cuma bercanda barusan.

***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kak, kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Yoo Mia. Gadis remaja yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama itu melirik pada jam dinding yang telah menunjukan ke angka sebelas.

Yoo Mia sudah tidur sebenarnya, tapi ia terbangun gara-gara tenggorokannya terasa kering. Saat turun untuk mengambil air minum, Yoo Mia melihat kakaknya tengah grasak-grusuk. Entah sedang apa.

Mungkin sedang melakukan ritual pemujaan kerang ajaib (?)

"Kakak mau pergi ke rumah temen, mungkin bakalan nginep," balas Yoo Jonghyuk sambil sibuk memakai jaket. "Gak pa-pa kan ditinggal?"

Yoo Mia mengibaskan tangan dengan lagak cuek. "Aku gak akan kenapa-kenapa. Aku kan dah gede," katanya. "Omong-omong, rumah temen kakak yang mana?" tanya Yoo Mia penasaran.

"Kim Dokja," jawab Yoo Jonghyuk singkat.

Pantesan.

Dalam hati Yoo Mia mencibir. Tentu saja. Hanya Kim Dokja seorang yang mampu membuat Yoo Jonghyuk bersedia pergi meski di malam larut seperti ini. Siapa lagi coba selain pacar lelaki kakaknya itu. Kadang Yoo Mia merasa cemburu pada Kim Dokja, karena telah mengambil separuh perhatian Yoo Jonghyuk yang seharusnya menjadi miliknya.

Semenjak Yoo Jonghyuk pacaran dengan Kim Dokja beberapa bulan yang lalu, Yoo Mia merasa tersisihkan!

Seandainya saja Yoo Mia tau. Apa alasan sebenarnya yang membuat Yoo Jonghyuk rela naik motor untuk ke rumah Kim Dokja melawan hawa dingin di luar.

"Kakak pergi dulu. Kamu hati-hati yah di rumah sendirian." Yoo Jonghyuk mengelus puncak kepala Yoo Mia sekilas.

Yoo Mia hanya menggelengkan kepalanya, mendadak pening melihat kepergian kakaknya yang terburu-buru seakan mengejar sesuatu.

Di sisi lain, Kim Dokja yang gelisah segera turun ke bawah saat mendengar suara ketukan di pintu.

"Tidak ada orang di rumah," kata Kim Dokja dengan takut-takut.

Yoo Jonghyuk yang berada di luar pintu mengernyit heran. Kalau tidak ada orang di dalam, kenapa ada suara? Mungkin 'kah setan?

"Kim Dokja, buka pintunya." Yoo Jonghyuk lagi-lagi mengetuk pintu, kali ini terdengar tidak sabaran.

"Pulang saja bisa?" balas Kim Dokja nyaris ingin menangis.

Sungguh! Kim Dokja memang selalu mengharapkan kedatangan Yoo Jonghyuk ke rumahnya, namun kali ini ia berharap bila kekasihnya segera pulang ke rumah, cuci muka, kaki, tidur, dan melupakan apa yang ia ketik di pesan beberapa waktu yang lalu.

He Loves Him🌌Where stories live. Discover now