Bagian Satu: Berkenalan Dengan Damai

21 6 6
                                    


Ocehan Bapak dan Ibu terhormat di depan hampir membuat kepalaku pecah. Apa tidak bisa mereka berdamai saja?

Kadang hal-hal sepele itu sering dibuat masalah seolah lupa yang salah adalah masing-masing dari mereka.

Berpikir apakah mereka tidak punya masalah mampu membuatku tambah pusing. Bahkan aku saja, yang cuman diam dan memperhatikan ikan-ikan saling mengobrol pun sudah punya banyak masalah.

Aku menebar nasi dari piring ke kolam lagi. Tidak tahu itu dilarang atau tidak. Biarlah, toh ikannya juga kelaparan. Kecuali, ikan-ikan itu sudah kenyang memakan realita, mungkin aku akan membungkus nasi dan ayam goreng ini untuk diberikan kepada yang lebih membutuhkan.

Lalu beranjak pergi dari saung di tengah-tengah kolam ikan ini. Ini penjara. Terjebak rasa bersalah karena tidak menghabiskannya mampu membuatku terpenjara di sini.

Sisa ayam, juga sekepal nasi dan pahitnya hidup di piring. Tidak mau ku makan, karena rasanya aku sudah cukup kenyang memakan realita di sini.

Dan biarlah ikan-ikan yang cuman tahu ada hujan nasi ini yang membuatku bahagia. Walau tidak banyak, hanya saja warna-warni tubuh mereka (walau cuman orange dan merah dan putih) mampu membuatku tersenyum senang.

Lemparan terakhir sudah masuk ke mulut-mulut rakus mereka. Sisa ayam. Ikan suka ayam?

Mungkin karena bodoh atau mungkin karena otakku sudah habis masa pakai (walau ini terlihat beda tipis) aku pun melemparkan secuil ayam ke kolam.

Tidak dimakan, atau mungkin aku yang tidak melihat. Maka ku lemparkan lagi ayam, dan sekarang barulah aku sadar aku bodoh saat teriakan pelayan dari saung sebelah terdengar.

"MBA GA LIAT ADA TULISAN GA BOLEH NGASIH MAKAN IKAN?" marahnya dengan wajah yang sepertinya sudah lelah. Mas, kalau capek, mending sini, ikut sama saya ngasih makan ikan.

Kasian ikannya, dikasi air doang. Yang kadang terlihat beberapa --maap jika menjijikan -- lepehan seafood di kolam. Ah ini toko seafood ya? Terus kenapa jual ayam? Aku baru sadar, oh atau aku yang baru tahu kalau ayam ada di air?

Mas-mas emosian itu datang menghampiriku yang menatap ayam dengan pandangan kasihan. Kasihan salah gaul.

Ia tiba di depanku, marah-marah lagi sampai satu ucapannya mampu membuat otakku bekerja lagi dan waras lagi.

"MBA! Ini gila apa masih waras sih?! Atau ga bisa baca?! Mba bikin kotor kolam! Mau bersihin kolamnya?!"

Bukan ikan yang salah karena rakus, bukan ayam yang salah karena mau saja dimasukan ke restoran seafood, dan bukan pula otak yang salah karena pura-pura kehabisan daya.

Tapi aku, aku yang salah. "Mba masih bisa mikir kan?! Mba punya masalah apa sih hah?! Mba itu nambah masalah orang, tau ga?!"

Masalah. Masalah? Apa ya? Banyak, masalah saya. Atau sedikit? Dada saya sesak sekarang.

"Mba sekarang ga bisa ngomong?!"

Saya baru ingat, saya ga bisa dibentak gini. Jadi saya jawab, "Mas, jangan marah-marah. Saya punya masalah, Mas juga punya masalah. Mending kita berdamai biar seenggaknya Mas ga nambah masalah saya. Soalnya saya ga bisa berdamai sama masalah saya, mungkin sama Mas bisa. Mau?"

"Kamu ngelantur ya!"

"Mas kadang lari dari masalah kayak yang Mas lakuin tadi, itu bisa ngeringanin masalah sebenarnya. Dan saya lagi butuh perasaan lega itu. Seengaknya kita damai ya?"

Hening, sepi, gelap. Aku sadar sekarang, aku sedang di kamar, melamun. Dengan tangan yang memegang ayam, dan air mata yang membasahi pipi.

Berdamai. Iya berdamai, tapi dengan siapa? Ah bukan dengan siapa. Tapi yang benar adalah, "Bagaimana kalau kamu dan saya berdamai, lalu kembali menjadi aku? Agar tidak usah capek-capek membuatku bertengkar dengan diri sendiri lagi. Agar tidak usah memunculkan kemungkinan-kemungkinan palsu..

Agar berhenti membuat diri ini berucap bisa padahal realita bilang harapannya seratus persen..

Iya sepuluh persen mungkin, sembilan puluh persen halu yang semoga terwujud karena itu mimpi terbesar saya, dan saya pun sudah berdoa, dengan semoga ya... lalu aamiin."

•~•~•~•~•

TBC

I just wanna say, thank you for reading this short story. And enjoy this part and next part and next-next part!

Because it's not just one part <3

13 Juni 2021 - malam hari

Berdamai Dengan Saya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang