Jika tak diancam akan ditinggal pulang, yunseong lebih baik lanjut tidur di villa. Papinya yang terhormat memaksa diantar ke wilayah perkebunan teh milik keluarga mereka.
Cek sekaligus jalan-jalan pagi kata beliau, setelah beberapa bulan akhirnya mengunjungi-bonus ditemani anak lanangnya yang super ribut.
"Tanahnya gak enak pi"
"Dideket tempat duduk semen itu ada beberapa sepatu boots, pake aja salah satu"
"Kan punya orang"
"Daripada sendal bututmu rusak?"
"Eeee ini setengah juta harganya"
"Punya papi dua juta aja gak lebay"
Beberapa petani pekerja tertawa kecil mendengar perdebatan konyol pak bos dan anaknya. Setelah yunseong ganti sendal, mereka berjalan dipinggiran kebun teh.
Sesekali tuan hwang akan menyapa pekerjanya, bahkan menyemangati. Memang ramah tak seperti si tuan muda yang dikit-dikit jijik an itu.
Yunseong tak sengaja menoleh ke arah jalan setapak yang tadi ia lewati. Seseorang berjalan berjalan sambil membawa tupperware. Lucu sekali pakai topi anyam.
"Cantik banget, bidadari darimana tuh"
"Itu anak bu gyuri, sering nganter makan buat ibunya. Lama nggak liat papi"
"Emang gak papi kasih makan? Tega bener?"
Tuan hwang mencabut daun teh yang sudah akan rontok lalu melempar ke wajah sang anak, kebiasaan.
"Papi ngasih kebebasan sih, makannya sistem ambil sendiri sendiri gitu. Tapi bu gyuri emang daridulu dianterin makan anaknya"
"Cantik ya pi"
"Wesss, dia salah satu primadona. Tapi nggatau udah nikah apa belum"
"Belum, kan jodohnya yunseong"
"Rupamu"
Yunseong tak kesal karena sibuk mengamati anak bu gyuri itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah selesai mengantar bekal sang ibu, orang cantik itu pergi melewati yunseong dan papinya. Sempat menoleh dan memberi bungkukan sedikit sambil tersenyum.
