16| Jilbab Abu

3.1K 734 1K
                                    

"Udah cong, teler lu ntar," cegah Cla sembari menahan tangan gue yang berniat akan meneguk segelas wine.

"Bacot lu," ucap gue sembari menarik tangan gue, dan selanjutnya menenggak minuman itu sampai tandas.

Sedikit mengernyit karena rasanya yang teramat pahit. "Gue gak akan mabok," ucap gue yang sok iya banget, padahal mah kepala gue rasanya udah mau pecah.

"Dih, sok bener lo," sindir Cla. "Muka lo udah ngenes ya lon."

"Anjing, muka gue emang begini dari sononya," protes gue yang membuat dia terbahak.

"Lo ada masalah apa si? Gue lagi enak leha-leha lo paksa-paksa dateng ke sini," protesnya.

"Tapi enak 'kan gue traktir?"

"Ya iyalah," sahutnya cepat. "Buruan ah cerita, kepo gue."

Gelas berisi wine yang tadi gue genggam kini gue letakin gitu aja di atas meja. Dengan pencahayaan yang temaran gue natap dia dengan prustasi. "Gue capek, nyet."

"Capek apa lagi?"

Nahkan, mengingat Dirga kembali membuat dada gue kelewat sesak. Pada akhirnya gue kembali menegak segelas wine untuk menenangkan emosi yang udah mulai menggebu-gebu.

"Gue mau cere aja Cla," ucap gue. Gue gak tahu ngomong apaan, alkohol kayaknya udah nguasain alam bawah sadar. Lagian kalau di hitung-hitung gue udah menghabiskan banyak alkohol malam ini. "Gue benci sama sikap sok alimnya."

Si Cla diem aja sembari merhatiin gue.

"Gak ada satupun laki yang nolak gue sebelumnya," gue menarik napas dalam-dalam. "Dia bahkan hina gue, dia sakitin gue!" jerit gue dengan prustasi. Terimakasih pada DJ yang menyalakan musik kelewat kencang sampai tangisan gue redup dengan suara musik.

Si Cla menggelengkan kepalanya. "Yakin cowok kayak Dirga bisa nyakitin lo Zie?"

Gue ngangguk. "Lo gak percaya sama gue?" Dan reaksi dia cuma diem. "Jangan-jangan lo juga di bayar sama dia buat jadi pendukungnya?"

"Sialan, ngarang lo."

Tiba-tiba gue nangis, yang awalnya pelan jadi kejer. Dan Cla yang duduk di samping gue sontak jadi panik bukan main. "Lo udah bukan di pihak gue lagi," raung gue kayak bocah yang gak di kasih duit jajan.

"Anjir lo Zie, jangan malu-maluin juga bege," paniknya sembari menenangkan gue.

"Kenapa lo belain dia di depan gue? Gue gak terima!"

"Iya, iya! Dia yang salah, dia yang nyakitin lo. Dia lebih jahat dari apapun yang ada di dunia," ucal Zie semeyakinkan mungkin.

Gue menghentikan tangis, kemudian menatap dia dengan mata menyipit. "Lo di pihak gue kan? Lo percaya kan kalo dia nyakitin gue?"

Si Cla ngangguk dengan yakin. "Iya Babe, gue di pihak lu. Udah deh mending kita balik aja, gak bener lu lama-lama di sini," ucap Cla sembari menarik tangan gue untuk bangun.

Tapi gue menyentaknya. "Gue masih mau di sini, gue gak mau pulang."

Cla menghela napas berat kemudian kembali duduk di samping gue lagi. "Gue yang ribet anjir."

"Ya udah lo pulang duluan aja sana," ucap gue dengan nada tersinggungnya.

Cla gak punya pilihan lain selain mengikuti apa mau gue. "Jam 1 harus udah pulang, gak mau tahu."

"Iya, iya, bawel."

Untuk ke berapa kalinya gue kembali menegak gelas yang telah berisi wine.

Dear, Dirga | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang