•Alastar 01 : Terpaksa Menikah•

7.3K 301 11
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Shaila Kusumawijaya binti alm. Latif Kusumawijaya dengan mas kawin, tunai."

Kalimat sakral itu keluar dengan lancar dan lantang dari mulut seorang Alastar Gaenandra, pria berumur 27 tahun. Tidak ada raut bahagia sedikitpun yang terpancar di wajahnya. Hanya ada raut datar dan dingin.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

Mendengar itu Alastar ingin sekali berteriak dan berkata tidak.

"Sah!" seru para tamu undangan saling bersahutan.

Alastar menatap Shaila yang menunduk, menangkupkan kedua tangannya di pipi Shila, mengangkat sedikit wajah gadis itu agar mata keduanya bertatapan.

"Terima kasih, Shaila, kamu sudah mau menjadi istri saya. Terima kasih sudah mau menerima saya di hidup kamu." Hati Shaila menghangat mendengar itu. Tidak menyangka Alastar akan mengucapkan kata tersebut. Detik selanjutnya kecupan hangat mendarat di kening Shaila.

Setelahnya Alastar memasangkan cincin pernikahan di jari manis Shaila, begitupun dengan Shaila pada Alastar. Kemudian mencium punggung tangan lelaki itu yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.

"Alastar, selamat, ya, nak, kamu sudah menjadi seorang suami. Papa harap kamu bisa menjadi suami yang baik untuk Shaila." Alastar tersenyum manis; lebih tepatnya pura-pura.

"Iya, Pa, Alastar akan menjadi suami yang baik untuk Shaila, dan anak-anak Alastar nanti. Papa nggak usah khawatir." Rafi—selaku orang tua Alastar itu menepuk bahu putranya.

"Bagus. Papa bangga sama kamu."

Mata Alastar tidak sengaja menangkap sosok seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dari rumahnya, perempuan itu adalah perempuan yang selalu Alastar rindukan. Dengan segera, dia bangkit dari duduknya berlari ke arah sosok perempuan tersebut.

"Alastar! Mau kemana kamu?!"

🙀🙀🙀

Malam yang cukup melelahkan bagi Alastar dan juga Shaila, dua insan yang sekarang sudah sah menjadi suami istri. Tidak ada yang istimewa malam ini, hanya ada keheningan dan rasa canggung di antara mereka dua.

"La," panggil Alastar, memecah keheningan.

Shaila yang sedang duduk di pinggir ranjang pun menoleh ke arah Alastar. "I-iya, ada apa apa, Al?"

"Gue capek, mau tidur. Lo mandi sana."

Shaila hanya mengangguk.

"Al, aku boleh tanya gak?" tanya Shaila saat Alastar berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana.

"Apaan?"

Shaila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sebenarnya malu mengatakan hal ini. Tetapi, ini sudah kewajibannya. "K-kamu gak mau sentuh aku? Maksudku kamu gak mau berhubungan badan?" Shaila berucap cepat, gadis itu menggigit bibirnya karena malu.

Alastar menatap Shaila. Senyum miring tercetak jelas di bibirnya. "Maksud lo buat anak? Lo yakin ngajak gue? Tapi maaf, La, gue gak bisa. Gue gak mau cepat-cepat punya anak. Dan kalo emang bener-bener lo pengen gue sentuh, gue harap lo minum pil pencegah kehamilan setelah kita melakukannya."

"Tapi--"

"Shaila Kusumawijaya, lo denger kata gue 'kan? Gue gak suka di bantah dan gue tau kalau lo itu orangnya penurut. Jadi, bisa 'kan nurut sama perkataan gue?" sela Alastar.

"Maaf." Shaila berkata lirih.

"Satu lagi. Lo gak boleh berharap lebih, gue melakukan semuanya karena terpaksa. Gue gak cinta sama lo, gue cuman cinta sama pacar gue. Tapi, lo jangan khawatir, gue bakal ngelakuin kewajiban gue sebagai suami lo."

Shaila tersenyum tipis. "Iya, Al, aku paham." Setelah mengatakan itu Shaila segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Shaila paham, Shaila juga tahu kalau Alastar tak mencintainya. Iya, Alastar mencintai orang lain. Walau begitu Alastar juga tak akan lupa kewajibannya sebagai seorang suami. Memberi nafkah dan perhatian pada Shaila, walaupun tanpa dasar cinta.

Karena Alastar hanya mencintai Mawar Arzanandra, bukan Shaila Kusumawijaya.

🙀🙀🙀

Alastar membuka mata saat cahaya mentari pagi dengan tidak sopan mengganggu tidur nyenyaknya. Lelaki itu menggeliatkan tubuh, mata Alastar tidak sengaja melihat Shaila yang sedang menyisir rambut panjangnya di depan cermin. Gadis itu hanya memakai hotpants dan kaos lengan pendek. Membuat Alastar berdecak kesal.

"Shaila." Suara panggilan Alastar berhasil membuat Shaila terkejut, segera dia menoleh.

"Iya, Mas, ada apa?" sahut Shaila, tidak lagi memanggil suaminya itu dengan nama.

"Sebenernya gue gak mood buat ngomel pagi-pagi. Tapi, liat pakaian yang lo pake itu bikin mulut gue gatel mau ngomel." Dasar Alastar, baru bangun tidur langsung mengomeli Shaila.

Gadis itu nampak salah fokus karena melihat paras Alastar yang benar-benar tampan, meski pun wajah sang suami nampak kusut dan rambutnya berantakan.

"Maksudnya?"

"Lo tau 'kan ini masih pagi dan gue baru bangun tidur. Dengan liat pakaian lo yang seperti itu, punya gue jadi tegang. Lo mau goda gue, hah?" 

"Nggak, kok, siapa juga yang goda kamu."

"Bacot! Bilang aja lo mau gue sentuh. Gue perkosa tau rasa," dumel Alastar, lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

Sedangkan Shaila hanya bisa mengelus dadanya sabar. Dosa apa dia bisa memiliki seorang suami seperti Alastar. Sepertinya dihari yang akan datang ia mesti banyak bersabar.

"Shailaaa!" Teriakan Alastar dari dalam kamar mandi membuat Shaila terkejut sekaligus panik.

"Iya, Mas, ada apa? Kamu gak apa-apa 'kan di dalem?"

"Ini kenapa semua peralatan mandi warnanya pink?!"

"Kenapa? Nggak boleh, ya? Aku salah kah?" sahut Shaila santai.

"Pake nanya! Jelas salah lah! Gue itu cowok dan gue nggak suka warna pink, sialan!" Shaila menahan tawa, tidak bisa ia tebak seperti apa wajah suaminya sekarang di dalam kamar mandi. Pasti wajah Alastar sudah memerah menahan emosi sekaligus malu.

"Bangsat, babi, mati aja lo Shaila, mati! Astaghfirullah, Al, gak boleh gitu, baru aja nikah masa udah mau jadi duda. Eh tapi, bagus dong, gue bisa nikah sama mawar," monolog Alastar.

~TBC~

Jangan lupa vote & coment. Jangan lupa juga kasih kritik & saran. Kasih tahu saya kalau ada kesalahan kata, typo, dll. Sampaikan secara baik-baik, maka saya akan menerimanya dengan lapang dada.😉

Terima kasih😊🙏

Alastar Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin