Joyira lantas bangun setelah pikirannya yang rada-rada aneh mikirin hal yang engga-engga. Hal-hal yang negatif yang mungkin terjadi sama Villani sekarang. "Amit-amit deh! Udahlah, biar gue aja yang nyemperin si Vi!"

***

"GUE BILANG GUE GA BISA KA!"

Richard, kakaknya Villani yang tiba-tiba dateng dan bikin Vi harus teriak setelah ngejawab dengan bilang engga tiga kali masih belum digubris itu cuma bisa senyum yang malah bikin Vi semakin kesel. "I know, but why? You must gimme the reason, Vi."

Villani natap Richard sambil nahan keselnya. Iya dia tahu dia emang harus ngasih tahu sebuah alasan sama kakaknya yang tiba-tiba dateng ini dan ngajakin Vi buat nemenin kakaknya itu ketemuan sama salah satu klien penting yang katanya bisa buat perusahaan keluarga Wardhana ini dapet profit lima kali lipat nantinya. Tapi untuk apa?

Untuk apa Vi nemenin kakak tirinya ini? Supaya Vi kelihatan kaya anak asli dari keluarga Wardhana yang nanti pada akhirnya mau nyebur dan berkecimpung diperusahaan ayahnya yang turun-menurun itu?

Bullshit lah!
Sampe Jakarta turun salju juga Vi ga akan mau. Bukan karena ayah tirinya ini mau memperdayakan Villani yang punya otak pintar buat nerusin perusahaan keluarganya yang udah turun menurun itu, bukan! Atau bukan karena kakak tirinya lagi mau ngejebak Villani, mau ngejerumusin Villani ke suatu hal yang pada akhirnya ngebuat Villani dicap sebagai anak yang ga becus dan ga pantes nerima saham sepeserpun ataupun nerusin perusahaan ayahnya dan pada akhirnya bikin ka Richard jadi satu-satunya pewaris yang pantas buat nerusin perusahaan ayahnya yang maju dan besar itu. BUKAN!

Tapi karena Villani sadar diri. Karena Vi sadar kalau dia bukan darah daging orangtuanya. Dan karena Villani ga mau terus-terusan bergantung dibelakang nama keluarga orangtuanya sampe nantinya kalau suatu saat latar belakangnya ini terungkap, orangtua ataupun kakak tirinya ini ga akan terluka. Ga akan merasa terbebani kalau suatu saat ada orang yang berniat buruk dan ngejadiin latar belakang Villani yang ga jelas ini sebagai senjata dan kelemahan buat keluarga Wardhana.

Biar bagaimanapun, biarpun Villani merasa kalau ia terlalu dibedakan karena dia sebenarnya orang asing, Villani tetap sayang. Villani tetap sangat sayang dan mau melindungi keluarganya itu karena ia juga tahu kalau keluarganya itu juga menyayanginya. Mereka semua menyayangi Villani walau terkadang rasa kasih mereka yang banyak itu jadi terkesan rasa iba yang berlebih.

Villani bales senyuman kakaknya. "You know that reason, ka!"

"Because you want to be a doctor? Tapi ini cuma pertemuan biasa, Vi!"

Iya biasa! Tapi Villani yakin banget kalau alasan kakaknya dateng ke sini dan ngebujuk Vi buat ikut nemenin dia itu karena daddy nya yang minta. Daddy nya yang sebenernya kepingin banget Vi ikutan terus lama-lama mau ikut ngurus perusahaannya dia dan bantuin kakaknya ini. Richard paling dinasehatin dan dihasut mommy nya yang minggu lalu pulang. Mommy nya pasti cerita banyak hal yang berlebihan dan ngebuat Richard pada akhirnya sampe disini dan ngebujuk Vi mati-matian buat ikut dia ke pertemuan yang Villani jamin membosankan nantinya.

Richard yang punya jarak tujuh tahun lebih tua dari Villani ini masih menunggu jawaban iya dari adiknya itu. Dan kalau Richard perhatiin Vi, apa yang mommy nya omongin ke dia kemarin-kemarin itu ada benernya. Villani disini ga terurus. Villani disini seolah sengaja mau ngejauhin keluarga dia. Villani yang sekarang sikapnya agak mirip kaya Villani beberapa tahun yang lalu. Dan Villani adiknya yang semakin hari semakin dewasa ini seolah punya rencana tersendiri yang ga seorang pun tahu. "Apa ada orang yang lagi deket sama lo, Vi? Someone who special for you."

"Nothing! Jadi udah deh mending lo ga usah ngedengerin omongannya si mommy! Omo-"

"VILLANI! Vi! Vi kamu ada disinikan?" 

Love Me, Love me Not?!Where stories live. Discover now