Me and You, Together Forever: Chapter 2

2.9K 252 10
                                    

Hati Kuroko hari ini begitu berbunga-bunga. Bagaimana tidak, angka '100' tercantum jelas dengan tinta merah di secarik kertas berisikan kumpulan soal bersubjekkan Bahasa Jepang dan jawaban-jawabannya. Dengan senyum yang merekah di wajahnya; juga tanpa memedulikan dirinya sendiri yang masih membawa tas sekolahnya di punggung; ia berlari secepatnya menuju hutan dimana ia tersesat kemarin. Ia hanya berhenti di tempat di mana ia tersesat, dan bertemu anak itu;

Akashi Seijuurou.

"Sei-kun! Sei-kun!" Dengan tak kenal lelah, ia berkali-kali memanggil nama panggilan pemberiannya itu, dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menemukan anak bersurai merah itu. Nafasnya terengah-engah. Ia memegangi kedua lututnya dan mencoba mengontrol nafasnya. Namun, badannya seakan kembali mendapatkan asupan energi secara kilat saat suara gemerisik semak-semak yang diinjak mulai terdengar; dari jauh, perlahan makin mendekat. Senyum Kuroko makin mengembang saat sosok yang dicarinya kini muncul walau dengan tatapan bingung.

"Tetsuya? Sedang apa kau di sini? Kau tidak sedang tersesat, bukan?" Tanya sang surai merah. Ekornya tampak bergerak pelan di balik tubuhnya. Setelan baju tradisional itu masih sama dengan yang kemarin, membuat hari ini seakan hanyalah hari kemarin yang diputar ulang.

"Sei-kun, aku mendapat nilai sempurna di ulanganku," Dengan perasaan yang masih sama, Kuroko mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan padanya dan segera memperlihatkan isi dari secarik kertas yang ia genggam di tangannya sedari tadi kepada Akashi. Akashi yang penasaran dan juga heran, langsung meraih kertas itu dengan jemarinya yang mungil.

"Apa ini?"

"Itu ulangan,"

"Ulangan?"

"Ya, benar. Ketika kita sudah menyelesaikan suatu pembelajaran di sekolah, kita akan mendapatkan sebuah tes tertulis untuk mendapat nilai. Nilai diperlukan agar kita bisa naik ke kelas selanjutnya. 100 adalah nilai tertinggi," Kuroko tersenyum, dengan sabar menjelaskan apa yang disebut dengan 'ulangan' kepada anak berfitur rubah itu.

"Begitu, ya. Sayang sekali, aku tidak bisa membaca huruf, Tetsuya. Tapi kau melakukannya dengan sangat baik, bukan? Kau mendapat nilai maksimal," Akashi menghela nafas kecil, dan dilanjutkan dengan sebuah lengkungan di bibirnya, membentuk sebuah senyuman kecil yang sudah biasa ia lontarkan kepada anak dengan surai biru muda di hadapannya itu.

"Sei-kun tidak bisa membaca huruf?" Kuroko mengerjapkan matanya, melupakan fakta bahwa hal seperti itu memang tidak lagi mengherankan mengingat Akashi tinggal di hutan. "Kalau begitu, apa Sei-kun mau kuajari?" Tawar Kuroko, yang langsung membuat Akashi terperanjat.

"Eh? Mengajariku? Tapi kau juga masih sekolah, Tetsuya. Waktu belajarmu mungkin akan habis hanya untuk mengajariku," Akashi menggeleng perlahan, menolak tawaran Kuroko namun berusaha untuk tidak menyakiti perasaannya.

"Tidak apa-apa, Sei-kun. Aku juga bisa mengingat-ingat pelajaran yang lampau agar aku tidak lupa dengan mengajarimu," Senyum Kuroko seakan tak pernah pudar jika ia sudah menghadapi anak berambut merah yang nyatanya sangat ia sayangi itu.

Iris biru langitnya melirik ke arah tas berwarna hitam yang ia tenteng di kedua pundaknya dari tadi; lalu menatap Akashi lagi.

"Lihat! Aku masih membawa tas sekolahku. Ayo kita ke rumahmu, Sei-kun! Aku akan mengajarimu," Ujar Kuroko dengan semangat.

Akashi masih membelalakkan kedua matanya; mungkin terkejut dengan rasa antusias yang ditunjukkan oleh sang surai biru langit dengan sangat jelas. Sama sekali tidak pernah ia pungkiri kalau Kuroko akan segamblang itu menawarkan diri untuk mengajari Akashi dan langsung mengajak Akashi untuk menunjukkan rumahnya pada Kuroko. Namun, ia langsung menghalau perasaan itu dan menunjukkan seulas senyum pada Kuroko; lalu mengangguk. "Baiklah. Terima kasih, Tetsuya."

Someone in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang