DevAy|30🤓

Mulai dari awal
                                    

"Jangan berani mendekati kami, atau akibatnya akan buruk!" Ayla mengeluarkan pisau dapur yang juga dia bawa tadi. Melihat itu Nicole justru tertawa licik.

"Hahaha ... Ayla, Melya. Anak pak Pradistrya, yang bod*h. Kalian memang sangat-sangat polos, dan juga ceroboh!" bentak Nicole.

"Kalian pikir, gue gak tau kalau Ayla hanya bersandiwara. Dan ingin menyelamatkan lo." Nicole mendekati Ayla dan dengan sigap melemparkan pisau itu ke sembarang arah.

Bugh!

Bruk!

Dina memukul tengkuk Ayla menggunakan kayu yang di bawanya tadi. Sedangkan Vani mengikat tubuh Ayla dan Melya di kursi yang berbeda dan tak bersebelahan. Melainkan jarak Ayla dan Melya jauh sekali. Sekitar sepuluh langkah.

"Kalian jahat banget sih! Kenapa kalian giniin kita?! Apa salah kita! Kenapa kalian jahat!" Teriakan Melya di anggap angin lalu oleh Nicole dan Dina. Vani ingin menolong mereka, tapi jika Vani menolong mereka. Orangtua Vani yang menjadi korban.

"Selamat bersenang-senang saudara kembar," tutur Nicole sembari melambaikan tangannya dan beranjak pergi meninggalkan Ayla dan Melya.

Gue harus cari cara biar bisa kabur. Pikir Melya.

***
"Bi, Ayla mana ya? Kok di kamar Devan cari gak ada?" Ini yang di takutkan oleh BI Nur.

"Anu, itu Den Devan. Non Ayla tadi pamit sama saya mau ke suatu tempat, dan non Ayla bilang dia minta maaf sama den Devan, karena gak nurutin apa kata den Devan."

Devan meraup wajahnya kasar. Setelah itu dia pun segera membersihkan diri di kamarnya. Setelah itu Devan turun terburu-buru ke bawah, mengambil kunci mobil.

"Tunggu den!" Teriakan Bi Nur membuat langkah kaki Devan terhenti.

"Kenapa Bi?" tanya Devan seraya melangkahkan kakinya menuju Bi Nur berdiri saat ini.

"Ini non Ayla nitipin surat buat Den Devan," jawab Bi Nur sembari memberikan amplop yang berisi surat kepada Devan. Devan langsung membuka kasar amplop itu. Entahlah perasaan Devan sangat tak karuan saat ini.

Isi suratnya.

Dari Ayla untuk kak Devan.

Kak, Ayla pergi untuk menjemput kembaran Ayla di ruang rahasia yang cantik.

Assalamu'alaikum.

"Dimana ini, huh Ayla kenapa sih gak langsung ngomong ke intinya!" Monolog Devan. Berdecak kesal lalu mengacak rambutnya frustasi.

Ruang rahasia yang cantik, di mana itu. Pikir Devan.

Devan langsung menancapkan gas mencari Ayla yang dia pun tak tau di mana Ayla berada.

"Ayolah, Ay. Tunjukkan diri lo," monolog Devan sembari melihat-lihat jalanan yang di lewatinya.

***
"Eugh." Ayla tersadar dari pingsannya. Menetralkan pandangannya ke seluruh ruangan yang menyeramkan itu. Sampai akhirnya pandangannya tertuju pada Melya yang sedang menatap langit-langit seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Mel, kita, kita kok bisa di sini?" tanya Ayla.

"Kita di jebak," lirih Melya.

"Terus sekarang kita harus gimana, Ay. Gue takut," rengek Melya.

"Gue juga gak tau, mana lupa ngasih tau kak Devan kalau mau ke sini," sahut Ayla.

"Gimana caranya kita kabur dari tempat yang sangat kejam ini, gimana Ayla?" tanya Melya.

"Gak tau, Mel."

***
Devan sudah mencari ke berbagai rumah yang sering di kunjungi Ayla. Dia lupa kalau Ayla sering ke rumah Nicole beberapa akhir ini.

"Danish, apa mungkin Ayla ke rumah tu pengkhianat." Devan langsung menancapkan gas menuju rumah Danish.

"Danish, Dan--"

"Ngapa sih masuk rumah orang teriak-teriak!" sentak Danish.

"Mana Ayla?" tanya Devan.

"Loh kok nanya sama gue, Ayla itu istri lo. Malah ke gue nyasar nya," cetus Danish.

"Emang Ayla pergi ke mana, kok bisa sampai kehilangan gini sih?" Bukannya menjawab pertanyaan Danish, Devan langsung pergi begitu saja. Danish menggeleng kepala, setelah itu dia menelepon Ersya memberi tahu kalau Ayla pergi entah kemana.

***
"Nih makan!"

B e r s a m b u n g

Berikan kata-kata untuk Trio micin dong>.<

DevAy {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang