🌰JYM-01

44.6K 4.9K 391
                                    

Menunggu itu gak mudah, apalagi yang di tunggu gak pernah tau. Kan nyesek jadinya.

-:Meriana Anggelica
======================

Doni Dorsa, salah satu teman seperjuangan semasa Sekolah Menengah Kejuruan sekaligus asisten kepercayaan Meri dalam menangani bengkel miliknya.

Doni memutuskan gabung kedalam bengkel milik Meri sebab ia tak mau meneruskan perusahaan keluarganya sekaligus ingin membantu temannya mengembangkan bengkel ini. Bidang otomotif adalah keahliannya.

Bola mata Doni mengikuti arah gerak motor matic beserta penunggangnya. Kepalanya menggeleng mendapati nyonya bos-nya jam segini baru sampai di bengkel.

Laki-laki sebaya dengan Meri itu duduk di kantin yang memang sudah di sediakan. Menyeruput susu soda seraya menatap gadis yang tengah mematut diri di depan kaca spion. "Awas aja retak tuh spion."

"Pecah tinggal ganti. Gak usah berlaga susah," balas Meri sembari membenarkan letak poninya.

"Nyonya Bos, Kata orang tua jaman dulu. Pamali naro jaket dan sejenisnya di stang motor. Katanya nanti bisa nabrak," tutur Helen salah satu montir cewek di sini.

Meri berjalan santai, ikut duduk di kursi depan Doni. "Tapi mantan gue sering naro jaket di stang motor, malah sambil jalan kagak nabrak tuh. Padahal berharap."

"Emang lo punya mantan? Bukannya lo jomblo akut?" sambar Doni.

Meri melirik sinis Doni. Tak bisakah dia tidak mengumbar kenyataan? "Heh Dono! Kalau nyambar kagak usah kebangetan. Dulu mantan gue banyak, sekarang aja udah resign dari dunia per-pacaran. Dah mabok gua, takut kualat."

Doni menyeruput susu soda yang hampir tandas lalu bersuara, "Udah, bacotnya? Kalau udah, kumur gih! Napas lo bau azab."

Mata Meri melirik sinis Doni. "Dididik very hard tetep aja stupid."

"Bisa gak sih gak ribut sejam aja," tanggap Komang juga salah satu montir disini. Kebetulan ini adalah jam istirahat, jadi para karyawan Meri masih bisa bersantai.

"Kasih tau Mang, gimana sikap yang baik kepada big bos," cercah Meri.

"Lo kalau gak ada gue juga bingung. Simbiosis mutualisme, gak usah protes," balas Doni.

"Gini nih, bawahan gak tau diri."

Doni mengubah posisi duduknya lebih santai lagi. "Eh gimana yang semalem?"

"Semalem? Apaan dah?" tanya Meri bingung.

Bibir Doni berdecak sebal. "Dasar lola. Lo mau gak gue kenalin temen tongkrongan gue?"

"Cakep kagak?"

"Lo kayak Fisika."

"Kenapa?"

"Banyak gaya!"

"Kayak lo enggak aja. Nyatanya lo juga kagak mau sama cewek burik," balas Meri. "Btw udah nembak berapa cewek lo pagi ini?"

"Masih tiga lah," jawab Doni enteng.

Tak heran jika laki-laki sebaya dengan Meri ini sangat gampang untuk mendapat pacar. Tentunya bukan jelek, semua cewek yang pernah di pacari good looking. Selain Doni sendiri memiliki paras tampan, namun laki-laki ini juga bermulut sutra. Sangat lembut ketika menggoda cewek yang di jadikan mangsa.

"Mau sampek kapan lo kayak gitu Don? Gak ada niatan buat di seriusin gitu?" tanggap Meri.

Satu sudut bibir Doni tertarik, menatap mobil yang sedang di benahi oleh salah satu montir. Seluruh jarinya menyatu di depan dada. "Rata-rata cewek yang pernah gue pacarin good looking doang, no atitud."

Jodohku Yang Mana? [End]Where stories live. Discover now