Bab 6 - Petaka Dimulai

Start from the beginning
                                    

Bryan yang baru mau mengerjakan tugas kantor hanya dapat menghela napas kesal. Dengan langkah malas, ia menuju lobi. 

"Bryan!" Terdengar sebuah suara memanggilnya.

Bryan menoleh. Ia masih mengenali Tante Laras, sahabat karib ibunya. Sita tampak terpaku ketika menatap Bryan. 'Lama tidak bertemu, Bryan makin terlihat tampan,' batinnya. 

"Sore, Tan. Lancar di jalan?" tanya Bryan sopan.

"Lancar, Bryan. Oya, kamu masih ingat Sita? Anak gadis Tante. Dulu, kalian sering bermain bersama," ucap Laras sambil mendorong Sita ke depan.

"Hai …," sapa Bryan.

"Hai …," balas Sita, tertunduk malu.

"Mari aku antar ke villa, Tan. Mama sudah menunggu," ucap Bryan sambil mendorong koper milik Laras.

Lelaki yang tidak bisa menolak permintaan ibunya tersebut, berjalan di depan. Sita agak kecewa karena Bryan sama sekali tidak memperhatikannya. Ini untuk pertama kali, ada seorang lelaki yang tidak menaruh perhatian padanya. Sita adalah gadis blasteran Indonesia - Australia. Gadis cantik bermanik mata biru tersebut sudah terbiasa dipuja seperti dewi oleh lawan jenis. Banyak lelaki yang ingin menjadi pasangannya. Namun, ia tidak pernah jatuh cinta pada mereka.

Sekarang, di depannya berjalan seorang lelaki yang nyaris sempurna. Seseorang yang telah merebut hatinya sejak pandangan pertama dan lelaki itu pula yang merupakan orang pertama yang tak acuh padanya. Hati Sita kecewa, ada perasaan tertantang untuk dapat menaklukkan Bryan.

"Laras, senangnya dapat bertemu kembali," sapa Amifta sambil memeluk erat sahabatnya.

"Long time no see. Kamu tampak semakin cantik saja. Oya, perkenalkan ini Sita, anak gadisku," balas Laras sambil mendorong Sita ke depan.

"Sore, Tante," sapa Sita sopan sambil mencium punggung tangan Amifta.

"Sita cantik dan sopan, ya. Bryan, tolong antar Sita ke kamarnya untuk membersihkan diri," ucap Amifta, mulai memainkan peran.

Bryan sangat jengkel pada Amifta. Ia tidak dapat mengerjakan tugas kantor karena sebentar-sebentar Amifta pasti memanggilnya. Dengan wajah masam, ia mendekati Sita.
"Ikut aku," ucapnya tidak ramah.

Sita menunduk, ada rasa kecewa bercampur sedih. Lelaki yang dirindukannya seakan menganggap kehadirannya sebagai gangguan.

"Ini kamarmu. Ada yang perlu dibantu lagi?" ucap Bryan.

"Tidak ada, Mas. Maafkan, aku telah merepotkan Mas Bryan," ucap Sita lembut.

Bryan menatap gadis di depannya. Gadis tersebut sangat cantik dan sopan. Gadis blasteran dengan tubuh yang langsing. Dilihat dari dandanannya, ia berasal dari keluarga kaya. 

"Jika membutuhkan bantuan, ketuk saja pintu kamarku, ada di sebelah sana," ucap Bryan.

Sita mengangguk. Kamar mereka ada di lantai dua, letaknya pun berdekatan. Gadis itu segera masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Perjalanan darat yang cukup jauh, membuat tubuhnya menjadi lengket. 

Sementara itu, Amifta dan Laras mulai menyusun agenda untuk mendekatkan Bryan dan Laras. Amifta memang sengaja mengambil villa berlantai dua agar rencana mereka tidak terdengar oleh kedua anak muda tersebut. Selain itu, ia sengaja membagikan kamar Bryan dan Sita agar menempati lantai dua. 

Bryan menatap ponselnya. Ia menghela napas. Sudah empat hari Lynn pergi ke Bali. Namun, tidak ada pesan yang masuk sama sekali dari istrinya. Ada perasaan rindu kepada istri cantiknya. Akan tetapi, Bryan tidak ingin menghubunginya agar wanita itu belajar menghormati keinginan suami. 

'Mungkin dengan berpisah beberapa hari seperti ini, Lynn akan lebih terbuka pikirannya bahwa uang bukan segalanya.' batinnya.

Amifta mengirimkan pesan pada Bryan agar mengajak Sita berenang. Setelah itu, mereka akan makan malam di pinggir kolam renang. Sita sendiri sudah menerima pesan dari Laras. Ia segera memakai bikini untuk mendapatkan perhatian Bryan. Gadis itu sedang memasukkan baju ganti ke dalam tas ketika Bryan mengetuk pintu kamarnya. Ia membuka pintu dengan hanya memakai bath robes. Sita juga menggeraikan rambutnya hingga ia tampak sangat cantik.

"Ada apa, Mas?" tanyanya, pura-pura tidak tahu.

"Mama mengajak berenang dan makan malam di samping pool," jelas Bryan.

"Baik, Mas. Tunggu sebentar, aku memakai baju renang dulu," ucap Sita.

Gadis itu menyandarkan tubuh di balik pintu. Ia memegang dadanya yang berdegup kencang. Bryan tampak begitu jantan. Sita sungguh hampir tidak dapat menahan dirinya. Ingin rasanya mendekap lelaki tersebut. 

'Aku tidak boleh terlihat mengejar Bryan. Aku akan menggodanya seakan-akan sesuatu terjadi tanpa sengaja,' batinnya.

Trauma Dini HariWhere stories live. Discover now