34. Avra Sadgirl

21 10 0
                                    

Lewat kaca bening yang ada di samping pintu ruang rawat kekasihnya, Avra menatap sendu tubuh lemah bertancapkan selang-selang penopang hidup itu.

Setetes air mata pun luruh membasahi kedua pipinya tanpa terasa. Tangan kanannya mengelus jendela tembus pandang tersebut dengan pelan, dan seketika hatinya berdenyut nyeri, "Cepet sembuh ... aku sayang kamu."

"Kak,"

Saat mendengar suara familiar itu, Avra bergegas mengusap air matanya dengan cepat lalu menoleh. Pandangannya tertuju pada adik kelas kesayangannya, Dani. "Kenapa?"

"Tenangin diri dulu, Kak," ucap Dani sembari menyodorkan segelas minuman berlogo kantin Rumah Sakit, "Nih... Dani beliin coklat panas kesukaan Kakak."

Avra pun langsung menerima dengan senang hati usai berterima kasih. Segera dia meneguknya dan mengecap rasa pahit manis yang tercipta. Lezat.

Ah ya, jangan heran. Avra memang datang ke rumah sakit bersama Dani seusai mengurus perekrutan anggota basket.

"Gimana, Kak? Udah enakkan?" gadis bertubuh pendek itu mengajukan pertanyaan seraya mengamati raut wajah Kakak kelasnya yang mengernyit heran. "Kak, lo kenapa, sih? Komuknya gitu amat."

"Panas, Dan. Kenapa gak dikipasin dulu," Avra mengelap sudut bibirnya lalu duduk di kursi tunggu, dia menatap Dani sekilas kemudian menepuk bangku yang kosong, "Sini duduk, ngapain lo berdiri terus?"

Gadis pendek itu termangu. Sedetik berikutnya, dia meringis malu dan duduk di samping Avra, "Eum ... gimana keadaan si garlic?"

"Ya gitu, Dan," bahu Avra merosot ke bawah seolah tak berdaya lagi, "Dia masih kritis."

Dani mengangguk paham, "Lo sedih banget kayaknya, Kak."

"Bukan kayaknya, emang udah sedih itu!"

Keduanya langsung menoleh secara serentak, dan mendapati Lio tengah bersandar disalah satu pilar rumah sakit sembari mengemut permen rasa mangga nya.

"Dulu aja di tinggal selingkuh mulu sama poster, sekarang pas udah sekarat baru ditangisin."

"Diem lo!" berang Avra. Enggan bertengkar lebih lama dengan sang sepupu, "Gak cowoknya, gak ceweknya, sama-sama julid."

"Apa maksud kamu?"

Susah payah, Avra menelan ludahnya ketika Elmor tiba-tiba muncul di hadapannya, "Eh ... hehehe, gakpapa Mor."

Elmor, gadis dingin dan bermuka datar itu merotasi kan matanya. Kalau bukan karena kasihan, dia sih malas berurusan dengan hal seperti ini. Apa lagi, berangkatnya bersama Lio, lelaki itu sungguh ... aaarrghh menyebalkan!

Tanpa disadari, Lio yang berdiri di belakang gadis itu menjulurkan lidahnya. Mengejek Avra ceritanya. Namun, dia langsung kicep saat Elmor menatapnya dengan lekat, "Ngapain masih di sini?"

"Hah? Siapa? Aku?" Lio menunjuk dirinya sendiri.

"Hm,"

"Ohh, tadi, kan aku disuruh Bunda jagain Avra, dan ...," Lio sengaja menggantungkan ucapannya. Perlahan, dia mendekatkan bibir merah mudanya ke telinga Elmor,  "Calon mantunya."

"Woi! Tau kondisi napa, Kak Avra lagi galau malah pamer kemesraan!" cercah Dani sembari berkacak pinggang.

"Iri bilang," Ujar Lio menyombongkan diri. "Dahla, gue mau pulang dulu buat ganti baju."

"Sekalian aja gak usah balik, lo! Biar gue jodohin Elmor sama Pak Samsul."

Mendengar itu, Lio langsung menatap sepupunya nyalang. Tangannya bergerak ingin melepas sepatunya lalu melemparkan ke arah gadis tersebut, akan tetapi ... Elmor kembali mencegahnya, "Pergi, se.ka.rang!"

Fall In Love Of ConcertOnde histórias criam vida. Descubra agora