Chapter 41 - Telah Renggang

Začít od začátku
                                    

Bodoh, semuanya udah direncanakan, Stevlanka. Lo cuma berharap terlalu dalam. Semua yang Ardanu kasih ke gue, apa itu juga bagian dari permintaan Bu Naya? Rasa sayang yang pernah dia ucapin ke gue, apa itu juga kemauan Bu Naya?

Keluar dari ruangan Bu Naya cukup menguras energi. Rasa sesak mendominasi. Sehingga Stevlanka berhenti di anak tangga ketika ia akan naik menuju kelasnya—yang berada di lantai dua. Gadis itu memutar tubuhnya kemudian duduk di salah satu anak tangga. Menghela napasnya berulang kali. Diusap rambut panjangnya ke belakang. Matanya berkaca-kaca, tetapi tidak bisa menetes. Tepat setelah itu, sepasang sepatu berada tepat di depannya. Setelah menghela napasnya kasar, gadis itu mendongak. Matanya berubah tajam kembali.

"Lo cocok kaya gini, Vla, menyendiri nggak ada yang peduli. Semua orang pasti bersyukur, deh, karena nggak jadi korban tangan lo itu. Gue udah nebak, sih, pasti ada yang salah dan ternyata benar, kan? Lo nggak normal, tangan lo nggak normal."

Stevlanka membuang muka. Sambil berdiri, ia mengatakan, "Jangan memaksa gue untuk menjadikan lo korbannya."

"Wah!" seru Satya sambil tertawa seolah mengejek. "Sekarang ancaman lo kaya gitu, ya? Gue heran, deh, kenapa sekolah masih mau nerima murid berbahaya kaya lo?"

Stevlanka menajamkan matanya, berusaha untuk tidak menanggapi Satya. Tapi semuanya semakin tidak terkendali setelah laki-laki itu mengatakan, "Pembunuh kayak lo itu seharusnya dikucilkan, nggak seharusnya lo hidup berkeliaran dengan bebas kaya gini." Stevlanka seketika mencengkram kerah seragam Satya. Sangat kuat. Satya semakin senang melihat kemarahan Stevlanka yang akan meladak.

"Ayo, mana tangan alien lo?" bisiknya, "dorong gue." Stevlanka berubah mencengkram leher Satya. Terlalu kuat cengkraman itu membuat Satya sulit menghirup oksigen. Bahkan wajahnya sampai memerah, tetapi bibirnya masih tersenyum miring. Dan Stevlanka semakin ingin menghabisi Satya sekarang juga. Dengan tangan yang masih melingkar di leher Satya, Stevlanka mendorong Satya hingga laki-laki itu turun satu langkahnya dari anak tangga. Senyumannya hilang berubah menjadi kepanikan.

"Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue, Sat. Tangan gue akan semakin mudah menghabisi orang berengsek kaya lo!" Stevlanka menambah kekuatan cengkraman tangannya.

"Berhenti!" teriak Ardanu yang berdiri di belakang Stevlanka. Satya mendesah kecewa. Lagi-lagi usahanya gagal untuk memancing tangan alien Stevlanka. Tangan Stevlanka yang melingkar di leher Satya telah terlepas karena Ardanu. Stevlanka masih menatap tajam Satya.

Ardanu berdiri di depan Stevlanka menghadap Satya. "Udah berapa kali gue bilang, jangan pernah ganggu Stevlanka."

Satya tersenyum miring. "Lo itu orang paling bodoh. Bisa-bisanya lo masih belain cewek nggak normal kaya dia." Arah pandangannya tertuju pada Stevlanka. "Gue nggak akan berhenti sampai gue bisa memunculkan tangan alien sialan itu."

Setelah mengatakannya Satya meninggalkan Stevlanka dan Ardanu. Ardanu memutar tubuhnya menghadap Stevlanka. Gadis itu tampak resah. Napasnya naik turun. Selama tiga hari setelah Stevlanka memintanya untuk tidak saling bertemu sudah berhasil Ardanu lewati. Tiga hari sudah cukup menyiksa baginya. Beberapa saat yang lalu Ardanu keluar kelas untuk mencari Stevlanka. Dan ia menemukannya di sini. Hampir melakukan sesuatu yang buruk. Ardanu merasakan banyak yang berubah dari Stevlanka. Mata sendu gadis itu berubah penuh amarah. Ardanu merindukan ketika harus menatap lama mata Stevlanka.

Laki-laki itu meraih tangan Stevlanka untuk digenggamnya. Tentu saja membuat Stevlanka terperanjat. Matanya melebar melihat tangannya digenggam. Stevlanka mendongakkan kepalanya agar bisa menatap Ardanu. Genggaman tangan seseorang begitu memiliki pengaruh sangat besar. Stevlanka hampir melupakan kapan terakhir kali Ardanu melakukannya. Rasanya sudah terlalu lama. Stevlanka merindukannya.

DELUSIONSKde žijí příběhy. Začni objevovat