"Lo nggak apa-apa, Kak?" tanya Haruto khawatir, Yoshi hanya mengangguk sebagai jawaban. Padahal sebenarnya kepalanya pusing, ia dapat mencium bau tak enak dari belakang kepalanya.

"Anjir nih nggak ada orang yang main basket juga di sini, kok bisa tiba-tiba ada bola basket?"

Yoshi menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia awalnya hanya ingin menemani Haruto menggalau di taman, eh tahunya Haruto justru minta ditemenin berkeliling. Kaki Yoshi pegal sih, tapi tidak apa-apa, asalkan Haruto tercinta bahagia.

"Kalian kenapa?" tanya Junghwan yang tiba-tiba datang dengan sepedanya.

"Kak Yoshi kenak bola basket," sahut Haruto.

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah, nggak ada yang mustahil," jawab Yoshi sinis. Udah kenak bola aja masih bisa nge-sinisin orang.

"Terus, lo habis dari mana Junghwan?" tanya Haruto begitu menyadari bahwa Junghwan membawa sekantong plastik hitam.

"Oh ini, gue habis dari mini market."

"Kok sendirian? Lo nggak tahu kalau itu bahaya?" tanya Haruto bercampur kesal. Junghwan hanya menyengir saja.

"Maaf, habisnya nggak enak minta tolong sama yang lainnya."

"Kalian nggak mau pulang?" tanya Junghwan. "Ini udah hampir malam."

"Mau pulang ini."

"Naik apa?"

"Ya jalan kaki lah, masak naik unta," jawab Yoshi sinis, lagi dan lagi. Haruto mah ngelus dada sabar aja, kasihan Junghwan yang disinisin muluk. Sebenarnya Yoshi nggak sinis sama Junghwan doang, sama semuanya, Yoshi jadi cukup menyebalkan.

"Ya udah naik sepeda gue aja, kalian boncengan," tawar Junghwan.

"Lah terus lo naik apa?" bingung Haruto.

"Gue lari ngejar kalian aja nggak papa, kayaknya seru," kata Junghwan lagi.

"Oh ya udah bagus."

Haruto mendelik ke arah Yoshi. Laki-laki itu lalu menahan Yoshi yang seenak jidatnya hendak naik ke sepeda yang dibawa Junghwan.

"Kak, yang bener lo. Masak Junghwan lo suruh jalan kaki?"

"Lah emang kenapa? Kan dia yang nawarin."

"Jangan gitu, Kak. Junghwan—"

"Udah, Kak Hartono. Gue nggak papa, gue lagian masih muda, masih bisa lari wkwk."

"Lah, emang gue udah tua?" kata Haruto yang salfok sama kata-kata Junghwan.

"Bukan gitu—"

"Udah lah, lo mau naik nggak? Kalau nggak gue tinggal." Yoshi segera memotong ucapan Junghwan dengan kesal. Laki-laki itu entah sejak kapan sudah naik di atas sepeda.

"Iye-iye, sabar. Jadi orang kok pendek sabar,'' gerutu Haruto lalu ikut naik di atas sepeda, dibonceng Yoshi.

"Hati-hati lho.. Kita temenin ya, kita naiknya juga pelan-pelan kok nyesuain sama elo," kata Haruto yang diangguki Junghwan dengan senyuman.

"Junghwan—"

Terlambat, Yoshi sudah menggoes sepedanya sangat cepat, sehingga Junghwan ketinggalan. Junghwan masih mematung di belakang dengan bingung. Senyumnya luntur.

"E-EH, INI BENERAN GUE DITINGGAL?" kagetnya lalu ikut berlari. Junghwan berlari di belakang Yoshi dan Haruto, walaupun tertinggal jauh.

Sementara Haruto yang dibonceng Yoshi udah misuh-misuh, mukul-mukul punggung Yoshi. Kayak orang pacaran aja.

Crafty | Treasure ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora