Tok. Tok. Tok

HAH! Gue terlonjak kaget dengan ketukan di kaca sebelah kiri gue. Gue pun langsung menurunkan kaca sedikit untuk melihat siapa pelaku yang hampir buat gue jantungan.

Ori?

"Sial, ngagetin gue aja lo ri!" Teriak gue dari dalam mobil. Ori hanya menatap gue dengan aneh. Kenapa? Entah kenapa, feeling gue bilang ada sesuatu yang ga beres.

"Lo kenapa?" Tanya gue lagi. Dan membuka pintu, menghampiri Ori yang berada tepat di samping pintu mobil.

Ori hanya menatap gue, dengan sorot penuh emosi. Gue tahu, dia pasti marah sama gue. Karena, bagi dia Ara separuh hidupnya.

"Gue mau bicara sebentar. Bisa?" Ucapan Ori yang begiu serius membuat gue bingung.

"Ya ngomong aja sih. Kenapa?"

"Masuk dulu aja ke rumah lo. Gue tunggu di depan, pergi sama mobil gue." Semakin menjadi bingung, tapi akhirnya gue pun mengangguk.

Masuk ke kemudi, dan menjalankan mobil ke arah rumah gue dan menyimpannya sembarang di halaman. Setelah itu gue langsung keluar dan melihat mobil ori sudah berada di depan rumah gue. Langsung aja gue masuk ke bangku penumpang. Tanpa banyak bicara Ori menjalankan mobilnya tanpa gue tahu kemana.

Setelah perjalanan yang tidak bersuara, gue semakin bingung dengan Ori yang mengajak gue ke rumah sakit. Debar jantung gue semakin tidak menentu. Kenapa ini?

"Ri? Ngapain ke rumah sakit?"

Akhirnya, gue buka mulut karena penasaran yang semakin tinggi.

"Turun!"

Ori tidak menjawab, yang ada malah membentak gue. Baiklah, kali ini harus gue turutin dulu. Sebelum Ori ngelakuin hal dibatas wajar. Gue berjalan mengikuti Ori ke dalam rumah sakit. Naik lift ke lantai 4 dan menuju ke sebuah ruangan.

Siapa yang sakit? Batin gue.

Ceklek.

Pintu terbuka, dari dalam ruangan ada Renan yang keluar. Ara? Debaran jantung gue semakin ga menentu. Ara kemana? Biasanya jika ada mereka otomatis Ara ada.

BUG!

Gue langsung tersungkur ke belakang ketika sebuah bogem mentah melayang tepat ke arah bibir gue.

"Shit. Lo kenapa sih ri?" Gue coba untuk bangun dengan membersihkan darah dibibir. Baru saja hendak bangun.

BUG

Lagi, dan lagi gue terdorong kebelakang dengan pukulan telak Ori. Belum sadar sepenuhnya, gue ngerasa baju gue di tarik.

"BANGUN LO NYET!"

Gue mengerang ketika Ori menyeret gue paksa. Sementara Renan mencoba melerai kami.

"Ri, udah bego! Di rumah sakit!" Kata Renan.

"DIEM LO! UDAH CUKUP GUE SABAR!" Teriakkan Ori yang begitu nyaring di tambah dengan tarikkan pada kaos gue semakin membuat gue kehilangan sedikit tenaga.

"LO YANG JUGA DIEM RI! LO KIRA DENGAN GINI KITA SELESAI?! KALAU ARA SAMPAI TAHU, GUE GA JAMIN DIA MASIH ANGGAP LO KAKAK!"

Setelah mengatakan itu, Ori merenggangkan tarikan pada baju gue. Sementara Renan membantu gue untuk duduk bersandar.

"Lo mau gue bawa ke dokter?" Tanya Renan.

"Ga usah. Cuman dipukul kok," jawab gue. Renan mengangguk dan duduk di sebelah gue. Sementara, Ori sudah terduduk. Dan gue yakin, 100% hingga mengedipkan mata gue. Bahu Ori bergetar!

(Not) FriendzoneWhere stories live. Discover now