Love you nat, batin gue.

"Kenapa lo ketawa ga jelas?"

Gue langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata, di atas kasur gue udah ada Mozi. Ya, mozi adalah teman gue dan juga teman Ara, walau gue tahu dia ga begitu dekat sama Ara.

"Kok bisa lo masuk?"

"Gue ketok pintu lo ga nyahut. Terus malah gue denger lo lagi teleponan, yaudah, gue masuk aja. Kebetulan bukan?"

Gue mengedikkan bahu, dan berjalan ke meja belajar. Mengambil beberapa kaset yang akan dipinjam sama Mozi.

"Oh ya Kay, kakak lo kapan balik? Penasaran gue sama dia. Padahal awalnya gue kira lo anak tunggal," ujar Mozi.

Gue melihat kearahnya, "Jangankan lo, gue aja ga tahu gimana dia. Jarang juga ngasih kabar. Katanya sih dia sekarang sibuk ngurus perusahaan bokap di Aussie."

Mozi hanya mengangguk dan memilih kaset. Gue jadi kepikiran dengan kakak gue, ya memang, sejak kecil kakak gue itu tinggal di sana sama nenek. Perbedaan usia kita juga sama seperti gue dan Ori, 3 tahunan. Tapi, kata mama pas gue baru 2 tahun dia langsung dibawa nenek ke sana. Hanya sejak SMA aja gue jarang ke sana, you know--banyak hal yang harus gue lakuin.

Oke, mari kita skip.

"Ini aja deh Kay." Kata Mozi, dan menyerahkan kembali beberapa kaset.

"Yaudah bawa pulang sono!"

"Oh lo ngusir gue? Mentang-mentang udah punya cewek lo!"

"Hahaha," gue tertawa. Mozi hanya menggeleng dan beranjak keluar kamar.

Setelah Mozi keluar, gue pun langsung berbaring di atas kasur. Dan memikirkan hal-hal yang gue ingin pikirin saat ini.

BRAK!

"LO JANGAN GITU RI, SABAR!"

"MANA BISA GUE SABAR?! HAH?!"

Gue menggeleng ngeliat dua saudara itu berteriak di tengah pintu. Tapi, tunggu dulu. Kenapa muka Ori begitu merah?

Gue pun beranjak dan mencoba memisahkan mereka, "Santai bro. Santai. Ada apa?"

Tidak ada yang menjawab. Hanya saja, gue ngerasa pandangan mereka malah tertuju ke gue yang buat gue ngerasa serba salah.

"Mending lo berdua duduk dulu. Gue ambilin minum, datang rumah gue kok malah ribut, ckckck.",

Gue keluar dari kamar mengambil minum, tidak ada suara teriakkan tadi. Jujur, gue baru kali ini ngeliat Ori begitu emosi seperti itu. Dan kenapa emosi mereka sampai ke kamar gue? Ya, gue tahu sih. Malam ini emang mereka mau main. Tapi biasanya juga cuman ejekkan kecil, tidak seperti tadi. Berbeda.

*

"Nih minum dulu, kurang baik apa gue," ucap gue ketika sampai di kamar. Sekarang malah gue lihat Ori yang menyender di jendela dan Renan yang berada di atas kasur.

"Lo berdua aneh. Tadi dateng, teriak-teriak. Sekarang dieman, napa sih lo? Galau pada?"

"Ini cewek lo?" Tanya Ori, yang buat gue ngalihin pandangan ke arah Ori yang mengangkat Handphone menunjuk walpapernya.

Gue mengangguk, "Iya kenapa? Cantik kan?" Goda gue.

Tapi, aneh. Ori hanya mendengus kasar dan melempar benda itu ke kasur.

"EH! LO GILA APA RI?" Gue berteriak. Kelakuan Ori bener-bener parah. Apa jangan-jangan jiwa mereka berdua ketuker? Renan yang biasanya sangat aktif malah diam, tapi ori?

"Ara mana?"

"Pergi." Celetuk Renan. Kata 'pergi', seperti membuat magnet yang mematikan jantung gue beberapa detik. Maksudnya apa?

"Ma---ksud?" Gue gemetar. Enggak Ara ga boleb pergi! Kenapa gue jadi takut?

"Pergi, sama bokap nyokap gue," sahut Ori.

Renan kini malah menutup wajahnya dengan bantal, calon dia bakal tidur.

"Oh, gue kira apa," ujar gue dan berjalan ke arah Ori membawa 2 softdrink. Hap! Ori menangkap lemparan pendek.

"Lo beneran ga bisa berusaha buat bersama Ara?" Tanya Ori.

"Seandainya gue bisa ri, tapi sayang, gue ga punya hendak buat rubah ini semua."

"Tapi, kan setidaknya lo bisa belajar."

Gue menggeleng, "Tetep aja gue ga bisa. Rasanya, kaya kurang pas aja. Karena kan, Ara selama ini buat gue sama berharganya kaya lo anggep dia. "

Gue lihat Ori tertunduk, "Lo tadi kenapa sama Renan?"

"Oh biasa. Renan emang gitu."

Gue mengangguk, dan meminum minum gue. Tidak ada pembicaraan lagi. Biasanya, kalau ada Ara akan ada yang bisa gue ajak tarung main playstation, sama nonton bola sama pagi.

"Berarti kalau nanti lo kehilangan dia lo siap?" Pertanyaan Ori kali ini benar-benar menohokku.

"Yang pasti, gue ga pernah siap. " Jawab gue tegas.

-------------------

OHOK! TOLONG AKU TERTUSUK!

Mamam tuh bang Kay, kamu nyakitin ayaaku sih!

Eh, skip. Maafkan gue ga jelas wkwk, asli cerita ini gue rombak biar agak oke dikit gitu dah lah❤ hahaha.

Don't forget to comment and vote!❤

With love,

Panda-

(Not) FriendzoneWhere stories live. Discover now