❤Jodoh Tak Pernah Salah❤

479 47 1
                                    

Terimakasih yang udah mampir, silahkan tinggalkan jejak💋💋

Happy reading....

Jodoh Tak Pernah Salah

Aku dan Mas Devan bukan menikah karena perjodohan, bukan juga menikah yang diawali dengan pacaran. Aku menikah karena calon pengantin Mas Devan, sehari sebelum akad menghilang, entah pergi kemana. Adik Mas Devan, David adalah teman SMA-ku, lelaki tinggi, berkulit putih dan berhidung mancung itu, memintaku untuk menggantikan posisi Sahara.

Dalam keluargaku menikah karena perjodohan bukan hal yang aneh. Kedua kakakku menikah melalui perjodohan dan  sejauh ini rumah tangga mereka baik-baik saja.

Allah akan mendatangkan cinta, jika keduanya memasrahkan cintanya pada Allah, itu yang sering aku dengar dari Ummi dan Abi ketika mereka ingin menjodohkan anak-anaknya. kedua  kakakku adalah anak  yang sami'na watho'na dalam mendengarkan nasihat orang tuanya.

 Akan tetapi, menikah karena menggantikan karena pengantin wanitanya menghilang sehari sebelum pernikahan, belum ada catatannya dalam keluarga besarku. seandai ada, mungkin aku orang yang pertama menikah karena alasan itu.

Atas desakan orangtua kedua belah pihak dan David, akhirnya pernikahan berlangsung. Tentu saja tanpa ada fitting baju dan lain-lain, seperti yang dilakukan calon pengantin pada umumnya. Aku hanya menjalani yang sudah terencana. Untunglah ukuran badanku dengan Sahara tidak jauh berbeda, tetapi tetap saja tidak pas. Cincin sedikit sempit dan tidak sempat beli. Begitu pun dengan baju yang sesak karena Sahara lebih mungil sedikit dariku.

Usai resepsi aku menunggu Mas Devan di kamarnya yang disulap jadi kamar pengantin. Badanku sudah lengket, tetapi tidak bisa membuka bajuku. Menyebalkan! kebaya yang kupakai berkancing belakang, tentu saja menyulitkanku untuk membukanya. Menunggu Mas Devan lama sekali, sepertinya suamiku masih mengobrol dengan keluarganya.

Akhirnya yang di tunggu datang juga, dia masih mengenakan jas, lalu mentapku heran karena belum juga berganti pakaian,

"Kamu belum membersihkan badan?" tanyanya.

"Ya, belum, lah! Bagaimana Nirwa buka bajunya. Kenapa sih, Mbak Sahara milih baju seperti ini? Nyusahain tahu!" Aku menunjukan punggung dan mulai menngomel.

"Maksud Sahara, kan, biar suaminya yang membuka, makanya milih model seperti itu," jawabnya enteng. Aku membalas ucapannya dengan memutar bola mataku.

"Sini Mas bantu." Mas Devan menawari. Aku pun tak punya pilihan selain mengikuti tawarannya. Mau apa lagi? Toh, sekarang Mas Devan sudah jadi suamiku.

Akupun berdiri memunggunginya, Mas Devan mulai membuka tiap kancing. Aku merasakan jemarinya menyentuh punggungku.

Kutatap bayangan kami dari pantulan cermin. Kenapa wajahku menghangat saat melihat posisi kami? Mas Devan begitu fokus melepas kancing, seakan-akan tengah menatap lekat punggungku.

"Mas, tahan ya! Jangan nafsu lihat punggung Nirwa, kita sepakat tidak akan melakukannya kalau itu karena nafsu," kataku dengan tegas.

Kulihat Mas Devan menatapku dari pantulan cermin dengan wajah flat seperti tivi plasma

"Ada apa dengan wajahmu? Kamu  Merona," ledeknya.

Kok bisa ya,suamiku meledek tanpa senyum.  Aku langsung menarik diri dengan berbalik , lalu berjalan mundur ke kamar mandi dengan mata mendelik.

"Nir, belum terlepas semua, yakin bisa membukanya?" ledekan garing yang membuatku sebal.

Setelah mandi, kulihat Mas Devan masih duduk di sisi kasur sambil memainkan ponsel. Aku duduk di sebelahnya. Pria itu langsung menghentikan aktifitasnya.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now