{ 04-66: Memento Mori: Hiduplah hari ini sebagaimana kamu akan mati besok. }

25 4 0
                                    

—Seperti berjalan dengan tubuh dipasang bom waktu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—Seperti berjalan dengan tubuh dipasang bom waktu. Setiap detiknya mengingatkan jika sewaktu-waktu hidup akan berakhir sebagaimana bom itu meledak. Kita nggak tahu kapan, tetapi yang pasti hal itu akan tiba. Jadi, sebelum benar-benar berakhir, menggunakan waktu sebaik mungkin menjadi satu-satunya pilihan.—

----

Sehari setelah Ayuna bertemu dengan Maya di gudang. 3 Maret 2020 pukul 10.00.

Setelah membaca semua ingatan Maya, ia pun menemui Freya atas suruhan si hantu. Maya ingin Ayuna menjelaskan pada Freya yang sebenar-benarnya agar bisa melanjutkan hidup tanpa menyimpan dendam yang setiap harinya menggerogoti. 

Ia senang sekaligus sedih di waktu bersamaan ketika pertama kali bertemu dengan Freya yang memutuskan untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah ini. Ia senang karena gadis kecil yang selalu merengek minta dibelikan es krim itu tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik, sekaligus sedih karena gara-gara dia kakak Freya mendekam di penjara dan itu membuat Freya menderita.

''Aku masih butuh bantuanmu, Ayuna,'' pinta sekaligus lirih Maya.

Maya melihat Ayuna masih mendongkak, mencegah agar darah di hidung nggak keluar lebih banyak. Saat membaca tadi, ia nyaris pingsan. Untung saja gelang pemberian Milly masih berguna dan menyelamatkannya lagi dan lagi. Walau setiap kali ia membaca ingatan hantu, kekuatan gelang itu juga perlahan akan memudar. Dan jika hilang, maka Ayuna nggak tahu lagi akan bagaimana.

Sejujurnya, tubuh Ayuna mudah dirasuki sejak kecil. Lalu, semenjak ia mendapatkan hadiah tersebut meski harus mengorbankan nyawa si sahabat kecil, ia jadi terlindungi. Percaya atau enggak, gelang itu semacam jimat keberuntungan bagi Ayuna. Maka dari itu saat kebakaran, ia nggak mau kehilangan gelang tersebut apalagi itu menjadi hadiah pertama dari seseorang untuknya. Selama ini ia dijauhi karena dianggap aneh dan monster. Bagi Ayuna, gelang itu ibarat pintu penghubung antara dunia manusia dan alam gaib. Dunia aneh dan di luar nalar.

Maya kemudian melihat gelang tersebut dengan tatapan yang sulit untuk di deskripsikan. Sebuah tatapan dengan berbagai emosi melebur jadi satu.

''Aku tahu kalau setiap kali kamu menggunakan kekuatan untuk makhluk sepertiku, gelang itu akan perlahan kehilangan fungsi. Tubuhmu akan melemah tiga kali lipas dan itu membuat 'mereka' dengan mudah merasuk dan mungkin nggak akan pernah bisa keluar.'' Maya mengepalkan tangan. ''maafkan aku, tapi hanya kamu yang bisa membantuku.''

Ia kembali menatap Ayuna. Ayuna yang sudah paham arah pembicaraan itu pun berhenti mendongkak dan melipat sapu tangan berlumur darah dan memasukkannya ke saku. Selanjutnya mengeluarkan tissu dan handsinitizer, mengelap tangan berulang kali.

''Berhenti melakukan itu. Tanganmu sudah terkelupas dan berdarah.''

''Aku tahu, tapi karena tangan kotor ini. Milly jadi meninggal. Harusnya waktu itu aku saja yang mati.''

Si Penitisan!Where stories live. Discover now