{ 04-59: Lullaby: Kamu penjahat dan aku korban. }

32 5 0
                                    

—Jika dengan cara memohon ampun semua bisa diselesaikan, maka penjara nggak akan penuh dengan para penjahat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—Jika dengan cara memohon ampun semua bisa diselesaikan, maka penjara nggak akan penuh dengan para penjahat. Penjahat harus diberi hukuman biar jera agar nggak mengulangi kesalahan dua kali.—

----

 ''Kamu?'' Andyra memegang dadanya yang nyaris copot.

"Hey, Rum. Ini aku Ezra. Aku enggak bermaksud mengagetkanmu! Ah, ya, aku lupa. Kenalkan, aku Ezra Anggara, pacar dari Arumi si penari balet berbakat kebanggan sekolah. Enggak, kebanggaanku,'' gumamnya tersenyum polos, ia menunggu tangannya dijabat oleh bidadarinya itu.

Cantik, Ezra lagi-lagi menyukuri betapa beruntungnya ia daripada laki-laki di dunia ini karena berhasil memiliki Arum di sisinya, wanita tercantik ketiga setelah bunda dan neneknya.

Sedangkan Andyra nggak mengerti sikap orang itu padanya. Ia aneh, dan Andyra nggak suka orang aneh terlebih mereka sudah menjadi pusat perhatian orang-orang. Pacar Arum ini sungguh menyebalkan, pikir Andyra kemudian.

''Kamu nggak seharusnya bersikap seperti anak kecil. Saya nggak suka!'' tegur Andyra.

''Maafkan aku, Rum. Kamu boleh menjambakku seperti ini.'' Ezra menjambak rambutnya sendiri mencontohkan. ''atau mencubitku. Lakukan apa yang kamu mau, aku terima dengan ikhlas jika itu bisa membuatmu ingat denganku lagi, Rum.''

Andyra berkerut kening. Cepat-cepat ia berkata, "Apa yang kamu lakukan?''

Ezra tersenyum melihat pola menggemaskan kekasihnya itu. "Bukannya kamu kalau lagi sebal selalu menjambak rambutku atau meninjuku sebelum berakhir dengan pelukan hangat!''

Sumpah Andyra ingin muntah, bagaimana bisa Arum yang berhati dingin dan kejam bisa menerima cowok alay seperti Ezra?

''Kamu gila, ya?''

Dengan enteng, Ezra membalas, ''Ya, aku memang gila. Aku tergila-gila denganmu. Aku tahu kamu masih belum meningat aku, tapi nggak papa. Aku akan terus berjuang untuk membantumu sembuh. Mulai sekarang aku akan menjadi pengawalmu. Jadi jika butuh apa-apa, serahkan padaku.'' Sambil membusungkan dada dan memukul-mukulnya dengan tinju.

''Ya, lakukan apa yang kamu inginkan. Terserah!''

Walau diketusi seperti itu, Ezra nggak pernah berhenti memperlihatkan senyuman bahagia. Jika saja Maria nggak melarang orang untuk bertemu Arum dengan dalih untuk penyembuhan, mungkin ia dan teman-teman akan setiap hari mengunjungi gadis itu. Ia benar-benar rindu setengah mati karena dua bulan nggak bersitatap atau bertukar kabar lewat telepon. Terakhir bertemu hanya di rumah sakit waktu itu.

''Senang bisa melihatmu kembali ke sekolah dan marah-marah lagi, Rum.''

Setelahnya, ia pun memberi tepukan pelan pada puncak kepala gadis itu. Menepuknya seperti bayi tanpa dosa. Tentu Andyra ingin menolak, tetapi ketika melihat bagaimana laki-laki itu tampak bahagia, ia jadi nggak tega.

Si Penitisan!Where stories live. Discover now