"Ngapain lo ke sini?" tanya Yoshi.

"E-eh, cuman mau ngadem doang kok, cari angin," ujarnya. Sejujurnya... wajah Yoshi tampak seram sekarang, apakah lelaki itu punya masalah dengan Junkyu?

"Nggak usah bohong, lo ngapain ke sini?" tanya Yoshi lagi mendekat pada Junkyu yang diam saja di ujung pagar atap.

"Gue bohong apa ya?" sahut Junkyu sambil tertawa canggung. Kenapa ia jadi merinding? Takut didorong Yoshi terus jatuh. Mending ntar kalau kondisi jatuhnya keren kayak Yoonbin, lah ntar kalau jatuhnya Junkyu jadi komuk gimana?

"Lo ngapain ke sini? Jawab gue," kata Yoshi yang tampak kesal pada Junkyu.

"Elo sendiri ngapain ke sini?" tanya Junkyu balik, sadar kalau Yoshi seperti mengkhawatirkan sesuatu.

Yoshi tersenyum miring, ia lalu menepuk pundak Junkyu pelan. "Gue tahu apa yang mau lo lakuin, Junkyu. Mungkin lo bisa bikin orang percaya sama elo, tapi gue nggak," katanya.

Junkyu mengernyit bingung. "Maksud lo?"

"Gue bakalan peringatin lo, jauh-jauh dari anak-anak dan gue. Karena mau seberapa keras lo berusaha, nggak ada gunanya," kata Yoshi lagi yang bikin Junkyu bingung.

"Junkyu, berhenti pura-pura nutupin semuanya dengan candaan aneh lo."

Junkyu yang mulai mengerti ke mana arah Yoshi bicara menggelengkan kepalanya. "Heh, lo curiga sama gue? Beneran Yosh, bukan gue!" katanya sembari menyilangkan kedua tangannya, seperti membela diri.

Yoshi hanya tersenyum tipis saja melihat kepanikan Junkyu.

"Gue punya salah ya sama lo?" tanya Junkyu.

"Your fault is only one, covering everything with your funny behavior."

"Anjir, berarti lo ngakuin kan kalau gue lucu!" kata Junkyu yang bikin Yoshi jadi pusing. Pede nya bukan tingkat dewa lagi, tapi tingkat bawah tanah.

"Junkyu, mau gue tampol nggak?"

"Nggak lah, pala lo. Siapa manusia yang mau ditampol?" ujar Junkyu nggak terima.

"Ya lo pantes nggak ditampol?" sahut Yoshi yang bikin Junkyu terdiam, ia menyadari ada maksud tersembunyi dibalik kalimat Yoshi, itu bukan hanya sekadar candaan.

"Don't be fooled by someone, Junkyu. Whoever it is, Doyoung, or yourself."

"Idih, sok inggris lo?"


















































































"Junghwan, makan nggak lo? Gue cekik lho," ancam Jihoon begitu melihat Junghwan yang hanya menatap kosong jendela depannya.

"Gue kebayang kaki anjingnya, Kak," jawab Junghwan.

"Lo udah ngomong itu hampir lima puluh kali, Junghwan. Percuma lo bayangin terus nggak ada guna."

"Siapa sih anjir yang bayangin? Itu emang kebayang sendiri," dengus Junghwan. Kadang ia bingung, Jihoon beneran bisa diterima kerja nggak sih dengan otaknya yang begitu? Maksudnya, dia beneran diterima kerja murni karena otaknya atau hal lain?

"Iye, itu maksud gue. Udah makan, kasihan Yoshi masakin lo dari kemarin cuman dimakan dikit doang," ujar Jihoon.

"Kak, lo tahu nggak sih. Gue setiap malam nangis di kamar karena denger suara Kak Yoonbin yang jatuh dari atap waktu itu," cerita Junghwan tiba-tiba.

"Lo tahu?" tanya Jihoon. "Bukannya elo nggak ada di sana waktu itu?"

Junghwan menggigit bibir bawahnya, khwatir apakah ia harus mengatakannya pada Jihoon atau tidak.

"Sejujurnya gue ada di atap waktu itu, Kak."

"Hah?"

"Gue ada di sana, Kak. Bahkan, gue juga pernah cerita ini sama Kak Mashiho."

"Mashiho?"

Junghwan mengangguk kecil, ia terbayang-bayang bagaimana Mashiho tersenyum padanya saat itu dan mengatakan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan selagi kita bertindak atau bersikap seperti orang bodoh.

"Lo tahu Kak siapa yang ada di sana waktu itu?"

Jihoon berpikir sebentar. "Doyoung?"

"Kak Doyoung sama..."

























































"... Kak Asahi."








































































"Lo tahu pelakunya kan?"

Seseorang itu terduduk diam, menatap kosong kaca di hadapannya. Sedangkan orang yang bertanya tersebut tersenyum miring melihat temannya itu terdiam, seolah-olah membenarkan apa yang diucapkannya.

"Kenapa lo bilang lo nggak tahu?" tanyanya lagi.

"Bukan urusan lo, harusnya lo bersyukur karena gue juga nggak ungkap kebusukan lo."

"Kebusukan gue?"

Orang yang duduk tadi bangkit berdiri, menatap remeh orang yang bertanya tadi. "Lo lupa gue datang dari mana?"

"Nggak usah ngalihin pembicaraan. Sekarang gue tanya, siapa pelakunya? Kenapa elo bohong sama gue, kalau lo kasih tahu dari kemarin, kita bisa langsung tangkep pelakunya dan nggak akan ada yang mati."

"Elo salah."

Orang tadi mengernyit, tak mengerti. "Lo lupa yang namanya takdir? Nggak ada yang bisa merubah, lo mungkin bisa merubah urutan kematian seseorang, tapi lo nggak akan bisa merubah kematian seseorang."

"Ck, nggak usah bohong lo."

Orang yang dituduh berbohong tadi terkekeh. "Kayaknya lo nggak tahu hukum takdir."

"Gue nggak perduli tentang hukum takdir. Sekarang kasih tahu gue siapa pelakunya."

"Gue kasih tahu pelakunya, berarti lo juga minta gue buat buka kebusukan lo?"

"Apa?"



































































"Sejujurnya lo adalah pembantu dalam pembunuhan Kak Yoonbin, memang sih lo nggak sengaja. Tapi tetep aja..."




























































"Kak Yoonbin ke atap bukan mau baca buku, tapi mau nemuin lo. Dan sampai sekarang lo masih bohong tentang itu."

Crafty | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang