Chapter 3

141 24 5
                                    

Sebuah panggilan memekakan telinganya di pagi hari yang dingin ketika Joohyun yang masih terlelap dibawah selimut hangatnya setelah semalam ia pulang larut dimana ia merayakan malam natal bersama para sahabatnya. Dengan cepat ia menjulurkan tangannya untuk meraih ponsel yang ia letakatan di meja nakas disamping tempat tidurnya itu.

Joohyun hanya menempelkan ponselnya ke telinganya tanpa tahu siapa yang menelponnya di saat ia masih sangat mengantuk.

"Selamat natal, sayang."

Otak Joohyun masih meloading dengan panggilan tersebut dan bahkan ia belum sanggup membuka matanya.

"Hey bangun sudah pagi disana dan masak kamu masih tidur aja."

Joohyun bangun dari tidurnya dan segera ia melihat jam yang ada diponselnya dengan mata masih belum terbuka sepenuhnya itu.

"Bukannya disana masih tengah malam." Serak Joohyun yang mengingat dengan jelas kehidupan kekasihnya di lain benua itu.

Minho terkekeh sejenak.

"Memang dan bukannya kamu ada janji untuk ke rumah orang tuamu jam 10 pagi ini kan. Jadi oppa membangunkanmu agar kamu tak terlambat."

Joohyun tersenyum sejenak mendengar suara pria yang mengisi hari harinya itu.

"Merry Christmas and I miss you so much." cicitnya diakhir.

"I miss you too my darling. Maaf ya oppa tak bisa pulang tapi oppa punya berita bagus biar kamu lebih semangat dan oppa sudah titipkan kepada Aboeji. Jadi cepat bersiap dan berangkat ke rumahmu."

"Kenapa tak memberitahuku langsung sich dan juga kenapa harus melalui Appa." cemberutnya.

"Nanti kamu akan tahu dan juga jangan terlalu keras kepala terhadap orang tuamu terutama terhadap aboeji."

"Aku tak keras kepala hanya tak selaras saja dan Eomma mengerti keinginanku tapi Appa tidak." Cemberut Irene ketika sudah menyangkut tentang sang ayah ia langsung merasa tertekan.

"Baiklah baiklah cantik. Jangan marah ya ini dihari natal loh kita harus berbahagia."

"Aku akan lebih bahagia jika Oppa bekerja di Seoul untuk menemaniku." protesnya.

Minho terkekeh dari balik teleponnya.

"Bersabarlah dan keinginanmu akan terwujud jika kamu bersabar."

"Sampai kapan? Aku benar - benar frustasi menunggumu pulang." decak Joohyun.

"Ayolah darling jangan membuat aku merasa bersalah di hari berbahagia ini dan please jangan marah lagi. Aku akan segera pulang percayalah padaku." ucap Minho menyakinkan kekasihnya itu.

"Baiklah. Aku tutup. Love you." ucapnya dengan kesal.

"Me too."

Joohyun melempar ponselnya dengan kesal. Pagi natalnya benar - benar menyebalkan karena Minho selalu saja membela Appanya daripada dirinya dan ia pastikan jika Minho pulang ia akan meminta pria itu menemaninya setiap hari kalau perlu menikahinya di lihat pasti keluarganya akan segera mencecar pertanyaan yang mengganggu sedikit mentalnya kala Appa, Eomma bahkan Neneknya akan mengajukan pertanyaan yang sama yaitu kapan kamu akan menikah dan kapan kamu akan mulai bekerja di perusahaan. Memikirkan tentang semua itu membuat ia benar - benar kesal ditambah kekasihnya yang juga lebih mendukung ayahnya jika berkaitan tentang sang ayah. Dengan cepat ia segera berbenah diri dan berangkat menuju ke Incheon dimana rumah keluarganya berada. 

Mobil berwarna hitam itu berhanti di depan pekarangan rumah yang memiliki halaman depan cukup luas  dan ia segera melangkah turun dari mobilnya memasuki rumah dimana ia tubuh.  Kakinya terpaku ketika ia memasuki ruang keluarga dimana pemandangan dihadapannya membuat matanya berkaca kaca.

Snow Flower - 겨울Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang