1

216 36 5
                                    

*****

Hujan.

Chaewon buru-buru memasuki kamar, menutup pintu kaca yang baru saja di lewatinya. Dia juga menarik gorden, menutupi pintu tersebut hingga suasana di dalam kamarnya benar-benar gelap.

Tanpa perlu takut menabrak barang atau apapun, dia berjalan mendekati kasurnya. Menghempaskan dirinya lalu berlindung dibalik selimut tebal.

Chaewon tidak membenci hujan, juga bukan berarti dia menyukai hujan.

Walaupun suara guruh petir seringkali membuatnya takut, bukan berarti dia jadi membenci hujan.

Walaupun hujan membuat tanah di halaman rumahnya mengeluarkan bau yang menenangkan, bukan berarti dia jadi menyukai hujan.

Chaewon tidak menyukai ataupun membenci hujan. Tapi hujan seringkali membuatnya nyaman.

Suara derasnya hujan membuat Chaewon merasa tenang. Seperti halnya mendengar lagu pengantar tidur, kedua mata gadis itu perlahan-lahan menutup, dia mulai terlelap.

***

Yuri terus berlari tanpa arah. Dia tidak tau sudah seberapa jauh dia melangkah, dia tidak tau sekarang berada dimana.

Dingin nya angin malam tidak membuat nya berhenti, bahkan tetesan air yang mulai jatuh dari langit juga tidak membuatnya terhenti.

Hingga hujan yang turun semakin deras, lalu muncul cahaya kilat yang disusul dengan suara gemuruh petir yang mulai membuatnya takut. Yuri berhenti.

***

"Telor bang seperempat." Dengan sedikit kesal Yena menyebutkan hal yang harus dibelinya.

Yena dan kakaknya tiba-tiba nyidam mie rebus ditambah telur. Karena telur dirumah mereka habis, akhirnya mereka berdua melakukan gunting batu kertas untuk menentukan siapa yang harus membeli.

Tanpa adanya rasa kasihan, kakaknya langsung menertawakan dan mengusir Yena begitu hasil akhir adalah kakaknya yang menang.

Walaupun bukan sepenuh nya salah kakaknya, tetap saja Yena kesal. Waktu sudah hampir tengah malam, belum lagi ditambah keadaan langit yang mendung seperti ini.

Seperti yang sudah Yena duga, hujan mulai turun. Utung saja Yena sudah persiapan membawa payung.

"Udah Yen, ini doang?" Tanya sang penjual membuat Yena sadar dan mengalihkan pandangannya dari titik air hujan yang menyentuh bumi.

Yena mengerutkan dahinya, berpikir. Dia melihat satu persatu jajanan yang dipajang, hingga pandangannya tertuju pada kulkas yang berada tidak jauh dari tempat dirinya berdiri.

"Sama gue mau ngutang fanta deh bang, besok pas mau berangkat sekolah gue bayar." Entah mengapa, Yena tiba-tiba ingin sekali meminum air soda yang berwarna kemerahan itu.

Tanpa menunggu jawaban dari sang penjual. Yena berjalan mendekati lemari pendingin, mengambil minuman yang dia ingin.

Gadis itu langsung membuka tutup botol tersebut, sambil memperhatikan jalanan dia meminum fanta nya.

Yena memicingkan matanya saat melihat sesuatu yang terasa asing berada di pinggir jalan. Itu apaan dah?

Dia langsung tersedak begitu melihat sesuatu yang diperhatikannya itu tiba-tiba bergerak. Duh sialan hidung gue perih

"Yen, ini telor nye." Panggil si penjual, membuat Yena menengok kearahnya sebentar.

"Bentar bang bentar."

Yena kembali memperhatikan gerak-gerik sesuatu tersebut, hingga akhirnya Yena menyadari bahwa yang dilihatnya itu manusia. Dia langsung melotot kaget, saat mengerti apa yang ingin dilakukan orang itu.

"EEEH DEK, JANGAN." Teriak Yena panik, dia juga buru-buru berlari tanpa mengingat bahwa sendal yang dipakainya licin.

"AAAAANJ." Yena jatuh terpeleset, suara yang ditimbulkannya juga lumayan kencang. Belum lagi teriakan yang refleks dikeluarkannya saat terjatuh. Karena itu orang yang tadi ingin dikejarnya kaget, dan menatap dirinya bingung.

Orang tersebut seperti ingin membantu Yena berdiri, namun ragu-ragu. Yena yang melihat itu langsung berpura-pura mengaduh kesakitan agar orang tersebut benar-benar mendekati dan menolongnya.

Tentu saja abang-abang warung juga ikut kaget, dan langsung berdiri mengecek keadaan Yena. "YEN LU GPP YEN?"

Yena tidak menjawab, dia hanya menatap abang-abang tersebut secara sinis dan memberi sinyal peringatan. Lu pura-pura gak liat aje nape sih bang

Mungkin karena efek mengenal Yena sudah lama, membuat sang penjual langsung mengerti. Abang-abang tersebut langsung pura-pura tidak melihat Yena dan kembali duduk menonton video di handphonenya.

Ingat dengan drama yang dilakukannya, Yena kembali mengaduh kesakitan sambil sesekali melirik orang tersebut. "ADUH SAKIT NIH, GAK KUAT BERDIRI HIKS. TOLONG, SAKIT NIH! ADDDUUH TOLONGIN WOY."


*****

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : May 15, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

hujan < enoziOù les histoires vivent. Découvrez maintenant