1

41 8 21
                                    


"Kakak, kata teman Dika, Dika anak pembawa sial ngga punya ayah sama ibu hiks, hiks"
"Dika ngga mau sekolah lagi."

"Dika denger kakak sayang?" Anna menggenggam tangan mungil adiknya.

"Kata siapa Dika anak pembawa sial? Dika bukan anak pembawa sial, ibu pergi karena kehendak Tuhan bukan karena Dika, Dika bagi kakak Anna adalah makhluk sepesial yang Tuhan ciptakan, jadi jangan sedih lagi ya?"
"Kok ngga mau sekolah lagi sii? Katanya mau jadi tentara?" Sambung Anna sambil menunjukkan wajah cemberutnya.

"Tapi Dika masih marah sama teman-teman Dika!" Dika memalingkan wajahnya dari hadapan kakaknya sambil melipat tangan di dada.

" Marah boleh, tapi harus jadi orang pemaaf"

"Iya" ucapnya singkat
"Kata kakak Anna mau beliin Dika ayam goeng?" Sambung Dika masih memalingkan wajahnya.

"Emm jadi ngga yaa? Tapi Dika harus semangat terus sekolah nya?" Tawar Anna kepada Dika.

"Iya, Dika janji." Dika mengangkat jari kelingkingnya.

Anna mengangkat jari kelingkingnya juga, untuk menerima janji sang adik "naa gitu, harus semangat sekolahnya" ia mengelus puncak kepala adiknya.

°

Anna berjalan sambil menggenggam tangan kiri Dika, ia akan menepati janjinya membelikan Dika ayam goreng yang sudah lama Dika inginkan.

"Mas ayam gorengnya dua ya, di bungkus" Anna memesan dua ayam goreng.

"Iya kakak, silakan di tunggu disana"

Anna menganggukkan kepalanya, membawa Dika duduk di kursi tempat tunggu pesanan.

10 menit menunggu akhirnya pesanannya sudah siap.

"Berapa mas?" Anna bertanya.

"27 ribu kakak"

Anna mengambil uang yang berada di saku bajunya, dilihatnya uangnya hanya tersisa 30 ribu saja, jika harga ayam yang ia pesan 27 ribu maka akan tersisa 3 ribu lagi uangnya, sedangkan ia akan menerima gaji dua hari lagi.
Tanpa pikir panjang Anna memberikan uang 30 ribu tadi.

Sekitar 15 menit berjalan kaki, Anna dan Dika sampai dirumah yang sangat sederhana sepeninggalan sang ibu, ia mengambil kunci rumah di dalam tasnya.

"Duduk di sini dulu ya? Kakak ambil in piring sama nasinya"

Dika hanya menurut, ia duduk dilantai beralaskan seutas tikar.

Anna datang dari arah dapur membawa sepiring nasi dan segelas air.

"Ni makan, dihabisin ya? Yang satu lagi buat besok pagi" ucap Anna lembut kepada adiknya.

"Ka Anna ngga makan?" Dika bertanya kepada Anna.

"Kakak nanti aja, kamu makan dulu gih, katanya mau ayam goreng?"

"Dika bisa bagi dua kok sama kakak Anna" ucap Dika.

"Kakak Anna ngga lapar, tadi udah makan di tempat kerja" Anna mencoba meyakinkan adiknya.

Dika tampak lahap memakan ayam goreng, melihat hal itu ada rasa sakit di hati Anna yang tidak bisa ia sampaikan kepada siapapun, rasa sakit itu bercampur menjadi rasa kecewa, sedih, dan senang.

Tidak sengaja air mata Anna menetes dari arah kiri, entah air mata bahagia atau sedih, perasaannya sekarang ini bercampur aduk dan tidak karuan.
Disisi lain ia sangat lapar, tapi melihat sang adik tampak bahagia, cukup membuat rasa laparnya menjadi kenyang, itulah Anna hal yang sangat ia prioritaskan adalah adiknya, ia rela tidak makan asalkan adiknya makan.
Ia akan berbuat apapun demi membuat sang adik bahagia, senyum Dika adalah penyemangat hidup bagi Anna, Dika lah yang membuat ia masih bertahan sampai sekarang.

"Ka Anna kenapa nangis?" Tanya Dika polos.

"Nangis? Ka Anna ngga nangis kok, cuman kelilipan, iya keliping" cepat-cepat Anna mengusap air matanya.

"Ka Anna kelilipan? Sini bial Dika tiup-tiup" Dika mendekatkan wajahnya, meniup-niup mata Anna.

"Ih mata Ka Anna langsung sembuh ditiup-tiup Dika" ucap Anna.

"Benelan? Mata Ka Anna udah sembuh?" Dika bertanya dengan serius.

"Iya udah sembuh, Dika hebat banget sii" gemes Anna sambil mengusap-usap kepala Dika.

"Holee mata Ka Anna udah sembuh" girang Dika sambil mengangkat tangannya, "nanti kalo Dika udah besal Dika mau jadi doktel aja, bial bisa ngobatin Ka Anna kalo lagi sakit" sambung Dika.

"Katanya mau jadi tentara? Biar bisa nembak orang yang nyakitin Ka Anna" tanya Anna.

"Iya Dika jadi tentala sama doktel" jawabannya polos, " jadi cita-cita Dika ada dua" Dika mengangkat dua jarinya.

"Iya, belajar yang bener, biar bisa jadi orang sukses" Anna mengelus puncak kepala adiknya.

"Makannya udah?"

"Udah"

"Wih hebat banget si, nasinya habis" Anna mengangkat dua jempolnya.

Dika tersenyum manis kepada Anna.

"Kalo udah makan, langsung cuci tangan terus gosok gigi, baru ganti baju terus tidur deh" Anna memberitahu Dika.

"Siap kakak Anna" Dika berdiri, lalu menuju kamar mandi.

°°°°°

Next yaa

jangan lupa vote, komen dan follow!

Kakak AnnaleaWhere stories live. Discover now