"ahhhss..... omong kosong apalagi yang kau katakan pada ayah?" ujarnya tiba-tiba saja kesal "bulan madu? Memangnya kau dapat ide dari mana ingin mengajakku bulan madu? Percaya diri sekali kalau aku akan mengatakan iya"

Hampir saja Jaebum tersandung ketika ingin berjalan mendekati sofa tempat dimana Seulgi sekarang duduk, mendengar kata-kata kasar itu membuat Jaebum rasanya ingin melempar sesuatu agar sekalian saja mereka ribut disini, bukan respon dan jawaban seperti yang sebenarnya dia harapkan dari Seulgi.

Dengan wajah tak bersahabat Jaebum berdiri di depan istrinya itu sambil bersidekap memandangnya dia tak ada niat menjelaskan tentang bulan madu "kenapa kau datang?" tanyanya dingin "kemarin kan aku tidak serius memintamu untuk datang ke kantor... dan apa yang kau bawa ini......" ujarnya semakin kesal menunjuki makanan diatas meja "tolong jangan bersikap romantis padaku.... Itu tidak akan mempan"

Masa bodoh Seulgi tetap mengatur makanan-makanan itu "memangnya siapa yang mau bersikap romantis disini? Aku datang karena ibu yang menyuruhku membawakanmu sarapan..... tadi pagi kau langsung berangkat ke kantor tanpa menyentuh makanan, jadi aku berbaik hati membawakanmu ini....... cepat makan....!"

"ciiihhhh..... kau hanya bisa memerintah" Umpat Jaebum akhirnya pasrah diperintah dan memilih duduk ketika Seulgi menyodorkan sumpit padanya, dia yang protes tapi tetap juga menerimanya.

"lagian aku tidak akan datang kalau bukan ibu yang menyuruh" Tambah Seulgi kemudian.

Semakin hari Seulgi semakin berani saja pada Jaebum, sangat keterlaluan, Jaebum berhenti mengunyah, ingin sekali dia menjitak kepala Seulgi dengan keras dan menyeretnya ke jendela kemudian melemparnya ke bawah... ahsss perempuan ini sangat-sangat menyebalkan.

Tapi dengan nada kelelahan Jaebum bersuara "hyaaa...Seulgi, tinggalkan semua makanan ini disini, aku akan memakannya jadi pulanglah! Aku tidak napsu makan kalau ada kau"

"aku akan disini sampai kau selesai kerja.....kita pulang bersama"

Bukan hanya Seulgi yang sulit menebak sifat Jaebum, karena sebenarnya Jaebum pun begitu sangat kesulitan menerka-nerka isi pikiran Seulgi, apa mau perempuan itu sekarang?

"apa ibu yang menyuruhmu mengatakan itu?" tanya Jaebum sama sekali tidak percaya dengan pendengarannya, meminta untuk pulang bersama? Jelas kalau Seulgi tidak akan melakukan itu jika tidak disuruh oleh ibunya.

"iya" Seulgi mengangguk bodoh.

"ahsss sudah kuduga..." cibir Jaebum dengan wajah masam menatap kearah Seulgi, ada sedikit rasa kecewa dibenaknya "hyaa.... kalau kau tak ada kerjaan, lebih baik kau ajak Yoona saja untuk pergi kenapa justru kau datang untuk menggangguku?" ujarnya kesal sambil menunjuki wajah Seulgi dengan sumpit.

Seulgi hanya menatap wajah Jaebum sama kesalnya "dia pergi berkencan.... aku tidak mungkin mengganggunya"

"ha...??" ekspresi Jaebum semakin bodoh saja ketika mendengar kakak sepupunya itu pergi berkencan "memangnya ada laki-laki yang suka padanya? Sampai sekarang dia tidak menikah karena sifatnya mirip denganmu"

"tapi kenapa kau mau menikah denganku?"

"terpaksa" balas Jaebum dengan nada cuek sambil mengunyah makanannya dengan rakus, bukankah Seulgi sudah tahu jawabannya, kenapa msih bertanya.

Suasana ruangan tiba-tiba mendadak sunyi, Seulgi memilih diam sambil duduk tenang disebelah Jaebum, dia tak tahu kenapa harus berakhir disini, sungguh membosankan.

"katakan pada ibu kalau aku tidak perlu dibawakan makanan, lagian aku biasanya makan diluar...... jadi mulai besok kau tidak perlu repot datang kesini" ujar Jaebum dengan nada datar seperti biasanya.

Seulgi mengangguk "lagian besok aku ada kencan"

"KENCAN??" teriak Jaebum tiba-tiba, hampir saja dia terbatuk karena sementara mengunyah ketika mendengar kata kencan keluar dari mulut Seulgi "aku tak ada waktu pergi berkencan denganmu..... kau liat pekerjaanku sangat banyak" tunjuknya pada meja kerjanya, tapi sedetik kemudian terdiam, sejak kapan dia meninggalkan meja kerja itu? Sejak kapan dia mengutamakan Seulgi lalu meninggalkan tumpukan berkas itu? Kenapa sekarang dia malah sibuk makan dan mengoceh disini? Sial.

Pak komisaris yang masuk mengganggupun tidak akan mampu melepaskan Jaebum dari pekerjannya, dia akan tetap fokus mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan, tapi.... kenapa sekarang dia malah terlena hanya karena Seulgi datang membawakan sarapan. Sungguh tak habis pikir.

Sejak tadi Seulgi hanya bisa menganga mendengar jawaban Jaebum, sejak kapan laki-laki itu sepede ini "memangnya tadi aku mengatakan kalau aku akan pergi berkencan denganmu?"

Jaebum langsung menoleh, dia mengunyah pelan karena mulutnya penuh dengan telur gulung, matanya menyipit "kalau bukan denganku... memangnya kau mau pergi berkencan dengan siapa?" tanyanya dingin "lagian laki-laki mana yang mau pergi berkencan dengan perempuan yang sudah menikah? Kau mau pergi berkencan dengan siapa ha? Katakan padaku siapa laki-laki itu?"

"memangnya siapa bilang kalau aku mau pergi dengan laki-laki lain? Aku mau pergi berkencan dengan Jisoo...." ujar Seulgi penuh emosi sambil terus melotot pada Jaebum.

Ekspresi Jaebum tidak berubah, dia masih saja dingin "ohhhh Jisoo..... orang ketiga ketika kita pergi ke bioskop itu kan? Yang benar saja...... kau sukanya perempuan yah?"

"HYAAAAAAA.......... DASAR BODOH......" teriak Seulgi semakin kesal.

Sedangkan Jaebum yang sejak tadi mengunyah dan fokus pada makanannya tiba-tiba bergumam "makanan ini kau yang masak?" tanyanya tanpa melirik pada Seulgi.

"iya, kenapa memangnya?" nada Seulgi semakin tidak bersahabat.

"lumayan....lebih enak dari yang kau masak di rumahmu waktu itu" jawabnya kali ini dia menatap pada Seulgi.

Bukankah Jaebum terlalu random? Dia benar-benar sangat pintar mempermainkan perasaan Seulgi, dia tahu betul bagaimana cara membuat Seulgi marah... lalu kemudian menenangkannya kembali.

Tentu saja sebagai seorang perempuan, Selgi merasa sangat senang ketika masakannya dipuji, dia senang bukan main, tapi hanya berlangsung beberapa detik saja, ekspresinya langsung berubah setelah sadar bahwa pujian itu berasal dari Jaebum, dia bahkan tak tahu kalau itu sungguhan atau hanya pura-pura, bagaimana dia akan membalas pujian itu?

Tapi... suara tawa Jinyoung dari arah pintu membuat suasana aneh itu mendadak berubah "Waaahhhh...... istrinya boss datang?" sahutnya dengan senyuman mengambang mendekati sofa.

Jaebum melirik pada Jinyoung tanpa ekspresi, merasa beruntung karena Jinyoung datang disituasi seperti ini, sebenarnya tadi itu dia tidak sadar ketika memuji masakan Seulgi, tapi untung saja Jinyoung masuk, kalau tidak maka dia dan Seulgi akan berubah canggung.

"selamat pagi" balas Seulgi memberi salam ramah pada Jinyoung yang sekarang duduk didepannya.

Jaebum hanya terus mengunyah sambil melirik pada Jinyoung "untung saja kau datang, aku ingin memperkenalkanmu pada perempuan cantik, temannya Seulgi, namanya Jisoo.... Apa besok kau ada waktu? Pergilah berkencan dengannya"

Jinyoung baru saja ingin mengiyakan, tapi suara Seulgi menggema lebih dulu.

"JAEBUM....???" Seulgi benar-benar tak habis pikir, apa yang ada dipikiran laki-laki itu sekarang, berusaha menjodohkan Jisoo dengan laki-laki yang Seulgi bahkan tak tahu siapa, lagian dia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Jisoo.

Jaebum yang diteriaki seperti itu langsung melongo, bukan karena suara Seulgi, tapi lebih pada cara Seulgi membentaknya "sekarang kau memanggilku dengan nama? Kemarin-kemarin kau sibuk memanggilku senior"

Seulgi bahkan dibuat terkejut dengan itu, ha? iyya sejak kapan dia memanggilnya dengan nama? Itu artinya dia sudah senyaman itu dengan Jaebum? SEJAK KAPAN?

Tanpa sadar Jaebum pun ikut tertawa melihat betapa lucunya ekspresi Seulgi sekarang.

Sedangkan Jinyoung hanya bisa menyaksikan betapa anehnya kedua orang ini, lagian kenapa dia datang berkunjung ke ruangan Jaebum disaat-saat seperti ini? Dia merasa seperti pengganggu diantara mereka, haruskah dia kabur keluar atau berpura-pura menjadi patung saja disini?

**************

PROMISE (Jaebum X Seulgi) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora