Gegar Otak

2.6K 312 10
                                    

"Aku sayang kamu."

"E-eh?"

"Kamu sayang aku?"  Dengan nada manjanya dia memeluk diriku erat, mata kelabunya menatap penuh harap kepadaku.

"Anu, tu-?"

"Kamu benci aku?" Nada suaranya berubah sedih, matanya mulai berkaca-kaca. Aku bingung, sangat-sangat bingung bagaimana cara menjawabnya.

"I-itu, anu-" gagapku.

"Kamu tidak sayang aku? Nanti tidak mau nikah sama aku? Kamu bukankah berjanji akan menerima lamaranku?"

Aku tekanan batin!

Seseorang, ingatkan aku kalau hubungan kami hanya sebatas Dokter dan dia pasien gegar otak ringan!

Ah, Tuhan dimana suaminya!

"T-Tuan! Aku mohon, aku seperti anda! Seorang yang menusuk, bukan ditusuk!" Aku memberontak saat pasien yang bernama Lan Xichen menarik tubuhku mendekat. "Aku juga punya seorang uke yang menanti dirumah!"

"Apa maksudmu? Kau selingkuh dariku?"

Hiiii! Dia menatapku seakan ingin membunuhku. Tuhan! Sayangku! Jika malam ini aku ditusuk oleh orang ini, tolong maafkan aku!

"Jika kau seperti itu pada orang lain, aku akan benar-benar menolak lamaranmu, Lan Xichen." Serentak aku dan Lan Xichen menatap kearah pintu ruang rawat.

Disana berdiri seorang lelaki dengan pakaian modis berwarna ungu menatap kami dengan wajah cantik+sangar.

"Kau-" seketika tubuhku otomatis langsung berdiri tegap menghadapnya. Entah kenapa nada suaranya sedingin kutub utara. "Pergilah! Biar dia, aku yang obati."

"Maaf?" Ucapku bingung. Apa lelaki ini seorang dokter juga?

Ia berjalan mendekati pasien Lan Xichen yang entah sejak kapan duduk bersimpuh diatas ranjang pasien dengan wajah berseri-seri.

Pasien Lan Xichen beberapa kali bergumam, "Malaikat menjemputku." Dengan riangnya.

Pria serba ungu tadi meletakkan tas ranselnya disamping Lan Xichen dan mengeluarkan sesuatu yang ada didalamnya.

"Jika dengan buku peraturan Univ. Gusu yang aku pukulkan dikepalamu membuatmu gegar otak, artinya melakukan hal yang sama bisa membuatmu sembuh."

Tubuhku terpaku saat pria ungu itu mengangkat kedua tangannya yang memegangi buku super tebal layaknya buku telpon jaman dulu, dan bersiap melayangkannya ke kepala pasien Lan Xichen.

"Tu-TUNGGU!"

End.

End

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Ketika Kakanda...Donde viven las historias. Descúbrelo ahora