Menyakitkan?

Mataku memanas. Aku berharap air mata cengeng ini ga harus turun saat ini. Aku pasti maluuuu sejadi-jadinyaaaa astagaaa. Tapi, aku yakin bahkan sedetikpun aku berkedip pasti air mata ini akan turun. Seolah-olah ada yang meremas jantungku membuat aku ingin berteriak.

"Lo kenapa ra?" Pertanyaan Kay membuatku terbangun dari fiksiku.

"G.." Untuk berkata saja aku gemetar, "Gue mau ke..kamar mandi."

Setelah sukses mengucapkan kalimat itu aku langsung berlari menuju ke toilet. Aku tahu, pasti Kay khawatir. Hanya, khawatir. Bukan khawatir seperti yang aku inginkan. Aku berbelok ke arah kiri yang terpampang toilet, begitu memasuki sangat sepi. Aku pun memilih untuk masuk ke salah satu bilik dan bersyukur sesakku berkurang.

"Ara bego! Lo bego! Lo bego! Lo cengeng! Huhuhu.." Aku memukul dadaku yang semakin sesak dan menghina diriku sendiri yang sangat cengeng. Untung saja, aku bisa mengontrol diriku untuk tidak berteriak dan mengundang semua orang.

Kenapa lo jauh Kay? Kenapa lo ga pernah lihat arti tatapan mata gue? Kenapa lo kalah berharap dengan dia, yang bahkan baru lo kenal beberapa tahun. Bukan gue yang selalu bersama lo sejak kita kenal. Kenapa bukan gue? Yang punya hati spesial untuk lo. Lo janji ga akan ninggalin gue Kay. Kita janji bersama. Tapi kenapa? Saat gue mendam semua ini demi persahabatan kita malah, lo membuat segores luka dalam Kay.

Drrtt. Drrrtt.

Kay calling...

Aku meminang untuk menjawab atau tidak. Namun, aku langsung slide tombol merah. Dann langsung membuka chat untuk berkirim pesan.

To: L. Kay

Lo ga usah khawatir. Gue ga enak badan. Lo pulang aja duluan, salam buat dia gue ga bisa nemenin lo. Gue juga ada urusan. Thanks for today, and happy fun!

Send.

Setelah mengirim pesan, aku pun langsung mencari kontak ka Ori. Aku tidak mungkin pulang, dan bertemu Kay nantinya. Aku hanya ingin, menikmati angin dulu. Hati dan pikiranku masih sangat panas.

"Halo," sahut di seberang.

Aku mengusap air mata, "lo dimana kak?"

"Lo kenapa? Kaya abis nangis. Lo di mana? Bunda mana?" Cercah Ori.

Aku tersenyum pahit dan menggeleng, tapi aku sadar ka Ori tidak akan melihatnya. "Gue mau ke apartemen lo. Gue lagi ga bisa balik. Bisa jemput gue?"

Aku dengan ka Ori menghela nafas, "Okay, gue ke sana sama Renan. Sms-in tempatnya."

"Oke."

Klik.

Aku memutus sambungan. Malas berlama-lama. Takut ka Ori nantinya semakin khawatir. Lalu, mengirim sms mall saat ini aku berada. Aku menghela nafas cukup dalam, setelah memastikan bahwa aku siap aku pun beranjak keluar dari toilet. Aku berjalan menuju ke arah pintu belakang Mall ini dan menunggu ka Ori di seberang dekat taman. Untungnya, aku cukup hafal Mall ini.

I'm so sorry Kay. Give me time for myself.

"ARA!" Aku melihat Renan yang melambaikan tangan dari mobil ka Ori. Aku tidak tersenyum, sungguh mood aku benar-benar sudah tidak tertahan. Aku buka pintu mobil. Dan ka Ori pun langsung melajukan mobilnya yang aku yakini pasti ke apartement. Aku menguap dengan keheningan yang terjadi, tapi juga tidak ada niat untuk memulai obrolan. Terpaksa aku menaikkan kakiku untuk disandarkan ke kaca dan tertidur dengan bantal yang selalu tertinggal di dalam mobil.

*
"Ra. Ra. Ra... Bangun, udah sampai!" Tepukan tangan dipipiku membuatku mengerdipkan mataku. Tapi gelap, eh tidak terlalu gelap ada cahaya.

Aku pun bangkit, tapi merasa seperti pinggangku diinjek-injek. Pegal sekali. Aku baru tersadar ketika mataku terbuka sempurna bahwa aku tertidur di dalam mobil.

(Not) FriendzoneWhere stories live. Discover now