"ARGHH, SUMPAH!" Yedam berteriak kesakitan lalu menjatuhkan dirinya di aspal, banyak paku yang bertancap ditubuhnya, Yedam sudah mati rasa sekarang. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana rasa sakitnya sekarang.

"Makanya, Dam. Jangan aneh-aneh. Cukup nurut sama gue dan penderitaan lo bakalan lebih sebentar sebelum mati," katanya menyeringai.

"Nggak ada sopan santun ya lo?" Tangan Yedam yang kiri berusaha menghentikan pendarahan dari tangannya yang kanan. Rasanya sakit luar biasa.

"Hehe, maaf. Bukannya kata lo jaman sekarang nggak penting sopan santun? Katanya yang penting otak cerdas."

"Dasar orang gila."

"Sstt, sekarang gue tanya nih. Lo mau mati secara zig-zag atau horizontal?" tanyanya, ia lalu mencabut cutter dari kaki Yedam lalu memainkannya layaknya psikopat.

"Yah, darahnya dikit doang ya. Ck, harusnya tadi gue bawanya pisau dapur aja. Tapi nggak deh, takutnya nanti pada curiga, hehe."

Sekarang Yedam benar-benar lemas, darah dari tangan kanannya pun tidak berhenti keluar.

"Eh, lo kok nggak jawab pertanyaan gue?" tanya orang tersebut yang nampaknya mulai kesal.

"Gue nggak akan mati hari ini," sahut Yedam.

"Aduh, masih aja. Oke deh, karena lo nggak mau jawab, jadi gue anggap aja zig-zag ya?" katanya lalu tertawa.

Yedam memejamkan matanya, ia lalu bertanya, "K-kak Yoonbin, l-lo yang bunuh?"

"Hehe, kok lo tahu sih? Nggak seru banget ah." Yedam membuka matanya menatap orang tersebut dengan wajah tak percayanya. Ia benar-benar tak menyangka orang yang selama ini ia pikir adalah orang yang polos, baik, dan sangat lucu dapat membunuh orang lain.

Yedam sekarang hanya dapat pasrah, ia menangis.

Orang tersebut terkekeh, puas melihat wajah pasrah Yedam. Ia lalu mulai memanjangkan cutternya, lalu menusuk perut dan dada Yedam berulang kali sampai darahnya terciprat pada wajahnya seperti orang kesetanan.

Yedam masih sadar, ia hanya dapat tersenyum tipis. "Kenapa.. Kenapa lo lakuin ini..." lirihnya sebelum benar-benar menutup rapat matanya.

Orang tersebut menatap Yedam dengan tatapan tak perduli, ia lalu mulai menggambar zig-zag di perut Yedam. "Sayang banget ya lo mati lebih dulu sebelum lihat karya gue di perut lo," katanya lalu dengan santai memunguti paku yang bersebaran di jalan, bahkan yang ada di tangan Yedam dicabut. Orang tersebut lalu bangkit berdiri,

"Ya elah, lemah banget. Cih."















































































































































































"Yedam mati."

"Nggak ada yang namanya perampokan, nggak ada barang yang hilang."

Perkataan Hyunsuk sangat menusuk hati mereka, Hyunsuk sendiri hanya menundukkan kepalanya pusing. Beberapa dari mereka menangis, ada juga beberapa dari mereka yang marah, dan ada juga yang hanya diam, tak dapat berkata apa-apa.

"Sekarang, udah jelas kan kalau ini pembunuhan?" Doyoung terkekeh sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Doyoung, ini kayaknya bukan saat yang cocok untuk lo ngomong kayak gini," ujar Yoshi.

Crafty | Treasure ✔Where stories live. Discover now