1

192 5 0
                                    


———————— HAPPY READING ————————



Seorang gadis sedang menyusuri jalanan kota yang nampak sepi disana. Ditemani siang hari dan cahaya matahari yang sangat terik membuat dirinya mengeluarkan keringat lebih banyak.

Gadis itu bernama Syana. Seorang anak tengah yang lahir di keluarga yang kata orang orang kaya padahal biasa saja. Bahkan dia sering sekali menangis karena memikirkan biaya pendidikan, Les, dan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Apalagi, dia bersekolah diluar kota kelahirannya. Yang pasti berpisah dengan orangtua dan keluarga. Ini semua demi mimpi yang ingin dia raih.

Drtt.. drtt

"Assalamualaikum. Hallo?"

"Mba, kamu kesini, ya. Ini ada pesanan. Karyawan yang lain lagi pada pulang."

"Iya, Bu. Aku pulang."

Dia pun berjalan menuju ke tempat dimana motornya ia parkir tadi. Dan segera menancap gas untuk menuju ke sebuah rumah makan padang milik orangtuanya itu yang sering sekali ia handle.

Tak sampai 20 menit, Syana sudah sampai di rumah makan tersebut. Dia melepas helm dan langsung membantu Ibunya yang sedang membungkus makanan ke dalam kertas minyak. Melihat makanan yang sudah tidak lengkap, dia tersenyum.

"Rame, ya?" Tanya Syana dengan senyum sumringah.

"Alhamdulillah, Mba. Kamu udah pesen travel? Uangnya udah di transfer sama Kakak, ya. Maaf, baru bisa nambah saldo kamu sekarang."

"Nggak papa, Bu. Ya udah, Ibu duduk aja disana. Biar Syana yang selesein."

"Kamu habis ini pulang aja, ya. Buat istirahat dulu."

Syana kembali tersenyum, "Iya, Ibuku."

Syana membungkus makanan itu dengan sangat rapi. Sejak dia masih SMP, dia sudah diajarkan membungkus makanan padang menggunakan kertas minyak dan daun pisang. Jadi, ya wajar saja jika sekarang bungkusan dia rapi tidak seperti dulu saat masih SMP.

Untuk informasi saja, Syana kini sudah memasuki kelas akhir SMA. Ya, kelas 12. Sudah pertengahan semester 2 dan sebentar lagi akan lulus. Karena sedang libur jadi dia pulang. Dan besok dia akan berangkat seperti biasa. Makanya, sore ini dia akan pulang ke kota rantau. Karena dia ber-SMA di salah satu SMA bergengsi di Kota rantaunya.

"Bu.. udah selesai. 15 bungkus?"

"Gratisin 1, Mbak."

"Pake apa, Bu?"

"Rempela ati masih nggak? Kalo masih pake itu aja."

"Iya, sebentar."

Ia kembali membungkus lagi walau hanya satu. Orangtuanya selalu memberi bonus kepada orang yang memesan lebih dari 10. Anggap saja itu sebagai tanda terimakasih karena telah memborong makanan di rumah makannya.

"Kalo gitu Syana pulang, ya. Nanti aku pulang jam 4."

"Iya, Mba. Ini tolong bawain buat makan adek mu."

"Oke."

Rumahnya berada tepat di seberang rumah makan. Jadi, dia hanya menyebrang saja lalu sampai. Kalau jalan sedang sepi, ya tidak butuh waktu 5 menit untuk sampai ke rumahnya.

Sampai di rumah, dia membersihkan badannya Dan melihat sejenak ponsel miliknya itu. Rupanya, ada panggilan video tidak terjawab 2 kali dari sahabatnya di kota rantau, Dara.

DESTINY Où les histoires vivent. Découvrez maintenant