Chapter one

7.6K 441 18
                                    

1. Usahakan vote setelah membaca sebagai bentuk apresiasi kalian terhadap karya yang ditulis oleh author. Tidak juga tidak apa-apa. Author tidak memaksa jika kalian ingin jadi hidden reader.😚

2. Maafkan beberapa typo yang masih kalian temukan dicerita ini.

3. Jangan lupa follow akun author nya juga, ya. Supaya kalian gak ketinggalan info dari ceritanya dan cerita barunya yang lain.

4. Ini murni fiksi, tidak ada kaitannya dengan Kehidupan nyata seperti kesamaan nama tokoh, tempat, dan latar cerita.

.

.
.

Langkah kakinya semakin cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kakinya semakin cepat. Keringat menghiasi dahi putihnya. Sebuah klakson membuatnya menoleh cepat ke belakang.

"Nana!" teriak seorang cowok dengan setelan kemeja kotak-kotak dan celana hitam.

Cewek bernama Nana itu memutar bola mata malas, kemudian membuang muka. Rasanya ingin sekali memaki cowok itu, namun Nana harus segera sampai ke rumah.

"Na! Jangan ngambek, lah! Gue bercanda, sumpah," katanya Lagi.

"Berisik!"

Cowok itu terkekeh. Sejujurnya, dia tidak berniat menjahili Nana. Dia hanya berniat membuat Nana menunggu sedikit lebih lama di sekolah. Tidak tahu jika anak itu benar-benar marah dan memilih pulang sendiri menggunakan angkot.

Sesampainya di rumah, Nana langsung berlari masuk ke dalam. Kedatangannya bukan disambut oleh Mamanya, melainkan disambut oleh dua cowok yang sedang bermain catur di ruang tengah. Nana tidak menyapa dan langsung berlari menaiki tangga dengan wajah bete. Kedua cowok itu hanya bisa geleng-geleng kepala karena bukan kali pertama mereka mendapat wajah masam Nana ketika pulang sekolah.

"Davis pasti jahilin Nana lagi," kata Geo dengan kekehan pelan.

Yang disebut namanya baru saja sampai. Cowok itu melempar kunci motornya ke atas meja. "Gue cuman tinggal sebentar buat beli rujak di depan gang. Dia udah kabur duluan pakai angkot," ceritanya.

"Seneng banget, ya, lo, jahilin adek sendiri. Kualat baru tahu rasa lo." Geo memang tidak heran dengan sifat jahil Davis. Tapi kasihan juga jika terus-menerus melihat Nana harus pulang dengan wajah masam.

"Kalo Davis berhenti jahil, itu artinya dunia lagi enggak baik-baik aja," ujar Ansel yang mulai ikut bersuara.

"Bener, sel. Dunia pasti lagi enggak baik kalo ni anak kampret tiba-tiba tobat."

Try To Be Yours √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang