Bab 5

19 5 4
                                    

Lumayan, kata lumayan menurut orang berbeda beda. Tapi lebih terlihat ke makna ke indahan. Namun untuk saat ini kata lumayan itu adalah pujian yang tak memandang siapa pemilik rambut panjang yang sedang memeluk Andre.

"Hai.." sapa orang itu ke Aurel sambil mengulurkan tangan-nya.

"Wait? Maksud lu apa apaan? Godain pacar gua?" Jawab Andre sambil menarik kerah baju lelaki itu.

"Sorry bang, sorry. Kelepasan gua"

"Banyak alasan lu! Haaaa"

"Ndre udah stop!" Bentak Gilang sambil menahan tangan Andre yang mau memukul.

"Urusin temen lu Lang!"

Aurel membuang muka, saat Andre meninggalkan Gilang dan lelaki yang hendak dipukul itu. Dia takut kalo ternyata lelaki itu masih mengingat wajahnya. Dimana saat itu dia mencoba melukai Aurel.

Lepas itu, kebetulan Dimas langsung memberikan motor Andre. Andre yang langsung cabut bersama Aurel, ia meninggalkan suasana gaduh itu.

"Tadi siapa Ndre?"

"Bagian-nya Gilang"

"Maksudnya?"

"Dia anak sekolah lain, dia anak buahnya Gilang"

"Lu deket sama dia?"

"Gak. Kenapa emang?!"

"Lupain, btw namanya siapa?"

"Candra Kusuma. Panggil ajah Candra"

Mendengar penjelasan Andre. Buru buru Aurel melepas pelukannya yang ada di samping pinggang Andre. Aurel bingung harus gimana. Kenapa bisa bisanya ia memeluk Andre tanpa alasan, tidak seperti awal karena merasa takut.

"Ga usah malu malu, kalo mau peluk. Peluk ajh, ikhlas aku mah"

"Ga sudi!" Jawab Aurel

Aurel memutar tas punggungnya ke depan. Ia menatap langit langit sepanjang jalan. Ranting pepohonan yang berlalu lalang membuatnya sedikit merasa teduh.

"Ndre? Kenapa lu tadi aneh?" Tanya Aurel kepada Andre.

"Aneh?" Jawab Andre merasa terkejut.
"Aneh yang mana?"

"Lu tadi aneh, orang Candra mau berjabat tangan ama gua. Ko lu malah marah?" Sambung Aurel menjelaskan.

"Oh..."

"Ngapa Ndre?"

Andre yang sedari tadi terlihat asik, sekarang dia hanya diam seribu bahasa. Entah, ia merasa gugup menjawab pertanyaan Aurel atau bagaimana.

Begitu juga dengan Aurel. Aurel tampak berfikir, dibagian mana ia mengubah suasana mood Andre. Mengapa seorang lelaki yang didepannya sekarang menjadi murung layaknya anak kecil.

Dan Andre? Ia sempat melirik kan matanya ke arah spion. Bukan untuk melihat arah belakang, melainkan hanya untuk melihat Aurel. Andre sengaja mengubah arah spion ke hadapan seorang dibelakangnya, ia mau melihat reaksi apa aja yang Aurel perlihatkan.

***

"Dah sampe" ujar Andre.

"Hah?! Sampe?" Jawab Aurel merasa kaget.

"I_yah. Udah sampe"

"Kita berenti di pinggir jalan loh, katanya lu mau ajak gua jalan tadi?"

"Kan udah jalannya, kita udah ke mall kan?"

"Tapi ga jadi" jawab Aurel sedikit bete dengan perlakuan Andre.

Andre turun dari motornya. Matanya menyipit melihat ekspresi Aurel dengan alis terpaut. "Cie bete ama gua"

Aurel yang membuang muka "apa aku terlihat peduli? Oh tentu tidak!" Gumamnya didalam hati.

"Ngapa buang muka?!"

"Gua bete ama lu! Ga peka banget si lu jadi cowo?"

Andre tertawa. Membuat semua orang di sekelilingnya, mengalihkan pandangan kepada Aurel. "Bego banget sumpah"

"Lah?"

"Gua mau makan. Laper! Lu mau makan juga gak?"

"Ya mau lah, kan lu yang ngajak gua jalan" jawab Aurel sedikit kesal.

"Ya udah ayo"

Seketika pandangan Aurel melihat disekililing, ia hanya terdiam. Terdiam merasa aneh. Bagaimana bisa seorang Andre makan di tempat pedagang kaki lima seperti di pinggiran jalan kota ini.

"Pasti dia ga bawa duit. Makanya makan di pedagang kaki lima" gumam Aurel.

"Tenang ajah Rel. Gua biasa makan disini ko. Jadi jangan berfikir kalo gua ga bawa duit"

Seketika Aurel berhenti melangkahkan kakinya. Bagaimana mungkin? Laki laki itu bisa tau isi hati Aurel. "Jangan jangan dia cen_"

"Kenapa berenti? Gua dah laper. Ayo cepetan dikit!" Sahut Andre sambil membalikan badanya dan menggandeng tangan Aurel.

"Eh nak Andre, baru lagi nih ceweknya?" Sapa ibu ibu pedagang kaki lima dipinggir jalan.

"Bu..." Jawab Andre sambil mengedipkan satu matanya.

"I_yah ibu paham. Sini masuk Ndre, non cantik"

"Iyah"

Di tempat tempat duduk itu banyak juga pelanggannya. Aurel sempat bingung mau duduk dimana. Ada satu tempat kosong, tapi ia harus berjauhan dengan Andre.

"Duduk"

"Dimana?"

"Ya samping gua lah"

"Itu ada bapak bapak ih"

"Ini pak Udin, suaminya bu Mira"

"Ko lu kenal?"

"Kan dia yang punya nih lapak. Tolol!" Jawab Andre sedikit kesal.

"Serah dah, misi pak"

Aurel duduk. Ia mengambil segelas air, dan memberikannya ke Andre. "Minum dulu biar ga marah marah aja"

"Lu mau makan apa?"

"Bakso"

"Ok.."
"Bu Mira, bakso satu. Jangan pake kecambah, kol nya aga banyak. Tambahain ramuan kangennya sedikit, bawelnya di kurangin"

"Wanita itu orang yang realistis. Kami tidak percaya hanya pada kata-kata. Dan lu mendingan jangan alay dah Ndre" jawab Aurel sedikit bete.

"Bi, bi_sa sedewasa ini juga ternyata" desus Andre merasa terpukul.

***

"Wanita itu orang yang realistis. Kami tidak percaya hanya pada kata-kata. Dan lu mendingan jangan alay dah Ndre"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAR "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang