Bab 4

19 8 4
                                    

****

"Tak usah saling menyalahkan, kita hanya mendambakan seorang yang sama sama kita kagumi. Pilahan-nya bukan di tangan kita, tapi di tangan Dia. Aku atau Kau yang di pilihnya."

****


Baru saja mereka sampai dihalaman parkir, Andre menendang ban motornya dengan keras. Hal itu tentu saja membuat Aurel, Aziz dan lainnya terkejut.

Dan saat matanya menoleh kesamping ia melihat wajah Andre dengan muka merah yang melirik kepadanya. Aurel berfikir sejenak, kesalahan apa yang telah ia lakukan saat ini? Siapa tahu ia mengerti alasan Andre yang menatapnya dengan sinis, dan bisa langsung meminta maaf dengan cepat.

"An, An, Andre ada apa ya?" Tanya Aurel dengan sedikit gemetar.

"Ga papa, nanti pulangnya gua mau ikut naik mobil Aziz!"

"Loh ko lu ikut gua?! Motor lu siapa yang bawa?!" Jawab Aziz yang bertanya balik.

"Sans, gua ga ganggu kalian pacaran. Gua cuma numpang balik. Motor gua ban-Nya bocor. Liat tuh? Masih punya matakan?!" Sambung Andre sambil mencabut kontak motornya.

Aurel maju dua langkah ke arah Dimas dan Gilang, ia meminta tolong agar bisa mengkondisikan Andre yang terbawa emosi. Namun, Dimas dan Gilang hanya menggelengkan kepala. "Menurut gua lu harus jaga jarak dari keduanya Rel" sahut Dimas.

"Jaga jarak? Maksud lu?" Jawab Aurel sambil menengok ke arah Aziz dan Andre.

"Mereka sama sama suka ama lu, lu jan bikin keduanya cemburu. Dah itu ajh si, yakan Lang?"

"Yoi.. Btw enak ya jadi lu Rel dah kaya ratu hidupnya. Dikawal sama orang orang yang suka sama lu." Jawab Gilang.

"Hadeh, repot juga"

Aurel terus mencari alasan agar mereka berdua mampu tenang dihadapan umum. Karena ia ga akan mampu, berjalan dengan empat cowok tapi yang dua hanya ribut sendiri sendiri.

"Jadi masuk ga nih?" Tanya Aurel kepada Andre dan Aziz.

"Jadi lah" jawab Andre.

"Ya udah ayo masuk," lanjut Aziz aga kesal karena perlakuan Andre.

Berapa langkah kemudian, Andre berhenti ia meraba saku bajunya dan celana. Memasang muka suram membuat semua orang yang melihatnya panik.

"Lu napa Ndre?" Tanya Dimas.

"Diem dulu, gua lagi mikir"

"Lah mikir apaan lu bos, sampe garuk kepala yang ga gatel" lanjut Gilang.

"Yah anj*ng! Dompet gua ilang, dah lah mau balik, oh ya Ziz gua peringatin ya. Lu hari ini menang, seneng lu?!" Jawab Andre.

Makin pusing bagi Aurel, "Kenapa coba? Kenapa lu goblok banget?" Desusnya ke Andre.

"Ko gua?"

"Iyha lah, sapa lagi coba? Emang disini sapa yang tadi duduk di ruang tamu rumah gua selain lu?"

"Astaga dongo, hih pen gua jitak!"

"Sadar lu?"

Andre tak menjawab, ia meminta kontak motor Dimas untuk dipakenya. Ia berniatan balik ke rumah Aurel untuk mengambil dompet yang tertinggal.

"Rel, ayo anter gua?"

"Iyha" jawab Aurel kesal.

"Kalian nunggu disini, ga usah kemana mana" desus Andre.

****

Seperti biasa, sesampai di rumah Aurel. Andre tersenyum melihat bingkai, tapi kali ini.
"Udah ayo kita balik ke mereka" ajak Aurel.

"Et,, ngga! Gua mau ngajak lu ke tempat lain. Gua ga mau diganggu"

"Lah terus motor lu yang bocor?"

"Ga usah dipikir, ntar lu pusing" jawab Andre sambil menaiki motornya.

"Kenapa harus ke tempat lain si Ndre? Aziz sama dua temen lu kan di mall?" Tanya Aurel yang masih bingung.

"Dimas sama Gilang dah gua suruh pulang, sekarang mereka ada di bengkel tempat nongkrong"

"Terus kita mau kemana?"

"Mau ke bengkel"

Aurel mengarah pada kaca spion, melihat raut wajah Andre. Andre yang tersenyum. Ia tetap mengendarai motornya.
Di benak Aurel merasa ada yang aneh, ketika ia diajak seorang laki laki itu ke bengkel, tempat dimana Andre berkumpul dengan kawanan-Nya.

Pikiran negatif menyerang Aurel. Apa Andre membawanya ke sana hanya untuk mempermalukan di depan teman-temannya? Membuatnya semakin malu?

"Lu serius ajak gua ke bengkel Ndre?" Tanya Aurel dengan nada sayu ketakutan.

"Bener"

"Tapi Ndre, gua__"

"Kita kesana cuma ganti motor, gua ga ngapa ngapain lu. Ga usah panik"

Aurel masih tersihir dengan ucapan Andre. Ia masih tak menyangka, karena ia belum pernah merasakan hal yang baginya mengerikan seperti ini.

Ia menghirup nafas agar membuat dirinya sedikit lega. Lalu menaruh kedua tangan nya disamping pinggang Andre.

"Kenapa ga sekalian di peluk?" Tanya Andre yang sudah menyadari.

"Gua gada niatan meluk lu. Jadi ga usah kepedean!"

"Bentar lagi juga meluk" jawab Andre. Aurel menatap nya heran lewat kaca spion. Ia merasa kenapa Andre bisa mengerti maksud dari Aurel yang meletakan tangan di samping pinggang nya.

Dan perlahan, tangan itu menjulur memeluk erat badan Andre. Tak pernah di bayangkan olehnya. Aurel ternyata mau juga memeluk, ia sekarang hanya tersenyum sambil menyetir motornya.

Melewati satu pertigaan lalu belok kanan.  Wajar saja jika Aurel memeluk Andre, bukan karena dingin atau sengaja ingin memeluk. Tapi, karena Aurel sudah tau. Di depan bengkel banyak temen temen gank yang pernah mengganggunya sepulang sekolah tanpa disadari Andre.

"Cewek baru bang?"

Aurel yang hanya menunduk merasa takut. Ia tau persis, suara yang barusan menanyakan Andre.

Pemilik suara itu lah yang menggangunya di jalan, sepulang sekolah minggu lalu. Ia terus mendekap Andre dengan kencang "ayo buruan Ndre gua takut"

- To be continue -

DEAR "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang