Bab 3

22 6 0
                                    

Menjelang waktu tidur, Aurel tidak mudah untuk menajamkan matanya. Ia terus menatap langit-langit kamarnya dengan pikir halunya berjalan disebuah taman.

Suasana rumah sudah gelap, karena semua lampu sudah dimatikan. Hanya tersisa lampu di samping ranjang setiap kamar, yang menimbulkan cahaya tamaram.

Ibu Aurel sudah tertidur dikamarnya. Katanya esok pagi ada arisan keluarga dengan saudara ayah, tapi anaknya itu tak pernah mau ikut jika diminta hadir bersama.

Saat ini Aurel memakai baju tidur, rambut yang terurai diikatnya mengenakan kuncir rambut yang baru saja ia ambil dari laci. Karena kesal belum mengantuk ia memilih ke ruang depan Tv, pikirnya disana ia akan tertidur meski diatas sofa sekali pun.

Setelah setengah jam menunggu dengan caranya sendiri. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya, ia takut ketika ibunya mendapati Aurel yang tidur di sofa akan membuat ibu marah.

Aurel menghembuskan nafas panjangnya. Ia harap kali ini dia akan tertidur agar esok ia bisa menjalankan sekolah seperti biasanya.

Criiiiiinge... Criiiiiinge....

Tak jauh ia melangkah telepon rumah berdering, pikirnya itu hanya om Heru yang cuma ingin mengingatkan mamah untuk pergi arisan nanti.

"Ngapa mesti nelfon malem malem om? Kan mamah udah tau besok arisan di rumah om" ujar Aurel serada kesal.

Ia tak mendapati jawaban om Heru, yang ia dengar hanya suara tertawa dari lawan bicaranya itu.

"Salah sambung yah? Ya udah saya matiin"

"Jangan dulu Rel." Jawaban seorang lelaki dari telepon yang digenggamnya itu.

"Aku Aziz, maaf mengganggu malam malam"

"Oh Aziz? Iyah.. Ko tau no telepon rumah?"

"Itu hal biasa, ternyata tante ku temen ibu mu juga. Jadi sekalian aku minta no telepon rumah, berhubung Hp mu lagi rusak" jelas Aziz.

"Oh..." Jawab Aurel.

Aurel tertawa, ia merasa bahagia. Bahagia yang ia rasakan ialah bahagia karena sekarang ia sudah bebas dari orang orang yang menganggap dirinya sebagai mainan mereka.

Hmm.. Suara yang terdengar dari telepon itu pun sudah usai. Aziz yang akhirnya meminta Aurel untuk tidur.

Malam itu, Aurel tak lagi harus berkhayal untuk membuatnya tertidur. Baru saja ia mendapati selimut miliknya matanya langsung terpejam, pikirannya tenang, hatinya pun merasa bahagia.

***

Ibu bangun lebih awal. Ia menatap jam menunjukan pukul delapan pagi, ia akan kerumah om Heru jam sembilan. Jadi masih ada satu jam untuk bersiap siap baginya.

Ketika wanita itu melihat kamar Aurel. Aurel sudah tak ada didalamnya, yang wanita itu dapati ternyata anaknya berada di dapur. Aurel yang berada di dapur menyiapkan sarapan untuk ibu dan dirinya sendiri. Tak lama ia tersenyum melihat ibunya menyusulinya.

"Kirain anak cantik belom bangun"

"Hmm,, kan hari ini aku sekolah"

"Hah sekolah?!" Jawab wanita itu sambil menertawakan Aurel.

"Lah ko mamah ketawa?"

"Ini hari minggu sayang, mana ada sekolah?"

Aurel tersipu malu. Ia lupa menyadari bahwa sekarang hari minggu. Jika ia tau pasti ia masih tertidur dikamarnya, karena bagi Aurel hari minggu adalah hari free to sleep.

Tak lama setelah sarapan ibu Aurel pergi. Dirumah itu hanya ada Aurel, karena sudah terlanjur bangun pagi Aurel tak memutuskannya untuk tidur lagi. Ia memilih mencuci sepatu di depan rumah.

DEAR "A"Where stories live. Discover now