Last Chance

66.7K 4.9K 240
                                    

"AW!"

"Maaf, maaf, saya gak sengaja."

Alma mendongak sambil mengelus perut buncitnya. Wanita 32 tahun itu semakin meringis kala perutnya terasa begitu nyeri.

"Mbak baik-baik aja? Saya benar-benar minta maaf, saya gak lihat karena buru-buru," jelas wanita di depan Alma dengan raut wajah khawatir serta rasa bersalah.

Alma menggeleng pelan, "perut saya nyeri. Bisa bantu antarkan saya cari taksi?" pintanya.

Wanita itu membantu Alma berdiri, lalu menunduk mengambil tas dan beberapa belanja Alma yang terjatuh.

"Saya antar ke rumah sakit, ya, Mbak, saya bawa mobil kok," tawar wanita tersebut.

Alma menggeleng pelan, "ngerepotin, gak usah, saya bisa pulang aja," tolaknya.

"Plis, Mbak, saya gak tenang sebelum tahu keadaan Mbak sama janinnya baik-baik aja. Tadi saya nabraknya cukup kencang," ringis wanita tersebut.

Alma merasakan perutnya benar-benar sakit kali ini. Wanita itu tanpa banyak bicara hanya mengangguk dan itu membuat lawan bicaranya bernapas lega.

Keduanya memasuki sebuah mobil mewah dan kendaraan itu melaju dengan cepat membelah jalan raya menuju salah satu rumah sakit terdekat.

"Namanya siapa, Mbak?"

"Alma, kamu?"

"Sofia, Mbak."

Alma menatap wanita di depannya dengan kagum. Selain cantik rupa, wanita bernama Sofia itu juga cantik dalam bersikap. Padahal Alma yakin sekali wanita itu orang yang sangat kaya dilihat dari penampilan dan kendaraannya. Sangat berbanding terbalik dengan Alma.

Sekitar 20 menit di dalam mobil, kini keduanya tiba di rumah sakit. Alma dibantu oleh Sofia untuk turun dan berjalan memasuki rumah sakit. Keduanya berjalan menuju ruang dokter kandungan.

Saat keduanya tiba di depan ruangan dokter, Alma dibuat bingung karena Sofia langsung menyelonong masuk saja tanpa mengantri seperti pasien lain.

"Ayo, Mbak," ajak Sofia saat keluar kembali.

"Tapi..."

"Gak papa, ayo, dokternya sepupu ipar saya," ujarnya.

Tuh, kan, Alma semakin minder. Tapi... Ipar? Sofia sudah menikah? Wanita itu seperti anak kuliahan. Alma kira benar masih mahasiswi. Ternyata...

"Kamu bikin aku jantungan, Fi, kukira kamu yang kenapa-napa pas tadi bilang mau cek kandungan," kesal seorang dokter wanita yang kini berdiri menyambut mereka.

"Sorry, aku khawatir soalnya jadi gak jelasin panjang lebar di chat," kekeh Sofia. "Ini, aku gak sengaja nabrak Mbak Alma di depan supermarket sampai jatuh, tolong, ya," lanjutnya memohon.

Dokter wanita itu menghela napas dan menyuruh Alma untuk berbaring. Alma menurut. Wanita itu cukup cemas. Alma tidak mau janinnya kenapa-napa.

Lama menunggu dengan perasaan berdebar tak karuan, akhirnya pemeriksaan selesai. Alma dibantu duduk oleh seorang perawat yang sejak tadi berdiri di sebelah dokter.

"Baik-baik aja. Karena syok, makanya ada kontraksi ringan. Saya kasih vitamin, ya," ujar dokter. Alma ingin menggeleng, tapi Sofia lebih dulu menyela.

"Kasih vitamin yang sama kayak punyaku. Yang paling bagus," suruhnya.

"Iya, bawel," sahut dokter wanita itu.

Sofia mendekati Alma dan mengelus lengan wanita itu. "Aku baru bisa napas lega, Mbak. Dedek bayinya aman," katanya.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum