"Kau tidak tahu kalau Gina menyukaimu?

"Tentu saja aku tahu. Kalau dia tidak menyukaiku, dia tidak akan bersusah payah meminta orang lain mengedit foto-foto sialan itu." Hampir saja Ralex emosi mengingat semua itu. Karena video dan foto-foto itu membuatnya berselisih dengan Gina.

"Kau tahu?" Riana terkejut.

"Aku tahu dari dulu. Jadi aku tidak heran mengapa dia mengedit foto-foto itu. Tapi aku tidak akan memaafkan perbuatannya ini."

Merasakan kemarahan Ralex, Riana merasa bersalah. Ia menggenggam tangan Ralex membuat pria itu tersentak. Riana tersenyum menenangkan, "ku pikir kau tidak perlu semarah ini."

Ralex membalas genggaman gadis itu, ia juga ikut tersenyum. "Maafkan aku honey."

"Kau tidak perlu meminta maaf. Tapi sungguh aku terkejut melihat foto dan video itu pertama kali." Riana mengakui. Ia sudah mulai mencintai Ralex dan ketika ia mendapat hadiah itu dari Ailen pertama kali, jujur ia sangat senang. Tapi siapa sangka isi kotak kado itu membuat Riana sakit hati.

"Maka dari itu aku harus menuntut pelaku itu," ujar Ralex. Riana menoleh dan tersenyum. Ia memang tidak menyukai Gina dan Ralex akan memenjarakan gadis itu. Setidaknya Riana lega. Dengan tidak adanya gadis itu, hubungannya dengan Ralex tidak akan terancam. Karena sejujurnya ia tidak menyukai gadis bernama Gina itu.

"Sayang!" panggil Riana cukup membuat Ralex tersenyum. Ia memandangi tunangannya penuh cinta.

"Ya," balas Ralex ketika Riana bersandar pada bahu Ralex.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa." Riana menghentikan ucapannya untuk sesaat sebelum melanjutkan, "aku senang kalau kau tetap mau menjelaskan semuanya saat aku marah padamu."

"Aku tidak ingin kau marah padaku honey." Ralex mengelus kepala tunangannya.

Riana tersenyum, "terimakasih."

Ralex tidak membalas, ia masih mengelus kepala Riana dengan sayang. Pandangannya jauh ke depan, sesekali ia melihat ke arah Riana yang menghabiskan gula-gula kapasnya. Riana tidak melihat tatapan datar Ralex, ia terlalu sibuk menghabiskan permen kapasnya. Ralex tersenyum, tangannya tidak berhenti mengelus kepala tunangannya itu.

"Kau tahu honey, aku suka kedekatan kita ini," ujar Ralex.

"Hm?"

"Maksudku setelah sekian lama, akhirnya aku bisa mendekatimu."

"Aku tidak mengerti," ucap Riana. Ia menatap wajah tampan.

Pria itu menghela nafas, "setelah bertahun-tahun akhirnya aku bisa mendekatimu."

"Lalu mengapa kau tidak mendekatiku sedari dulu?" Riana heran. Jika Ralex menyukainya sudah sejak lama, mengapa pria itu tidak mendekatinya.

"Kau terlalu muda honey, orang-orang akan mengataiku pedofil." Jelas Ralex.

"Kau sudah menyukaiku sejak aku masih kecil?" tanya Riana tidak yakin dan ia cukup terkejut ketika pria itu mengakuinya.

"Ya sejak kau berumur enam atau tujuh tahun, aku tidak yakin tepatnya. Ya aku sudah menyukaimu sejak lama." Ralex mengakuinya.

"Hah?" Riana tidak percaya. Ia dan Ralex terpaut umur sepuluh tahun. Jika Ralex menyukainya di umur yang sangat semuda itu berarti pria itu sudah Remaja.

Ralex tertawa melihat ekspresi tidak percaya dari tunangannya. "Bukan hanya kau yang tidak percaya honey tapi aku sendiri pun tidak percaya kalau aku menyukaimu."

Mata Riana berkedip beberapa kali dan ia tertawa canggung, "kau menyukaiku di umurku semuda itu?"

"Ya," tidak ada bantahan dari Ralex. Pria itu akhirnya mengakuinya setelah sekian lama memendamnya. Setidaknya bebannya berkurang setelah ia mengakui pada tunangannya bahwa ia menyukai gadis itu sejak lama.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya sebelum kita bertunangan?" tanya Riana penasaran.

"Pernah," jawab Ralex.

"Kapan? Dimana?" tanya Riana tidak sabaran.

"Kau sangat penasaran ya honey?"

Riana mengangguk, tidak bisa dipungkiri kalau ia benar-benar penasaran. Seingatnya ia tidak pernah bertemu dengan Ralex sebelumnya. Setahu Riana pertemuan pertama mereka saat pesta pertunangan.

"Dulu honey, kita sering kali bertemu di pesta-pesta besar." Ralex menjawab Rasa penasaran tunangannya.

"Kenapa aku tidak ingat?"

"Sudah lama sekali honey," balas Ralex. "Mungkin kau sudah melupakannya tapi tidak denganku."

Sesungguhnya Riana penasaran akan tetapi ia menahannya. Ia berusaha mengingatnya akan tetapi Riana sama sekali tidak ingat.

"Tidak perlu diingat honey cukup aku saja yang mengingatnya," ujar Ralex tersenyum membuat Riana mendelik pada pria itu.








TBC.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now