10. love?

43.7K 4.3K 1K
                                    

Selama perjalanan Jaemin hanya berdiam diri, sejak perdebatannya dengan Jeno ia benar-benar lelah.

Jaemin sudah tidak berharap apapun, jika semakin berharap tapi harapannya selalu di pupuskan jadi Jaemin pikir mungkin lebih baik ia seperti ini tak perlu banyak bicara.

Sesampainya di airport ternyata sudah ada Haechan yang menunggu kedatangan Jaemin.

Sebenarnya bukan inisiatif Haechan untuk menyambut kepulangan sahabatnya itu, tapi karna Jaemin yang meminta.

Jaemin terlalu canggung jika hanya berdua dengan Jeno.

Jaemin melebarkan senyum ketika atensi nya menangkap sosok Haechan yang berdiri menunggu nya disana, cowok manis itu memeluk Haechan sebentar untuk melepas kerinduan padahal sejak tadi ada sepasang mata yang menatapnya tak suka.

"Kok lo makin kurus sih, jarang makan ya?? lo tuh nggak boleh lewatin jam makan, pasti gak teratur nih selama disana!!" Haechan menangkup kedua pipi Jaemin yang nampak kurus, padahal sebelum pergi ke surabaya Haechan yakin pipi Jaemin terlihat gembil dan menggemaskan.

Jaemin tersenyum seraya melepaskan tangan Haechan yang menangkup pipi nya "Nggak usah lebay!!!"

"Bukan lebay, tapi kesehatan lo penting!" Haechan merangkul Jaemin untuk pergi ke mobil nya namun Jeno dengan cepat menyingkirkan tangan Haechan dan bahu Jaemin, lalu berdiri ditengah-tengah keduanya.

"Ngapain kamu kesini, saya sama Jaemin pulang pakai taxi!" Jeno menarik tangan Jaemin dengan kasar, melihat ekspresi Jaemin yang nampak kesakitan Haechan langsung menepis tangan Jeno.

"Kamu nggak punya tatakrama?" sarkas Jeno.

Haechan berdecih "Lo yang nggak punya tatakrama, mana ada suami bersikap kasar kayak lo tadi!!" tak kalah bengis Haechan bahkan memberi tatapan kesal.

"Jaemin ini pasangan saya, nggak ada hak kamu untuk mengatur apa yang harus saya lakukan! saya paham bagaimana saya harus memperlakukan dia"

"Lo tuh gil-"

"udah udah, mas lagian aku yang nyuruh Haechan kesini. Nggak enak kalau kita pulang naik taxi sedangkan Haechan udah disini"

Jeno berdecak "Saya nggak mau tau, kamu ikut saya. Biarin aja dia pulang" Jeno menarik paksa Jaemin dan kali ini Haechan hanya bisa menghela nafas beratnya.

Sepertinya ada yang nggak beres dengan rumah tangga Jaemin, apa dia baik-baik aja?

(*)

Jaemin membereskan baju-baju nya ke dalam lemari begitupun isi koper Jeno yang Jaemin simpan kembali ke tempat nya.

"Saya nggak suka kamu berteman sama Haechan" Jeno tiba-tiba masuk dan duduk ditepi ranjang persis disebelah Jaemin.

"Jangan bilang mas nyuruh aku buat jauhin Haechan, dia sahabat aku bertahun-tahun. Gak ada alasan buat aku jauhin dia!" Jaemin berbicara setenang mungkin walau perasaannya sudah tidak enak.

Haechan itu selain teman juga sudah Jaemin anggap seperti abang sendiri, walau tingkah cowok berkulit tan tersebut kadang menyebalkan tapi Haechan tetaplah Haechan laki-laki dengan seribu cara menyalurkan rasa kasih sayangnya.

Haechan sahabatnya, akan begitu selamanya.

Jeno menarik kedua bahu Jaemin untuk menatapnya "Saya suami kamu, apa ada alasan untuk membantah perintah suami? Jawab!" Jeno meremas bahu Jaemin kuat hingga cowok manis itu sedikit merintih dan mengulum bibir bawahnya.

"Kalau begitu apa mas bisa memenuhi kemauan aku sebagai pasangan mas???" tantang Jaemin yang sontak membuat Jeno seketika diam namun tidak lama cowok yang lebih tua itu menjawab "Tentu, katakan apa mau kamu saya bisa memenuhi barang mahal sekalipun" jawabnya enteng.

My Husband | Nomin (Complete)Where stories live. Discover now