5. hope

41.3K 4.8K 549
                                    

Cowok berusia 26 tahun itu berlari kecil memutari mobilnya, membukakan pintu mobil untuk Jaemin dengan penampilan yang sudah kacau.

Mata bengkak, bibir pucat, juga rambut yang acak-acakkan.

Melingkarkan lengan Jaemin dipundaknya, memapah hingga tiba di dalam kamar.

Jeno menjatuhkan tubuh ramping itu keatas kasur, tapi siapa sangka jika dirinya ditarik oleh Jaemin hingga tubuhnya hampir saja menimpah tubuh yang muda jika ia tidak reflek menopang berat tubuhnya dengan kedua tangan yang jadi tumpuan, disisi kepala Jaemin.

Dapat Jeno lihat dengan jelas wajah manisnya dan jika dilihat dari dekat ternyata mata Jaemin sangat indah apalagi bulu mata panjang yang lentik, seolah menjadi nilai plus bagi Jaemin.

"Nana sayang sama mas jeno." ujar Jaemin dengan tatap sendu.

Jeno yang awalnya ingin melepaskan diri seketika saja terhenti, malah menatap dan menunggu ucapan selanjutnya yang akan dilontarkan oleh Jaemin. Penasaran.

"Mas Jeno, Kenapa bisa peluk wanita lain tapi menyentuh nana hanya sedikit pun nggak sudi!" Jaemin terlihat sangat tulus, tatapannya mewakilkan diri bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

"Apa mas nggak mau coba membuka hati mas buat nana?" Jaemin semakin mengeratkan pelukannya di leher yang lebih tua, dengan posisi Jaemin yang berada dibawah kukungan Jeno.

Yang lebih tua sampai lupa caranya bernafas, ketika melihat tatapan penuh harap dari si manis.

"Kamu ngelantur, kamu mabuk!"

"Nana nggak mabuk, nana cuma minum 4 gelas kopi doang!"

"Iya otak kamu jadi pindah ke lambung!!!" Jeno hendak melepas tangan Jaemin yang memeluknya, lagi-lagi Jaemin menahannya.

Malah semakin dalam menatap yang lebih tua, mencari sebuah harapan disana.

Semoga ada sebuah keajaiban dimana Jeno akan berbaik hati menerima kehadirannya.

"Mas?" lirih Jaemin ketika tak kunjung mendapat jawabam, lalu beberapa detik kemudian matanya berkaca-kaca.

Jaemin lihat tatapan yang  Jeno berikan hanya sebuah tatapan kosong yang nampaknya tak bisa memberikan sedikit saja harapan, akhirnya dengan perasaan semakin sedih ia melepaskan tangannya dari leher Jeno, kemudian bangkit dan sedikit menjauh.

Jeno mematung, ia tidak tau kondisi menyebalkan macam apa ini.

"Maaf" ucap Jeno pelan.

Jaemin mengangguk sambil membelakangi Jeno, mencoba menahan air mata nya yang mencoba menerobos membanjiri pipi gembil nya yang belakangan ini agak tirus.

Kenapa harus seperti ini, padahal Jaemin hanya ingin menjalani rumah tangga nya dengan benar.

Penuh kasih sayang, dan perhatian.

"Salah apa nana sama mas jeno, sampai membenci nana kayak gini!"

Jeno terkejut ketika mendengar isak tangis pilu seorang Jaemin, yang biasanya hanya menangis dalam diam tapi kali ini Jeno dapat mendengar suara pilu itu, ntah kenapa hati nya ikut sakit mendengar tangis Jaemin.

Menyampingkan ego nya, yang lebih tua sedikit mendekat lalu mengusap punggung yang muda walaupun ia nggak tau sebenarnya apa yang sedang ia lakukan.

Jeno ingin pergi dari sana dan meninggalkan Jaemin tapi otak dan batinnya tidak sependapat, Jeno malah mendekat dan mengusap punggung yang muda.

"Kamu nggak salah na jaemin, yang salah saya dengan masa lalu saya. Kamu nggak perlu seperti ini."

Jaemin tersenyum kecut di sela tangisnya.

My Husband | Nomin (Complete)Where stories live. Discover now