Bab. 2 Heartbreak

944 147 11
                                    

"Ada 3 penyebab perempuan keras hati ; Pernah mencintai, tapi tidak dihargai. Pernah memiliki, tetapi dikhianati. Pernah jujur, tetapi dibohongi."

- Shofa -

Aku terdiam, duduk menyudut di tepi kamar, merenung, memikirkan bagaimana kejadian buruk ini bisa terjadi. Hubungan yang dirasa penuh dengan cinta, berujung tidak setia dan kini aku dilanda dilema. Bagaimana perasaanmu bisa berubah tanpa diketahui, itu masih menimbulkan tanda tanya.

Aku sama sekali tidak mengerti. Sejak dulu sampai sekarang, sedari kamu masih belum menjadi siapa-siapa sampai menjadi yang paling aku cinta, perasaanku tidak pernah berubah. Kamu masih menjadi yang tercinta dan satu-satunya. Berbagai lelaki datang, menawarkan kenyamanan, tegas aku tolak demi dirimu. Akan tetapi, kamu tidak melakukan hal yang sama untukku.

Sakit, perih dan merasa dikhianati menjadi tiga rasa yang paling besar terasa di relung jiwa. Aku tidak bisa menerima kenyataan ini. Semua serasa mimpi buruk, di mana aku tidak bisa bangun dari itu. Terpuruk, rasanya, aku ingin membenamkan kepalaku dalam air, sekira bisa membuatku lupa dengan rasa sakit yang telah menjalar ke seluruh tubuh. Raga dan jiwaku seolah remuk. Aku tak pernah tahu patah hati akan sesakit ini.

Air mataku terus tumpah, tak memberikan jeda untuk sekadar bernapas dengan normal. Emosiku tercampur aduk, mendidihkan aliran darah dan membuat diri ini terus gelisah. Aku berupaya menahan diri agar tidak menghubungimu dan marah-marah. Sebagai gantinya, aku mengamuk dalam tangis yang tidak berujung. Kesal, bibir ini seakan ditelan amarah yang tertahan, aku gigit hingga berdarah. Perih. Walau tidak seperih hati yang sudah patah.

Hari ini adalah peringatan ke-5 tahun hubungan kita, tetapi yang kudapat hanya sebuah pengkhianatan. Aku merasa kita bisa terus selamanya, tanpa pernah menyadari bahwa cintamu telah mendua. Perasaan kita tak lagi sama. Peringatan hari ini bukan perayaan hari jadian, melainkan perayaaan patah hati. Kamu melukaiku, tetapi bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Kamu mengabaikan perasaanku yang rapuh sebagai wanita, bukti kalau kamu tidak lagi peduli dan cinta. Sakit, tapi yang aku katakan adalah fakta. Perasaanmu padaku sudah berbeda. Di hatimu tidak hanya ada aku, tetapi juga dia.

Aku mengurung diri di kamar, menghabiskan waktu dengan tangis, air mata dan derita. Terpatri semua kenangan dan cerita kita selama lima tahun, mengobati sedikit kesakitan karena kamu tidak setia. Kisah manis menjadi pelipur lara. Walau tidak membuat otakku lupa dengan hatiku yang telanjur kecewa. Aku masih tidak menyangka, kamu tega membuatku terluka. Padahal, aku selalu percaya, seperti janjimu padaku, kamu akan selalu membuatku bahagia. Kini, aku tahu kalau kamu berdusta.

Seorang teman pernah berkata, hubungan LDR akan lebih rentan untuk mengalami perselingkuhan dibanding yang berdekatan. Namun, aku tidak mempercayainya. Bagiku, Satrio bukan seorang lelaki pengkhianat atau buaya yang akan mengkhianati pasangannya. Sayangnya, kepercayaan yang aku berikan dibalas dengan kekecewaan.

Selama kami LDR, aku sudah berusaha melakukan yang terbaik. Sebisa mungkin, aku terus menjalin komunikasi meskipun sibuk. Aku selalu mengatakan kemana dan dengan siapa aku akan pergi. Walau dia tidak pernah menanggapi, aku selalu berpikir positif padanya. Sebab, hubungan dengan prasangka buruk hanya akan membuat pertengkaran. Sayangnya, itu sia-sia. Satrio tetap tidak setia.

Aku tidak tahu, apakah ini hanya dugaan keliru atau memang kenyataan yang sulit diterima, rasanya tidak ingin mengakui dan menerimanya sebagai kenyataan. Aku ingin semua yang aku lihat hanyalah kesalahpahaman belaka. Perempuan itu bukan siapa-siapa. Sayangnya, aku sering dipermainkan keadaan.

Mevi, seorang teman SD, yang kebetulan berkuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Rio, mengabarkan padaku kalau Rio memang berpacaran dengan perempuan yang diketahui bernama Ayu tersebut. Mereka sudah jadian selama enam bulan.

NOT ME NOT IWhere stories live. Discover now