Kesialan ✓

39.1K 4.4K 216
                                    

"Eunghh...," lengguh seseorang.

Ia mengernyit menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retina matanya, 'Kok gue masih hidup sih?' herannya dalam batin.

"DOK... DOKTER PASIEN SUDAH SADAR!" teriak sang suster.

'Uhh anjir kuping gue! Suster goblok! Di situ udah di sediain pencetan buat manggil dokter kok malah teriak-teriak gak jelas!' cibir Naya, sungguh ia di buat kaget dengan teriakan membahana sang Suster!

Tak lama, Dokter pun datang dan langsung memeriksa Naya, Naya sempat heran dengan perban yang ada di kepalanya, sungguh Naya yakin tabrakan yang ia alami kemungkinan membuat tangan atau kaki nya cidera parah, tapi apa? Baik tangan atau pun kaki semuanya mulus, terkecuali ukurannya!

Ini bukan seperti sinetron yang ada di televisi, ditabrak yang mana di perbannya juga yang mana, atau mungkin di televisi dokternya salah ambil pekerjaan kali ya?

Di sini Naya tak mau negatif thinking dulu, mungkin saja kan ia koma beberapa taun(?) Yang mengakibatkan tubuhnya kurus dan dugaannya salah.

"Syukurlah kau sudah sadarkan diri anak manis, keadaan mu sudah lebih baik dari sebelumnya, teruslah seperti ini jangan membuat kami khawatir, dan lagi makan dan minum obat yang teratur jangan mogok-mogokan!" ucap sang Dokter memperingati.

Naya hanya diam mendengarkan ucapan Dokter, entah itu perasaannya saja atau bukan, Naya serasa jadi bocah mendengar ucapan Dokter itu.

Sejak kapan ia mogok makan dan obat jika sakit?! Ahh tau lah Naya pusing mikirnya dan berakhir lah hanya mengangguk kecil.

"A-air," ucap Naya.

'Ehh anjir ini suara gue kenapa woi! Kenapa beda gini?!' tanyanya hanya dalam benak.

"Apa?" tanya sang Suster.

"A-air," ulangnya.

"Apa?" tanya sang suster lagi.

'Wahh bener-bener ngajak war nih Suster! Minta di bersihin kali ya telinganya pake golok!' maki Naya dalan batin.

Naya melepaskan masker oksigennya dan berteriak di depan muka suster itu.

"AIR SUSTER AIR! Uhuk... uhuk...," karna tenggorokannya yang kering ia jadi terbatuk-batuk. Bener-bener nih si Suster ngajak perang!

Suster dan Dokter yang ada di sana binggung sekaligus kaget karna teriakan tadi.

"I-ini," serah sang Suster dengan suara sedikit tergugup.

'Gitu kek dari tadi! Jadi gue gak perlu buang-buang suara gue!' maki Naya tentunya hanya dalam batin, ia tak mau membuang suara emasnya hanya untuk meladeni Suster yang sedari tadi menbuatnya naik pitam.

Gluk... gluk... gluk...

Dalam hitungan detik, air itu sudah tandas tak tersisa!

"Ahh leganya," ujar Naya.

Dokter dan Suster yang melihatnya hanya melongo, namun cepat-cepat mereka mengembalikan raut mukanya seperti semula.

"Ya sudah sekarang kamu istirahat ya Kai, kamu baru bangun dari koma jadi sebaiknya kamu istirahat untuk memulihkan luka di kepala kamu," ujar Dokter itu membuat Naya mengernyit heran.

'Ehh apa katanya? Kai? Siapa dia? Jelas-jelas nama gue Naya, Kanaya!' pertanyaan demi pertanyaan terus menerus bermunculan di kepala Naya, tapi karna pusing memikirkannya ia lebih memilih tidur.

"Bisa di lepas?" tanya Naya menunjuk masker oksigennya, sungguh ia sangat risi akan benda itu.

Dokter itu mengangguk dan membantu Naya melepaskannya, setelah selesai semua, Naya membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur.

Tapi hal itu harus kandas karena kedatangan seseorang yang mampu menyulut emosi Naya!

Orang itu mengkode Dokter dan Suster yang ada di ruangannya untuk pergi.

"Apakah sudah sadar?! Dasar anak yang menyusahkan?!" ucap orang tersebut dengan sinis

Naya mengernyit, ia berpikir siapa dia? Apa dia musuhnya? Tapi ia tak pernah bertemu sebelumnya.

"Anda siapa?" tanya Naya.

'Anjir ini kenapa sama suara gue?! Kenapa suara gue kayak itik kegencet!' heran Naya, sungguh suaranya 180 drajat berbeda!

"Tak usah banyak drama anak sialan!" desisinya menatap tajam Naya.

Jangan panggil Naya jika hal seperti ini saja ia tak berani! Cih, tatapan seperti itu sering ia dapatkan.

Mulut Naya sudah gatal ingin memaki orang di depannya ini, datang datang langsung nyari ribut kenal aja enggak!

"Ho—"

"Ehh... Ehh... Ehh... ini gue kenapa gak bisa ngomong?!" batin Naya panik.

"Dan satu lagi, bisa tidak sehari saja kamu tidak merepotkan saya?!" tanya orang itu dengan raut tak suka.

Setelahnya orang itu pergi begitu saja membuat Naya ingin menghujat menggunakan level 100 atau bahkan level 1000, tapi itu semua sirna dikala panik lebih mendominasi.

"Kok?! Kenapa tadi gue gak bisa ngomong?! Sedangkan tadi gue ngomong sama dokter bisa tuh?!" heran Naya bertanya dalam hati.

"Ha... Ha... Ha... Hi... Hi... Hi... He... He... He... Hooooo"

"Lah itu gue bisa ngomong? Lah sekarang gue juga bisa ngomong?!" heran Naya, otak Naya sekarang benar benar di buat pusing dengan hal ini?

Apa yang sebenarnya terjadi?!

Entahlah, sekarang tubuh dan otak Naya butuh istirahat dahulu untuk memahami kejadian apa yang baru saja ia alami.

Beberapa jam telah berlalu, sedang enak-enaknya tidur dan bermimpi di gerubungi oleh para biasnya tapi di buat terbangun karana panggilan alam membuat semuanya kacau.

Dengan ogah-ogahan Naya bangkit dan hendak ke kamar mandi. Naya sudah menurunkan sebelah kakinya. Tapi kok?

"Heh ini kenapa kaki gue kagak napak ke lantai?" herannya.

Tanpa pikir panjang, ia pun langsung turun dari hospital bed tak memikirkan bahaya yang ia hadapi nantinya.

Brughh...

A-akh...

Naya mendongak, ia melotot saat tiang infus akan jatuh menimpa dirinya, dan dengan bodohnya ia hanya memejamkan matanya erat-erat.

Hap...

Perlahan, Naya membuka matanya karena tak merasakan benda menimpa dirinya.

Ia menengok dengan mata menyipit, "Makasih," setelah mengatakan itu ia langsung menarik tiang infus menuju kamar mandi, tak memperhatikan pandangan orang yang tadi menolongnya.

Setelah menyelesaikan masalah alamnya, Naya menatap setiap inci dari kamar mandi itu, hanya satu yang terlintas di benaknya, Kenapa benda-benda di sini besar-besar?! Memang berapa lama ia koma sampai-sampai semuanya berubah?!

Tak sengaja ia melewati dinding yang ada cerminnya, untung cermin itu terletak cukup rendah tak terlalu tinggi.

Naya menatap intens bayangan di cermin, ia melambaikan tangannya begitupun bayangannya, lantas ia joget-joget dan lagi-lagi bayangan dicermin itu mengikuti lagi.

Naya berhenti dan menatap pucat cermin di depannya.

"SETANNNNNNN!!!"

~TBC~


Di revisi tanggal:
7 januari 2022

TK; Transmigrasion Kanaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang