the show

1.3K 217 32
                                    

"Matiin!" serunya sambil berdiri.

Seisi ruangan berbisik dan tak percaya dengan apa yang sedang diputar di layar proyektor.

"Matiin, Sialan!" serunya kali ini sambil berjalan menuju pemandu acara.

"Tenang!" suara tegas lainnya menyusul, meminta semua yang hadir untuk tenang. "Navy!" bentaknya.

"Sialan!" dia merebut laptop dan segera menghentikan tayangan yang sudah pasti akan tersebar luas. "Aku bisa jelasin. Apa yang kalian lihat bukan yang sebenarnya!" serunya.

Siapa yang bisa menyalahkan cepatnya perkembangan teknologi, hingga semua bisa jadi konten di media sosial. Seolah nama baik, martabat, dan harga diri tak ada harganya lagi. Tak ada yang peduli, yang penting semua orang punya sesuatu untuk dibagikan. Menjadi viral.

"Tenang, semua duduk!" perintah seseorang paling berkuasa di dalam ruangan itu.

Meski tak semua orang bisa mengendalikan diri mereka, setidaknya separuh perwakilan di ruangan itu kini sudah duduk tenang. Namun, bisikan tak bisa dihentikan.

"Bukan itu yang terjadi! Aku bisa jelasin!"

"Silahkan pertimbangkan lagi," satu suara muncul ke permukaan. "Kalian bisa memilih dia yang tak punya moral. Apa kalian yakin kampus kita bisa maju di bawah kepemimpinannya? Apa kalian yakin dia tak akan membuat malu?"

"Rhys!"

Dia menoleh saat namanya dipanggil.

"Pemilihan ketua BEM kita pending dulu sampai ada pemberitahuan selanjutnya."

Ketika hampir semua orang meninggalkan ruangan, Navy maju mendekati Rhys. Ditariknya kerah kemeja Rhys.

"Aku harusnya udah tahu kalau kamu akan main kotor! Tapi, nggak dengan cara serendah ini!"

Rhys tersenyum tipis. "Aku udah bilang kalau kamu nggak akan bisa ngalahin aku!"

Navy menahan emosinya. Kalau saja yang dihadapannya bukan wanita, mungkin dia sudah lama babak belur di tangannya. "Fuck you, Bitch!"

Rhys tertawa sumbang. Dia menahan tubuhnya yang gemetar, karena dia bisa melihat dengan jelas aura kemarahan dari mata Navy. Dia bisa saja terbakar. Nafasnya mulai tersengal karena cengkraman Navy berubah jadi makin kuat. Perutnya ikut bergolak, ingin muntah.

"Kamu akan membayar apa yang kamu lakukan hari ini, Rhys! Sampai kapanpun, jika masalah ini memburuk, aku akan mencari kamu! Sampai ke neraka sekalipun!"

Rhys menghala nafas. "Aku tunggu, kalaupun kamu pantas masuk ke neraka!"

"Navy," seseorang yang baru masuk cepat menarik Navy untuk melepaskan tangannya. "Ayo pergi, dia nggak penting sekarang!"

Dia menarik Navy untuk pergi. Lelaki itu masih mengunci matanya pada Rhys dengan jari tengah teracung. "Kamu akan nyesal, Rhys! Seumur hidup kamu! Fuck you!"

Rhys meloloskan nafas panjang berulang kali saat Navy sudah keluar dari ruangan. Dia memijit kepalanya dan menghadap ke layar yang sudah mati. Pelan, dia tersenyum tipis.

"Rhys,"

Dia menoleh.

"Apa harus dengan cara tadi?" dia bertanya sambil mengembalikan ponsel milik Rhys. "Aku kira kamu nggak serius!"

"Aku nggak mungkin main-main, Sof."

"Itu tadi kelewatan. Itu pencemaran, pembunuhan karakter,"

"Kamu belain Navy? Dia jadi simpenan tante-tante. Kamu mau punya ketua BEM kayak dia?"

"It is really personal matter, Rhys."

Rhys mengibaskan tangannya. "Udahlah, Sof,"

"Kamu nggak papa?" Sofi mendesah lelah.

"Aku kenapa?" Rhys beranjak untuk memberekan barang-barangnya di meja.

Sofi berdecak. "Kamu nggak papa dia akan benci kamu selamanya?"

"Apa masalahnya?" Rhys menolak menatap mata Sofi.

"You love him, Rhys! It shows!"

"What a nonsense!" Rhys menggeleng. "Please jangan bikin ini makin lucu!"

"Kamu kira aku nggak tahu?"

"Sofi!" sergahnya. Dia menatap Sofi sambil menggelen g lagi. "It's over!"

Sofi mengembuskan nafas. " Aku harap kamu beneran nggak papa, Rhys. Sebagai teman kamu, aku beneran nggak nyangka kamu akan ngelakuin ini!"

"Kamu nih di pihak siapa sih sebenarnya?" pungkas Rhys sambil keluar dari ruangan.

Seminggu setelah Rhys diangkat menjadi ketua BEM, Navy tak pernah lagi terlihat di kampus.

Seminggu setelah Rhys diangkat menjadi ketua BEM, Navy tak pernah lagi terlihat di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Click FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang