loop [hendery] ✓

loop [4]

"nak, ayo bangun. ini hari jum'at, sekolah sana. besok baru boleh bangun siang"

aku terduduk tegak di tempat tidurku. APA-APAAN, KENAPA MASIH HARI JUM'AT?!!!

apa aku kurang berusaha? apa yang kemarin tidak berhasil karena hendery tidak bahagia?

ah kepalaku pusing. ya tuhan, aku harus ngapain lagi buat keluar dari sini...

mataku menangkap sosok hendery hendak memasuki gerbang sekolah pagi itu, namun belum sempat masuk aku sudah menarik pergelangan tangannya ke arah yang berlawanan.

"h-hei, kamu mau bawa aku kemana?"

"kemana aja, yang penting kita nggak usah ke sekolah hari ini" hendery mengangguk saja.

aku melihat hendery yang tampak membuka mulutnya—ingin berbicara—lalu menutupnya kembali, dan terus mengulanginya. "kamu mau ngomong apa?"

"kamu tau aku darimana?"

"aku sering melihatmu bersama dejun dan lucas kok"

"kalau namaku?"

"hendery"

lalu hening.

"jadi ini rencana terbaikmu?" tanya hendery ketika pesanan kami sudah sampai.

"ya, aku sedang malas menuntut ilmu" setelah menjawabnya aku langsung menenggelamkan kepalaku dalam lipatan tangan.

hendery menyeruput tehnya, "kelihatan sih"

kami berada di cafe itu hingga sore, tidak terasa membosankan karena hendery ternyata menyenangkan. semua perkataan yang keluar dari mulutnya benar-benar berhasil menghiburku.

aku menggelengkan kepala pelan, kenapa aku tidak jatuh cinta pada hendery saja sih?

kenapa aku harus jatuh cinta pada mark yang tidak pernah menoleh ke arahku.

tapi bukannya kita sering seperti itu?

loves the one who hurt us,
hurt the one who loves us.

"hari ini tidak jadi hujan ya" ujar hendery saat berjalan pulang.

aku mengangguk, "iya"

hendery lalu melengkungkan bibirnya ke bawah, "aaah tahu begitu kita bisa jalan-jalan ke tempat lain. tidak harus terjebak di cafe karena takut kehujanan"

aku menepuk kepalanya, "lain kali ya, der"

aku bersandar pada headboard, dan menatap handphone di genggamanku. sekarang sudah jam 10 kurang 15 menit, omong-omong.

ternyata sama seperti kemarin, tidak ada telepon sama sekali.

aku lalu melempar teleponku ke meja disamping tempat tidur.

ah terserahlah, kalau memang nasibku harus hidup di dalam lingkaran ini selamanya, ya sudah.

[loop]