𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆

Mulai dari awal
                                    

Tamu Ibu membulatkan matanya kala melihatku. Salah satu dari mereka berdiri, seorang pria seumuran ayah. Sampai detik ini aku masih merasa seperti tarzan yang baru keluar dari peradabannya.

Aku melirik Ibu disebelahku. Air matanya menetes membuatku semakin bingung.

"Ini..." Seorang wanita ikut berdiri mengikuti pria disebelahnya. Sementara si anak laki laki itu hanya melongo menatapku. Kurasa tak ada yang salah dengan penampilanku. Ataukah karena aku baru bangun tidur jadi aku terlihat berantakan seperti tarzan?

Tiba-tiba wanita itu berjalan mendekat lalu memelukku. Beliau sedikit menangis. Sudah pasti aku terkejut. Namun karena iba, aku balas saja pelukkan wanita itu.

"Duduk nak." ucap Ibu setelahnya.
Aku mendudukkan diri disebelah Ibu.

"Ada apa ini, bu?" tanyaku. Siapa yang tidak bingung saat ditempatkan dalam kondisi seperti ini?

"I-ini.. perkenalkan m-mereka ini.." Sejak kapan Ibu kerasukan Aziz Gagap?

"Kami keluarga kandungmu." sambar Tuan itu.

Kata-kata itu seakan membekukanku. Tidak adakah basa basi atau perkenalan terlebih dahulu? Membuatku tercengung saja.

"Begini, [name], maafkan Ibu. Tidak bermaksud untuk mengejutkanmu, tapi, mereka ini memang benar orang tua dan saudara kandungmu."

Sebentar dulu, aku masih mencerna semuanya. Ini terjadi secara mendadak dan otakku yang agak-agak ini belum siap untuk menangkap apa yang terjadi.

"Jadi, aku ini bukan anakmu?" ucapku pelan masih dibuat tak percaya.

"Kau akan selalu menjadi putri kesayangan Ibu, [name]. Hanya saja kenyataan berkata bahwa kau telah menemukan orang tua kandungmu,"

"How come?" Aku mulai lirih.

"Firstable, i'm Claire and this is my husband, Blake Zabini. Percayalah bahwa kami orang tua kandungmu,[name]. Tidakkah kau lihat, kau sungguh mirip dengan ku." Wanita yang baru kuketahui bernama Claire itu masih tak berhenti terisak.

Ada benarnya juga, sih, dilihat-lihat penampilanku memang mirip dengan Mrs. Zabini. Warna kulitnya yang lebih terang daripada suami dan anak laki-lakinya, bentuk hidung, bibir, rambut lurus, namun sepertinya alisku ---kutengok pria disebelahnya penasaran--- rupanya didapat dari Tuan Blake.

"Kami kehilangan dirimu saat kau berumur 1 tahun. Kejadiannya cukup rumit, mungkin kami akan menceritakannya kepadamu saat kau sudah mengerti dunia kami." Mr. Zabini menyambung perkataan istrinya.

Meskipun begitu, aku belum percaya sepenuhnya. Tak ada tanda-tanda apapun sebelumnya bahwa aku bukan anak kandung keluarga Verlice. Lagipula kurasa aku cukup mirip dengan mendiang Ayahku yang kurang dari satu tahun lalu meninggal karena kecelakaan mobil. Meskipun, aku dan Ibu tidak ada kesamaan sama sekali mengingat rambut Ibu yang brunette, mata hijau, kulit terang dan bintik-bintik di wajah.

Tunggu tunggu, apa tadi yang beliau katakan? "Apa maksudnya 'dunia kami'?" tanyaku langsung. Memangnya mereka tinggal didunia mana? Mungkinkah didunia Alice In The Wonderland, film yang kutonton kemarin?

Claire Zabini menyenggol lengan suaminya seakan Tuan Zabini melakukan kesalahan. "Mungkin maksudnya, keluarga kami."

"Ooh," Kuanggap itu hanya typo.

"Uhm, aku mau bertanya. Jika benar kalian keluarga kandungku, apakah ada buktinya?" Tentu aku perlu tahu.

Kulihat Ibu mengambil surat dari laci dan memberikannya kepadaku. Surat dari rumah sakit, tertera nya. Saat kubuka surat itu, "Tes DNA?"

Dan memang benar kalau hasilnya DNA ku dengan Mr. Zabini cocok.

"Ibu mengambil beberapa helai rambut di sisir mu dan membawanya ke rumah sakit dua hari lalu."

"J-jadi,kalian orang tua kandungku?" Mataku berkaca, dan mereka mengangguk. Saat itu juga aku menghambur kepelukkan Ibu dan Ayah kandungku, mereka memelukku dengan erat.

"And you..?" Kutatap anak laki-laki itu yang hanya menonton saja.

"I'm your brother." ujarnya kini menyunggingkan senyum tipis setelah sedari awal diam seribu bahasa. Aku ikut tersenyum dan masuk kedalam pelukannya. Rasanya senang sekali, akhirnya aku punya saudara! Selama ini kami hanya bertiga, sebelum Ayah meninggal tentunya. Meskipun aku punya banyak teman disekolah, dan sahabat seperti Helena dan Aidan, tetap saja rumahku sepi.

Mereka begitu hangat kepadaku. Itu membuatku nyaman dengan keluarga baru ini. Melupakan segala pertanyaan di otakku, mungkin sesi tanya-jawab nya bisa nanti saja. Itupun kalau ingat.

"Namamu?"

"Blaise Zabini."

"Good to see you, Blaise."

"Sekarang kemasi barang barangmu, sayang. Kau akan ikut kami ke London, tempat kami tinggal." tutur Mrs. Zabini.

"Bagaimana dengan Ibu? Pasti akan sangat kesepian sendiri disini. Lagipula London jauh, aku jadi tidak bisa menemui Ibu kapan saja." kataku sedih seraya menatap Ibu.

"Tidak apa, [name]. Kau lebih baik bersama orang tua kandungmu. Jangan mengkhawatirkan Ibu, Ibu akan baik baik saja disini. Lagipula 'kan ada keluarga Smith yang saling membantu." Ibu meyakinkanku.

"Benar Ibu akan baik baik saja?"
tanyaku, Ibu mengagguk. Lantas aku memeluknya dengan erat. "Aku akan merindukan mu, bu."

"Ibu juga, sayang. Hati hati ya." haru Ibu.

"Titip salamku untuk Helen dan Aidan, boleh?"

"Tentu."

Setelah itu aku segera bergegas ke kamar untuk mengemas barang yang akan kubawa ke rumah baru. Jujur saja aku tidak sabar untuk pergi ke London.
























༶•┈┈⛧┈♛ 𝐌𝐬. 𝐙𝐚𝐛𝐢𝐧𝐢 ♛┈⛧┈┈•༶

haloo, karena keluarga zabini ini kayaknya agak gimanaa gitu, yang aku baca sih ayahnya ada banyak terus meninggal, ibunya single parent & mantan suaminya ada banyak. aku juga kurang tau siapa namanya. jadi aku putusin buat ganti latar belakang orangtuanya. anyway, maaf bgt kalau ceritanya kurang jelas, ini buku pertama aku :)

𝐌𝐒. 𝐙𝐀𝐁𝐈𝐍𝐈 : draco malfoy [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang