7

10.7K 199 7
                                    

Mas Wisnu cepat-cepat memakai pakaian, sedang aku membalik badan agar tak melihatnya tanpa busana. Gedoran pintu masih terdengar dan semakin kasar. Kedua kaki ini langsung terasa lemas. Sekonyong-konyong tubuhku terasa oleng dan mau pingsan.

“Sebentar!” teriak Mas Wisnu sambil terburu-buru berlari ke arah pintu.

“Mas Wisnu! Dek Ayu! Kalian jahat! Sungguh-sungguh kejam padaku!” Suara Mbak Mel menjerit histeris. Perempuan itu datang diiringi dengan tiga lelaki berpakaian santai dan seorang petugas berseragam hotel.

“Kami dari pihak kepolisian.” Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut sebahu dan wajah sangar memperlihatkan kartu tanda anggota polri.

Seketika aku dan Mas Wisnu hanya dapat diam membatu. Kami betul-betul syok. Mengapa nasib sial tak hentinya datang menerpa? Bagaimana bisa perempuan licik ini tahu keberadaan Mas Wisnu? Mengapa timing-nya bisa begitu tepat seolah aku dan suaminya tengah berzina?

“Pak, kami sama sekali tidak melakukan tindak asusila.” Mas Wisnu memohon pada pria berkaus polo dengan rambut cepat dan kulit sawo tersebut.

“Tapi kan kenyataannya kalian berdua di sini.” Pria tersebut membentak marah. Sementara seorang rekannya yang mengenakan kaus biru bertulis Turn Back Crime, berjalan menggeledah kamar.

“Jahat kalian, Mas! Kamu pikir aku bakalan diam saja atas perselingkuhan kalian? Pantas kamu tadi malam ngamuk dan minta cerai!” Mbak Mel terus meraung bagai singa betina yang marah akibat buruannya lepas. Perempuan yang telah berpakaian rapi seolah mau ke kantor tersebut mendekat ke arahku. Dia berjalan dengan wajah merah padan dan mendaratkan sebuah tamparan. Perih sekali rasanya. Penuh kemenangan, perempuan itu turut meludahi mukaku. Dia membalas apa yang telah kuperbuat tadi malam.

“Kamu jahat, Yu. Ibu memang benar, kamu itu persis dengan mendiang ibumu yang telah mati akibat kebiasaannya melacur dulu! Asal kamu tahu, ibumu itu pelacur dan menggoda Bapak sampai lahirlah anak haram ke dunia ini. Lihat dirimu sekarang, tega kamu melacur pada suamiku!”

Seolah gunung berapi yang memuntahkan lava dari dalam kawahnya, rasa amukku membara dan tumpah pada Mbak Mel. Tak kupedulikan lagi tiga orang polisi yang ada di kamar ini. Segera kutampar wajahnya sekuat mungkin dan mencekik wanita itu sampai dia keok di lantai.

“Kau yang pelacur! Kau yang anak haram!” Sekuat tenaga kutarik rambutnya hingga berguguran di tangan.

“Hentikan!” Dua polisi yang berambut gondrong dan berkaus polo berusaha melerai. Tangan keduanya kuat memisahkan kami berdua. Sialan, jika tak ada mereka, sungguh mati aku tak akan mau melepaskan perempuan licik ini.

“Sekarang, kalian berdua ikut kami ke kantor polisi. Kita selesaikan di sana karena perselingkuhan ini telah dilaporkan oleh Ibu Melani.” Polisi rambut gondrong tersebut mempersilakan kami untuk mengemaskan barang-barang dan ikut mereka ke kantor untuk memberikan keterang.

Aku mengumpat dalam hati sepanjang perjalanan menuju kantor polisi yang kami tempuh dengan mobil patroli bak terbuka. Bedebah Mbak Mel, bisa-bisanya dia memainkan peran begitu ciamik di hadapan penegak hukum. Mengapa juga kami harus digerebek layaknya pasangan haram? Rasa amarah memenuhi aliran darah, membuatnya mendidih di ubun-ubun dan siap untuk meledak. Andai saja aku punya banyak uang, akan kuperkarakan balik perempuan sialan itu dengan pasal pencemaran nama baik. Apanya yang berzina? Aku hanya berada di dalam untuk menunggu Mas Wisnu, sudah hanya itu!

Maaf Kurebut Suamimu, MbakWhere stories live. Discover now