Bag 16 : a Gift [END]

23 2 0
                                    

Lima hari menuju 1st Wedding Anniversary Ray dan Nayla. Sayangnya, suaminya itu sedang ada di New York sekarang. Pun seminggu terlewati sejak Ray meninggalkan Nayla di Jakarta sendirian. Pria itu dipindah tugas sementara untuk mengurus proyek besar yang akan terjalin dengan salah satu perusahaan terkenal di New York.

Peran Rayfan memang sangat penting di perusahaan Papanya, bahkan lebih penting karena Ray yang selalu menghadiri adanya rapat atau proyek besar. Ardiansyah percaya pada anak laki-laki satu-satunya dalam keluarganya. Sekalipun Ray pernah tidak selalu lancar menjalankan setiap kewenangannya, tapi ia bisa menghandle atau memperbaikinya dengan jerih payah yang ia dedikasikan pada perusahaan. Maka dari itu, Ardiansyah selalu bangga pada Rayfan.

Nayla menatap laptopnya yang tersambung dalam sebuah video call dengan Rayfan. Arah jarum jam menunjukkan pukul 6 waktu Indonesia barat. Sedangkan jam di New York menunjukkan pukul 7 malam.

"Disana udah hari minggu kan, Sayang?" pria itu melihat Nayla yang beberapa kali masih menguap.

"Iya, Sayang"

Nayla, gadis itu kini sudah mulai membalas setiap panggilan sayang Rayfan dengan panggilan yang sama. Ia sudah mulai terbiasa. Kebetulan juga Ray tidak ada di depannya langsung jadi ia tidak begitu canggung.

"Kan kamu bangun pagi sekali?"

Nayla melihat handphone disampingnya. Mengamitnya sebentar dan menunjukannya pada Ray.

"Kamu lihat? Karena kalau aku tidak bangun pagi, di tempat kamu bakal makin malem. Jadi aku usahain nelfon kamu pagi-pagi begini," gerutu Nayla yang terlihat lucu dimata Ray.

"Pengertiannya istriku" goda Rayfan membuat gadis itu mempoutkan bibirnya.

"Kamu pulang kapan, Ray?" tanya Nayla. Ia ingat tanggal peringatan hari pernikahannya semakin dekat. Tapi, Ray sendiri tidak ada info kepulangannya sama sekali. Gadis itu jadi gemas sendiri. Apa iya Ray lupa, fikir Nayla agak sedih.

"Belum tau, Sayang. Bisa jadi bulan depan.." terang pria muda itu yang langsung membuat mulut Nayla terbuka karena tidak menyangka semudah itu Rayfan bilang bulan depan. Padahal dia menunggu jawaban yang dinantikan.

"Bulan depan?" ulangnya dengan nada kecewa.

"Pasti udah kangen banget ya sama aku," Ray semakin menggoda istrinya itu tanpa tau bahwa perasaan kecewa istrinya telah menyelimutinya.

"Ih, kamu masa ngga inget sih" racau Nayla agak frustasi. Ray menatap layar yang menampakkan raut kesal diwajah istrinya itu dengan pandangan bingung.

"Inget apa, Sayang?" pria itu menatap Nayla dengan penuh tanya diraut wajahnya. Nayla sendiri sudah menghembuskan nafasnya dan menjawab dengan gelengan tak bersemangat.

"Nothing" balasnya singkat dan menyerah begitu saja.

"Sayang, besok ku telfon lagi ya. Malam ini ada yang harus aku selesaikan buat meeting besok."

"Kamu jangan lupa sarapan ya, Sayang. Love you.."

Nayla hanya bisa mengangguk-angguk menanggapi balasan Rayfan.

Ketika layar laptop Nayla sudah menggelap, ia pun segera mematikan laptop miliknya kemudian menaruhnya disamping nakas dekat tempat tidurnya.

"Kenapa sih kamu banyak mikir kerjaan, Ray"

Gumam Nayla pelan. Ia nampak kecewa dan bibirnya sendiri sudah terlihat melekuk kebawah. Tanda bahwa dia sedih karena Ray tidak mengingat hari jadi pernikahannya.

"Iya sih, Rayfan emang workholic tapi kan—"

Nayla seraya berbicara sendiri dengan rasa putus asa. Tubuhnya sendiri sudah kembali terbaring dan berguling kesana kemari dengan memejamkan matanya.

When I See You Again [COMPLETE]Where stories live. Discover now