2 | dia orang baik

10.6K 1.8K 560
                                    

Langit Alaska,

Bagian Loversation untuk Detrian

2.

Kadang kita buta bukan kepalang,

Tertutup kebaikan yang seringkali mengorbankan pesakitan

Mungkin kita paham kalau kadang menerima butuh pengorbanan

Tapi bukan berarti tak ada orang lain yang bisa menggantikan.

☾*✲⋆  ☾*✲⋆.


Alaska


Dia baik kok.

Giandra.

Dia benar-benar baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia benar-benar baik.

Baik atau gaknya seseorang, cuma kita sendiri yang bisa merasakan. Dari perilaku mereka, dari kata-kata yang terucap maupun enggak.

Untuk Giandra, dia baik bukan karena perilakunya. Dia juga bukan baik karena kata-katanya yang gak pernah terucap.

Giandra baik karena isi hatinya yang gak pernah terlihat. Dan Giandra baik karena dia memendam semua beban seorang diri tanpa membiarkan orang lain tau beratnya.

"Di mess dua bulan?" nada bicaranya selalu tinggi. Tinggi sekali sampai rumah yang cuma diisi aku, Bu Diah dan Pak Joko jadi agak ramai dan menakutkan untuk menyambut sarapan.

"Iya. Magang di ATC gak bisa pulang-pulang, Gi. Harus stand by dari pagi."

"Memang siapa yang suruh magang di ATC? Kan aku udah bilang, gak usah cari perkara. Get done with your shit dan lulus dan kuliah."

"Tapi prosesnya memang gitu, Gi."

"That's final. Don't make me throw tantrums again on you."

Bukan salah Giandra.

Sebelumnya aku memang tau dia gak akan pernah menyukai keputusan ini. Alasan kenapa dia menyuruh aku untuk kuliah di Melbourne bukan karena di sana punya jurusan airforce engineering yang lebih bagus dari Jakarta, tapi karena dia ingin aku bisa terus berada di sekitar jangkauannya yang saat itu harus melanjutkan masternya juga di sana.

"Besok ada meeting sama stakeholder. Kamu ikut." Aku selalu bangun lebih pagi dari Giandra di rumah. Biasanya dia bangun jam 7 pagi, sedangkan aku sudah akan mengelilingi rumah ini seorang diri dari pukul 5. Aku cuma ingin tau rasanya sendiri, karena selama 10 tahun terakhir, aku gak pernah sungguh tau bagaimana rasanya hidup sendiri.

Atau malah sebenarnya seumur hidup?

Bedanya, dari aku lahir, aku selalu berada di tengah semua keramaian hidup Ibu. Di apartemen kami yang sempit dan kecil, di sebuah tempat di mana Ibu selalu membawa teman-temannya baik pria atau pun perempuan.

Langit AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang