Para penonton menepuk dahi mereka dengan keras. Ingin sekali mereka mengucap kata-kata kasar kali ini. Itu mungkin untuk mereka bukan untuk anggota kelompok satu lainnya.

Seperti..

"Bukan anjir, ikannya sedang tertekan itu, lihat aja matanya melotot mau keluar." Jelas B sambil menunjuk mata ikan yang benar-benar terlihat sedang tertekan.

Si C ikut melihat mendekat mengeluarkan pendapatnya.

"Heh salah, lihat ikannya kek Jedag jedug di air? Keknya ikannnya minta air lagi." Si D yang mendengar itu segera mengambil air di termos yang mereka bawa.

Segera air dituangkan ke wajan dan tepat menutupi tubuh ikan. Segera ikannya secara otomatis tenggelam lalu muncul kembali. Tenggelam lalu muncul lagi ke permukaan.

Mereka berempat tersenyum melihat hal itu. "Yeay! Ikannya berenang^^"

Si A yang melihat kelakuan keempat temannya mengelus dadanya sambil mengisi kertas kosong untuk nama dia dan yang lainnya.

"Demi apa kelompokku isinya orang biadab semua, ikan mati di bilang tertekan🗿" dia tidak percaya dia yang jadi ketuanya, sepertinya dirinya harus menyiapkan mental saat penilaian oleh guru nanti.

Akhirnya ikan yang Tia dan kawan-kawan nya nistai berhasil dengan selamat berada diatas mangkok saji dengan hiasan diatasnya.

Guru yang melihat proses dari awal sampai akhir menatap kagum pada hasil akhir, bagaimana tidak? Hiasannya sangat rapi dan ikannya terlihat matang sempurna dan warna kuahnya juga bagus dan sesuai kriteria.

Jika dari luar langsung mendapatkan nilai A tapi para penonton yang sudah melihat dari dekat dan mengetahui takaran bumbu-bumbu tak bisa membayangkan bagaimana rasanya.

Guru tersenyum dan mengambil garpu dan sendok untuk mencicipi. Kerutan muncul diantara dahinya, mulutnya yang tadi mengunyah dengan tenang berhenti.

"Bu guru..?"

Seakan sudah menduga, ketua kelas 9F dengan santuynya berjalan mendekati guru itu dan mengulurkan segelas air putih dan permen.

Dalam sekejap kedua benda itu menghilang dari tangan ketua kelas. Bu guru meneguk air dengan cepat dan mengunyah permen dengan agresif.

"Kalian mau meracuni saya!? Beraninya kalian! Lihat saja nanti!!" Nada dalam kata-kata Bu guru membuat semua murid diam tak bergeming. Kemudian dengan langkah frustasi Bu guru membanting buku penilaian yang tadi dipegangnya ke lantai dan berjalan pergi.

Bahkan tanpa berbalik.

Setelah kepergiannya, sebuah suara menghentikan kecanggungan dikelas. Yang tak lain adalah suara Tia.

"Yes! Minggu depan!"

Wooouuuu!

Seluruh kelas bersorak, sebenarnya ini semua sudah direncanakan oleh mereka. Memang satu kelompok sudah ditetapkan oleh gurunya, tapi bukan dalam hal urutan.

Semua murid sengaja membuat Tia dan kawan-kawan nya menjadi kelompok pertama. Alasannya?

Ini bukan hal yang mereka inginkan. Hari Minggu kemarin mereka sudah lelah setelah praktek olahraga renang, tadi pagi mereka upacara mendapatkan bagian yang panas. Dan sekarang mereka disuruh praktik?

Sementara guru tadi bukan guru yang juga memikirkan perasaan muridnya. Dia hanya bilang "Besok praktik."

Sebelumnya ketua kelas sudah meminta izin kepada wali kelas 9F ini, dan sudah mendapatkan izin. Tapi Guru prakarya itu membuat alasan. Lebih cepat lebih baik, atau saya tidak ada waktu untuk besok, jadi sekarang saja.

💮Liany and The System 💮Where stories live. Discover now