# 6 MA『O Bentō』

1.1K 191 33
                                    

Pagi begitu cerah, matahari bersinar memancarkan cahaya hangat dengan langit biru yang dihiasi benda putih melayang yang biasa disebut sebagai awan. Tak ada salju disini karena ini Okinawa bukan Hokkaido.

Belakangan ini, Reki mempunyai hobi baru. Yaitu memandangi pantulan dirinya dari kaca jendela kelas yang terletak tepat disampingnya. Melihat murid lain masuk ke kelas dengan berbagai ekspresi yang kadang membuatnya terkekeh menjadi rutinitasnya saat ini.

Dan ini dilakukan karena ada satu murid yang ia tunggu kedatangannya. Bule asal Kanada itu menjadi alasannya memiliki hobi baru yang ia jalani saat ini.

"Ohayō." Sensei yang mengajar di jam pertama di kelas Reki memasuki kelas sembari menyapa, membuat Reki tersadar dari lamunannya.

'Langa tidak hadir?' batin Reki keheranan. Biasanya setiap pagi Langa akan mengirimi nya pesan, entah itu ajakan untuk berangkat bareng atau hanya sekedar tanya kabar.

Tapi, hanya sebatas itu. Setelah Reki menjawabnya, Langa tak mengirim pesan apapun lagi.

"Sekarang kita akan lanjutkan pembahasan minggu lalu." ujar sensei memulai pelajaran.

Reki yang tak ingin terlalu memusingkannya memilih fokus pada pembelajaran yang akan dimulai.

.

.

.

"Baiklah, kalian kerjakan soal latihan ini dulu... Sensei ingin ke luar sebentar." ujar guru yang mengajar di kelas Reki saat itu.

Ini sudah 15 menit pembelajaran berlangsung, namun orang yang ditunggu oleh Reki tak menampakkan batang hidungnya sampai saat ini.

Sret!

"Lho? Sensei, katanya mau.. Eh, Langa-kun?"

Atensi kelas seketika tertuju pada pemuda bersurai biru yang berdiri di depan pintu kelas sembari mengatur nafasnya.

"Ohayō..." sapa Langa terengah-engah sambil memasuki kelas.

♣ My Apologies

Pagi tadi Langa bertarung di dapur. Dia menjalankan rencananya membuatkan bentō untuk Reki.

"Aww!"

"Duh, Langa. Hati-hati."

"Susah sekali menggulungnya." diatas wajan panas di kompor, Langa membuat telur gulung.

Ini sudah jadi yang keempat kalinya dia mengulang menggulung telur. Langa memang terbiasa memasak telur hanya saja untuk omelet, kalau yang digulung-gulung begini menjadi pengalaman pertama baginya.

"Sudahlah, biar Kaa-san yang buatkan." Ibunya yang melihat anaknya berulang kali gagal itu merasa iba.

"Tidak. Aku ingin membuatnya sendiri." tolak Langa mantap. Dengan fokus Langa kembali menggulung telur itu lagi.

"Tapi-"

"Akan kulakukan sendiri."

"Hahh.. Baiklah." kalau Langa sudah begini memang tak ada yang bisa menghentikannya bahkan Ibunya sendiri.

Dan berkat ke-keras-kepala-an-nya itulah Langa jadi terlambat. Dia sampai di sekolah tepat ketika gerbangnya ditutup.

Langa memohon pada penjaga dengan wajah sedih nan polosnya, yang membuat penjaga itu tak tega hingga akhirnya membiarkan Langa masuk.

Namun perjuangannya masih berlanjut saat dia ditemukan oleh guru BK yang tak sengaja lewat, membuat Langa harus menghadap pada wali kelas tercinta demi sepucuk surat izin masuk kelas.

My ApologiesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt