Gedung Mewah

2 1 0
                                    


                           " Seandainya kesedihan adalah harapan, senyuman pun tak rawan"

Mita adalah gadis sederhana yang sangat ceria. Ia suka memakai jepit rambut berwana merah jambu yang sudah kusam itu. Jepit rambut kesayangannya dan satu-satunya barang yang menemani hari-harinya. Mita sedang asik memeriksa tempat sampah didepan perumahan tersebut untuk mencari barang-barang yang bisa dijual.

"Woi anak jalanan!," teriak laki-laki seusia Mita sedang menatapnya dengan tatapan yang merendahkan.

Mita menoleh kearah anak laki-laki yang mengusilinya itu. Mita sudah terbiasa akan hinaan yang didapat dan ejekan dari anak-anak yang memiliki nasib yang baik.

"Suka banget ganggu aku," ucap Mita dalam hatinya sambil membawa karung berisi botol dan barang-barang bekas tersebut. Ia takut akan dibuli lagi jika bertahan ditempat itu.

"STOP!," ucap anak laki-laki tersebut bersama dengan teman-temannya menghadang Mita.

Mita yang merasa terpojok dengan anak laki-laki tersebut mulai merasa gelisah akan tatapan kearahnya yang mengintimidasi.

"Udah miskin, maling lagi," tegas pemimpin geng anak-anak laki-laki kaya tersebut sambil menarik paksa karung digenggaman kecil Mita dengan sangat kasar.

Anak laki-laki itu menjatuhkan barang-barang yang ada dikarung tersebut. Mereka semua juga tertawa sambil menendangi barang-barang yang telah dikutip oleh Mita. Mita hanya melihat dengan tatapan sendunya. Ia hanya diam dalam kesedihannya dan tidak mungkin untuk melawan.

Pemimpin mereka merasa tidak menyukai respon yang diberikan Mita yang selalu hanya diam. Dia pun berinisiatif melakukan sesuatu yang bisa dibilang kejam untuk seumuran mereka.

"Mampus," katanya tertawa puas sambil melihat Mita yang telah tersungkur dijalan dengan lutut dan telapak tangan yang sudah berdarah. Dia mendorong Mita dengan sangat kasar.

Mita hanya menatap sendu anak laki-laki yang mendorongnya. Ia tetap tidak melawan. Ia pun menundukkan kepalanya dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

"HAHAHHA," tawa mereka keluar dari mulut kecil mereka atas kesengsaraan Mita. Mita pun memberanikan diri untuk mengutip kembali barang-barang yang telah diserakkan dan memasukkan kembali kedalam karungnya.

Syukur saja, diantara anak laki-laki tersebut terdapat satu anak laki-laki yang sedari tadi hanya melihat tingkah teman-temannya yang suka mengusili Mita terlebih lagi saudara kembarnya.

Ketika, Mita ingin beranjak pergi dengan membawa barang-barangnya tersebut, sempat anak laki-laki yang usil itu ingin mengusilinya kembali. Tetapi, hal tersebut dicegah oleh kembarannya yang begitu terlihat dewasa dibandingkan dia.

"Kurang kerjaan loe," tukas anak laki-laki yang baik tersebut kepada kembarannya. Sikap mereka berbanding terbalik, walaupun wajah mereka terlihat mirip.

Mita yang melihatnya merasa bahagia. Baru pertama kali ia melihat kembaran dari anak yang suka membulinya. Mita merasa terhipnotis dengan tatapan dari anak laki-laki itu. Mita merasa kupu-kupu sedang berterbangan diperutnya ketika anak laki-laki itu membantunya untuk mengambil karung yang sempat terjatuh kembali.

"Baik banget," decak Mita dalam hatinya sambil tersenyum.

Dilain sisi, laki-laki yang nakal itu tidak senang melihat tingkah kembarannya yang menggangu kesenangannya. Ia pun segera masuk kedalam rumahnya dan diikuti oleh teman-teman lainnya.

"Maafin adek gua," tukas kembaran dari laki-laki nakal itu dan meninggalkan Mita yang termenung.

Mita sedari awal memang tidak pernah membenci dan memaafkan tingkah mereka. Mita sadar akan posisinya sebagai anak yang miskin.

"Semangat," ucap Mita menarik nafasnya dalam-dalam dan tersenyum. Walaupun dia mengalami kejadian yang pahit tetapi berkat kejadian yang dialaminya, ia bisa bertemu dengan anak laki-laki yang begitu baik walaupun dia diantara orang-orang yang jahat padanya.



NEXTTTTT :) 

Gregariousnes & ElegiWhere stories live. Discover now