O.7

156 44 8
                                    

Jeongin bingung. Ingin berhenti namun kalimat Seungmin seakan mantra baginya agar ia tidak berhenti berlari.

Pasalnya yang tengah mengejarnya sekarang adalah temannya sendiri Felix dan Hyunjin. Kenapa Seungmin malah menyuruhnye berlari lebih cepat?

Padahal mereka bisa saja meminta bantuan pada Felix dan Hyunjin. Tapi kenapa?

"SET CEPET BANGET LARINYA!"

"Kiri, Jeong.." Lirih Seungmin.

Jeongin memutar bola matanya, "Gue bukan kang angkot tapi terserahlah"

"JEONGIN LO KAN YANG BUNUH JISUNG?!" Teriak Felix dari arah belakang, "DAN SEKARANG LO MAU BUNUH SEUNGMIN HAH?!"

"B-bunuh..?"

Langkah Jeongin memelan begitu mendengar teriakan Felix. Apa maksudnya membunuh? Felix temannya sedang menuduh dirinya membunuh?

"Jeong lo ngapain..? Rumah di depan itu.. plis jangan lari, masuk kedalam sana. Lindungin diri lo.."

Jeongin ingin berbalik arah meminta penjelasan Felix, namun mengingat Seungmin yang sedang melemah akibat banyaknya luka sayatan yang ada di tubuhnya membuat Jeongin lanjut berlari kearah rumah kecil semacam markas yang dimaksud Seungmin.

Karena kedua lengannya sibuk menahan tubuh Seungmin, Jeongin berniat membuka pintu markas itu dengan kakinya.

Namun Seungmin berkata, "Dikunci goblok.."

"Bilang kek!"

Jeongin menyampingkan tubuhnya membiarkan Seungmin membuka pintu dengan kunci yang dimilikinya.

Beruntung sebelum Felix dan Hyunjin sampai, pintu markas tersebut terlebih dahulu terbuka memperlihatkan pemandangan yang sangat tidak ingin Jeongin lihat.

Kaki Jeongin lemas seakan berubah menjadi agar agar akhirnya tubuhnya ambruk bersamaan dengan jatuhnya Seungmin.

"AKHIRNYA BERHENTI" Heboh Hyunjin lalu menghampiri Jeongin dan Seungmin yang terduduk di depan pintu membuat Hyunjin penasaran dan akhirnya ikut mengintip kedalam markas, "Bangsat apa apaan—"

Bugh! bugh!
















































































































































































































































"AARGH!" Satu teriakan yang berasal bari mulut Seungmin berhasil mengembalikan kesadaran Hyunjin.

Hyunjin merasakan kedua tangannya terikat begitupun kedua kakinya membuatnya tidak dapat bergerak bebas. Hyunjin ingat kesadarannya hilang saat sesuatu menghantam kepala bagian belakangnya.

Pengelihatannya masih agak buram jadi Hyunjin perlu mengedip kedipkan matanya agar pengelihatannya kembali jelas seperti biasanya.

"Wah gue ga nyangka ternyata lo masih hidup setelah gue sayat sayat bahkan udah gue tusuk perut lo" Ucap seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga Hyunjin.

Pemilik suara itu tidak lain Lee Felix.

Kini Hyunjin dapat menegakkan kepalanya mendapati temannya Seungmin tengah disiksa oleh Felix. Felix beberapa kali menempelkan korek api yang menyala kearah sayatan yang ada di tubuh Seungmin.

Jelas Seungmin mengerang kesakitan berkali kali.

"Fe..lix, lo ngapain..?" Tanya Hyunjin akhirnya berani mengekuarkan suara membuat Felix menoleh kearahnya.

"Loh lo udah bangun?" Felix berjalan menghampiri Hyunjin, "Selamat pagi– ah ngga, selamat malam Hwang Hyunjin~"

Hyunjin mengernyitkan dahi, "Lo siapa? Lo bukan Felix yang gue kenal,"

"Oh. Emang bukan. Temen lo itu bukan Lee Felix tapi Lee Yongbok. Menjijikan bukan? Ngaku ngaku pake nama gue"

Mendengar jawaban Felix, yang terlintas di benak Hyunjin hanya satu.

Kepribadian ganda.

Hyunjin menoleh ke sebelahnya dimana Jeongin masih terduduk tak sadarkan diri dengan tangan dan kakinya yang terikat persis seperti Hyunjin.

Hyunjin lalu melihat sekitar. Markas ini benar-benar mengerikan. Lukisan lukisan yang terpajang di dinding. Lukisan satu warna. Ah, tak lupa bercak darah yang tersebar di dinding maupun lantai.

Yang paling mengerikannya adalah mayat mayat yang digantung berjejer.

"Gimana pemandangannya? Gue harap lo suka." Ucap Felix lalu menyeringai.

"Lo.. pelukis satu warna itu?"

"Hah? Bukan. Gue bagian bunuh orangnya doang. Noh yang lukis temen lo" Kata Felix sambil menggerakkan kepalanya menunjuk kearah Seungmin yang sudah terbaring lemah.

Hyunjin menatap Felix bingung.

"Gangerti ya? Si sampah Lee Yongbok ini cuma bisa lukis pemandangan dan gue lebih suka lukisan wajah orang. Kebetulan temen lo diem diem bisa ngelukis wajah orang, jadi gue paksa dia ngelukis pake darah orang. Gue juga ngancem bakal bunuh orangtuanya kalo dia ga bungkam soal ini" Jelas Felix lalu tertawa remeh, "Tolol banget ya temen lo?"

"Terus kenapa lo bunuh Han Jisung?"

"Han Jisung ya? Udah gue duga dia ninggalin surat– oh atau lo udah liat lukisannya secara langsung jadi lo inget?" Tanya Felix namun tidak dijawab oleh Hyunjin.

"Jelas gue bunuh dia karena gue sadar si keparat itu ngekorin gue sepulang dari rumah lo. Jadinya gue bunuh ajadeh pas dia lagi sendirian heheheheh"

Suasana hening sejenak. Hyunjin tau betul akhirnya nyawa mereka bertiga pasti akan berakhir di tangan Lee Felix. Hyunjin pasrah begitu melihat Seungmin yang sudah tergeletak dan Jeongin yang tak kunjung bangun.

Felix kembali membuka suaranya, "Sekarang permasalahannya, siapa yang bakal gue bunuh duluan ya?"



Jeng jeng jeng jeng.. plot twist nya dapet egk sih?(。ŏ﹏ŏ)

RED PAINT. | Stray Kids maknae line [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang