Part 2

1.1K 18 0
                                    

Kemeriahan pesta Kinar malam hari ini, Membuatku teringat segala hal yang telah terjadi padaku selama 13 tahun lalu.

Aku dan Kinar adalah saudara seayah tapi mempunyai Ibu yang berbeda, Saat itu tante Laura telah menikah dengan Papa selama 5 Tahun, Tetapi mereka belum dikarunia juga seorang bayi, hingga akhirnya tante Laura meminta  Papaku untuk menikah lagi, dan pada saat itu papa menolak namun kerena tante Laura yang terus memaksa hingga akhirnya papa menikah dengan orang pilihan dari tante Laura sendiri, yupzz benar dia adalah Mamaku.

"Non", tegur  seseorang dari belakangku,

Lagi ngapain Non kok disini sendiri, ujar buk Kirman sambil duduk disebelahku.

nggak buk, lagi malas masih rame banget, Lagipula Tania nggak bisa istirahat juga Buk kalo saat ini mau tidur, jawabku sambil terkekeh...

Tapi Ibu lihat sepertinya  Non lagi ngelamun, Boleh Ibu tahu apa yang Non Tania pikirkan, sambil mengelus-ngelus rambut dan memegang tanganku.

Lagi mikirin Mama Buk, Udah lama Tania belum kekuburan Mama, Jadi rasanya kangen banget sama Mama sekalian ingin ngeluarin uneg-uneg yang ada di hati ini Buk, jawabku sambil menahan agar air mataku tidak keluar didepan buk Kirman.

Buk Kirman adalah pembantu di keluarga ini sejak lama, Ibu dan Pak Kirman adalah orang yang merawatku sejak Mama tiada, mereka menyayangiku seperti anak mereka sendiri, dikarenakan mereka berdua tidak mempunyai anak jadi limpahan kasih sayang mereka curahkan semua kepadaku.

Semenjak umur 12 Tahun Aku dibawa oleh salah satu teman Mama ke tempat Ayah Kandungku sendiri, Awalnya Aku Bahagia karena akan dipertemukan oleh Ayah Kandungku yang sejak lama ingin kutemui. Pada saat tiba dirumah ini bukan sorotan kasih sayang yang kudapatkan melainkan sorotan kebencian yang tampak pada tatapan tante Laura kepadaku, dan juga Kinar serta seorang anak yang berkisar berumur 9 Tahun.

Rasanya saat itu aku ingin kembali kekampung halamanku, Tapi Aku selalu ingat pesan Mama sebelum meninggal untuk menemui ayah kandungku.

Flash Back

" Tania, kamu masih mempunyai seorang ayah yang saat ini ada di Jakarta. Mama hanya ingin kau tahu bahwa di dunia ini engkau tidak sendirin nak", Ucap Mama saat itu.

Tapi Tania ingin sama Mama, Bagi Tania Mama sudah cukup, Tania nggak akan minta apa-apa Ma jadi, Tania mohon Mama sembuh yach, ujarku sambil menitikkan air mata yang tidak berhenti terus mengalir dari bola mataku.

Mama tahu Tania  Sayang sama Mama, Tapi jika nanti Mama tiada Mama ingin kamu bahagia dan dapat mengejar masa depanmu dengan cemerlang nak, dan itu semua dapat terwujud apabila kamu tinggal bersama Papamu dan keluarganya disana".

Kebencian Tante Laura dan beserta anaknya Kinar dan Rico terlihat jelas dimataku, tapi ketika aku melihat tatapan ayahku terbersit rasa heran yang melandaku, mengapa ayahku seakan tidak menginginkan kehadiranku, bukankah seorang ayah seharusnya senang dan bahagia melihat anak kandungnya yang selama ini belum pernah ia jumpai, tetapi Aku hanya memandang tatapan ayahku yang dingin, Hal itu terlihat ketika Aku menyalami tangannya ia segera bergegas masuk kekamar tanpa menoleh kepadaku dan berbicara serta memberikan pelukan hangat yang diberikan seorang ayah untuk anaknnya.

Ya tuhan benarkah Dia Ayahku, dapatkah Aku bertahan disini, ditempat yang sepertinya keluarga ini tidak menginginkanku ada sambil kucoba tahan agar air mataku tidak menetes didepan mereka , Karena Aku tidak ingin terlihat lemah didepan mereka , aku harus kuat demi pesan Mama Aku harus kuat, walaupun Aku tak tahu kapan ini berakhir.

 Flash Back end 

Emangnya Non Tania ada uneg-uneg apa? kali aja ibu bisa bantu sambil mengusap-ngusap tanganku

Aku hanya menoleh sambil tersenyum, yach nggak berat-berat amat sich Bukejawab dengan senyum sambil mengernyitkan bibirku.

Tania cuma ngucapin terima kasih sama Ibu, Bapak yang udah beri kasih sayang selama ini sama Tania, udah anggap Tania seperti anak kandung sendiri, Tania nggak tahu bagaimana mebalas kebaikan Bapak sama Ibu, Ucapku sambil mencium tangannya

Non udah Ibu anggap seperti anak ibu sendiri, semua orang akan memperlakukan Non dengan baik jika bertemu dengan orang sebaik Non Tania, perempuan hebat yang mandiri dan juga baik hati.

Tapi tidak untuk keluarga Ayahku (ucapku dalam hati).

Ibu kenapa masih panggil saya Non, saya bukan majikan dikeluarga ini, sudah berulang kali saya beritahu Ibu untuk memanggil nama saya, waktu Mama masih hidup Mama memanggil saya dengan Nia Buk! jadi, saya ingin Ibuk panggil saya Nia sebagaimana Almarhumah Mama Saya Buk,

Non, bagaimanapun Non Tania adalah Majikan Saya, Karena sudah jadi kewajiban Ibuk dan Pembantu dirumah ini untuk menghormati majikannya.

Aku hanya menghela nafas dengan jawaban yang diberikan Buk Kirman, karena bagaimanapun Aku akan tetap kalah untuk berdebat dengan Buk Kirman.

loh Buk, Non Tania kok masih disini, udaranya dingin loh Non, nanti Non masuk angin, terdengar suara laki memanggilku dan Buk Kirman.

Aku menoleh melihat Pak Kirman menghampiriku , "nggak kok pak, diluar udaranya lebih sejuk, ucapku sambil memegang tanganku dang menghembuskannya di mulutku agar terasa hangat

kalo sejuk kok tangannya di hembus-hembus begitu, itu namanya kedingingan sambil ketawa dengan apa yang kulakukan. Ibuk ini kok Non Tanianya nggak diajak masuk malah ikut duduk diluar juga  ucap pak Kirman 

Ibuk udah nyuruh pak, tapi Non Tania bilang dia nggak suka keramaian, jadi ibuk yang nemenini disini ujar buk Kirman dengan kesal kepada suaminya.

Aku hanya memandangin mereka berdua dengan tersenyum, Walaupun diusianya yang memasuki setengah abad, masih terpancar kasih sayang diantara mereka berdua 

ya udah Pak, Buk, kita masuk sekarang lagipula tamunya udah pada banyak yang pulang ujarku sambil bangkit dan memegang tangan buk kirman dan pak Kirman.

PERJANJIAN DUA HATIWhere stories live. Discover now